• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan bank pembangunan atau lembaga keuangan pemerintah lainnya dalam KPS

Banyak pemerintah telah mendirikan bank pembangunan yang dimiliki publik atau lembaga keuangan lainnya, yang dapat memberikan serangkaian produk keuangan bagi proyek-proyek KPS. Lembaga keuangan tersebut mungkin dikapitalisasi oleh pemerintah, dan seringkali memiliki akses terhadap pinjaman lunak. Apabila lembaga-lembaga tersebut beroperasi kurang lebih sebagai lembaga keuangan komersial, mereka mungkin memiliki keunggulan dalam menilai kelayakan usulan proyek KPS dibandingkan pemerintah – walaupun beberapa lembaga semacam ini mungkin menghadapi tekanan politik yang dapat mengurangi kualitas uji tuntas atau proses penyusunan struktur proyek.

Dalam beberapa kasus, bank pembangunan yang telah mapan dapat memperluas aktivitias mereka dalam sektor KPS. Sebagai contoh, Banco Nacional de Desenvolvimento Econômico e Social (BNDES) di Brasil merupakan kreