• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbatasan, tantangan potensial KPS serta tindakan pelengkap yang dibutuhkan

Ada beberapa permasalahan yang tidak dapat ditanggulangi dengan menerapkan KPS, atau bahkan dapat diperparah dengan penerapan KPS. Pertama-tama, kemampuan KPS menyelesaikan masalah pendanaan mungkin terlihat lebih tinggi dibandingkan keadaan sebenarnya, mengingat komitmen iskal pemerintah sehubungan dengan KPS belum tentu dapat ditentukan dengan jelas. Hal ini dapat menyebabkan pemerintah menanggung komitmen iskal dan risiko yang lebih tinggi akibat penerapan KPS dibandingkan tingkat yang dapat diterima berdasarkan manajemen keuangan publik yang menerapkan asas kehati-hatian. Meskipun KPS dapat memberikan kontribusi terhadap analisa proyek yang lebih baik serta pengadopsian berbagai ide dan praktik yang inovatif, sebagian besar tanggung jawab atas perencanaan dan seleksi proyek tetap terletak pada sektor publik – terlebih lagi, biaya iskal yang tidak jelas dan kekakuan KPS dapat mempersulit pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Keunggulan eisiensi sektor swasta dalam mengelola investasi, dan insentif yang lebih baik untuk melaksanakan pemeliharaan rutin, juga tergantung pada penyusunan KPS dan pengadaan yang efektif oleh pemerintah. Keterbatasan-keterbatasan ini menunjukkan bahwa KPS tidak dapat dipandang sebagai suatu obat mujarab untuk memecahkan seluruh masalah kinerja infrastruktur. Gambar 1.3: Letak Permasalahan Infrastruktur dan Solusi yang Ditawarkan KPS juga menyoroti komponen-komponen penting lainnya untuk mencapai penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Kemampuan pemerintah mengambil keputusan yang tepat dengan dukungan kapasitas dan tata kelola yang memadai merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi untuk mencapai proyek-proyek KPS atau investasi publik yang berhasil. Bukti-bukti menunjukkan bahwa perbaikan pengelolaan dapat membuat perbedaan besar dalam mengurangi kelemahan-kelemahan infrastruktur, dengan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada secara lebih baik dan pemanfaatan sumber daya publik secara lebih eisien untuk proyek-proyek baru. Pada akhirnya, banyak pemerintah yang hanya perlu menanamkan lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi dalam infrastruktur.

Bab ini menjelaskan keempat permasalahan penerapan proyek infrastruktur yang disajikan dalam Gambar 1.3: Letak Permasalahan Infrastruktur dan Solusi yang Ditawarkan KPS, menjelaskan apakah KPS dapat membantu memecahkan permasalahan tersebut dan bagaimana solusi yang ditawarkan KPS, beserta keterbatasan-keterbatasan KPS dan tantangan potensial yang dapat memperburuk masalah.

tidak diperhitungkan. Pengalokasian sebagian risiko tersebut ke pihak swasta yang lebih mampu mengelolanya dapat mengurangi biaya keseluruhan proyek yang harus ditangggung pemerintah.

Komitmen di muka untuk melaksanakan pemeliharaan yang memadai, serta perhitungan

biaya sepanjang umur proyek yang dapat diperkirakan dan transparan – KPS mewajibkan komitmen di muka atas perhitungan biaya pengadaan aset sepanjang umur ekonomis aset tersebut, yang telah memperhitungkan pemeliharaan yang layak. Hal ini membuat anggaran dapat diperkirakan sepanjang umur infrastruktur terkait, dan mengurangi risiko ketiadaan dana untuk pemeliharaan setelah proyek selesai dibangun.

Fokus terhadap penyediaan layanan – memungkinkan suatu departemen atau badan sponsor

untuk mengikat kontrak jangka panjang agar layanan disediakan ketika dan bilamana diperlukan. Manajemen di perusahaan KPS kemudian dapat memfokuskan diri dalam penyediaan layanan tanpa harus mempertimbangkan tujuan-tujuan lain atau kendala-kendala yang umum dihadapi dalam sektor publik.

Inovasi – dibandingkan menentukan input, menetapkan output suatu kontrak menyediakan

peluang yang lebih luas bagi terciptanya inovasi. Pengadaan kontrak yang kompetitif memberikan insentif bagi peserta lelang untuk mengembangkan solusi inovatif untuk memenuhi spesiikasi-spesiikasi tersebut.

Utilisasi aset – pihak swasta memiliki motivasi untuk memanfaatkan satu fasilitas tunggal untuk menghasilkan beberapa aliran pendapatan, dengan demikian mengurangi biaya untuk layanan yang dihasilkan dari fasilitas tersebut.

Mobilisasi pendanaan tambahan – mengenakan tarif bagi pengguna dapat menghasilkan

pendapatan lebih tinggi, dan terkadang dapat dilakukan dengan lebih baik atau lebih mudah melalui operasi swasta dibandingkan sektor publik. Di samping itu, KPS dapat menyediakan sumber-sumber pembiayaan infrastruktur alternatif apabila pemerintah menghadapi kendala pembiayaan.

Pertanggungjawaban – pembayaran pemerintah merupakan pembayaran bersyarat, yang

akan dilaksanakan apabila pihak swasta telah menyediakan output yang telah ditetapkan dengan kualitas dan dalam jumlah dan jangka waktu yang sesuai dengan kesepakatan. Apabila persyaratan kinerja tidak dipenuhi, pembayaran layanan kepada pihak sektor swasta dapat dikurangi.

Panduan Praktisi Partnerships Victoria [#19] yang diterbitkan pada tahun 2001 dengan jelas menetapkan faktor-faktor penggerak nilai sebagai dasar bagi program KPS Negara Bagian Victoria, Australia. Baik makalah Price Waterhouse Coopers (PWC) mengenai "Janji KPS" [#208, halaman

13-34] maupun makalah Deloitte mengenai KPS [#68, halaman 5-9] menjabarkan manfaat-

1.3.1 Kekurangan Pendanaan

Infrastruktur pada umumnya tidak mendapatkan pendanaan yang cukup – artinya, kebanyakan negara tidak menanamkan investasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dan mendukung pertumbuhan ekonomi, dengan demikian memberikan kesan bahwa proyek-proyek yang menguntungkan secara ekonomis tidak diterapkan. Permasalahan ini terutama jelas terlihat pada negara- negara berkembang. Berbagai studi telah mengidentiikasi dan berupaya mengukur “kesenjangan pendanaan” tersebut. Sebagai contoh:

• Pada tahun 2010, studi diagnostik World Bank mengenai infrastruktur di Afrika memperkirakan bahwa Afrika bagian Sub-Sahara perlu membelanjakan US$93 miliar setahun untuk infrastruktur, dari jumlah tersebut hanya US$45 miliar yang telah dipenuhi melalui berbagai sumber yang tersedia – seperti belanja pemerintah, pengenaan tarif pada pengguna, investasi sektor swasta, dan sumber- sumber eksternal – menghasilkan kesenjangan pendanaan sebesar US$48 miliar (#106, halaman 6- 9, dan 65-68]. • Menurut strategi infrastruktur IDB 2013, tambahan investasi yang dibutuhkan untuk infrastruktur

di Amerika Latin mencapai US$100 miliar per tahun – 2 persen dari PDB regional [#152].

• Kesenjangan pendanaan bukan merupakan hal unik yang hanya ditemui di negara-negara berkembang

laporan Organisasi Kerjasama dan Pengengembangan Ekonomi atau Organization for

Economic Cooperation and Development (“OECD”) tahun 2007 mengenai Infrastruktur hingga tahun 2030, mengidentiikasi kesenjangan yang semakin lebar antar investasi infrastruktur yang diperlukan di masa mendatang dan kapasitas sektor publik untuk memenuhi kebutuhan tersebut dari sumber daya tradisional [#192, Bab 1].

McKinsey [#179] memperkirakan investasi infrastruktur global senilai $57 triliun akan dibutuhkan dalam periode antara tahun 2013 hingga 2030, semata-mata untuk mengimbangi proyeksi pertumbuhan PDB global. Investasi senilai $57 triliun yang dibutuhkan tersebut lebih menyerupai nilai estimasi infrastruktur global yang ada saat ini.

Sebagaimana disoroti dalam studi diagnostik World Bank mengenai infrastruktur Afrika tersebut di atas, kesenjangan pendanaan itu sendiri bisa saja merupakan gejala masalah-masalah lain dalam penyediaan infrastruktur. Penulis menemukan bahwa US$17 miliar, atau 35% dari kesenjangan pendanaan tersebut mungkin disebabkan oleh ineisiensi pembelanjaan akibat tata kelola yang kurang baik, perencanaan investasi yang lemah, kurangnya investasi untuk pemeliharaan, pengenaan tarif yang terlalu rendah atas layanan, dan ineisiensi operasional [#106, halaman 65-86].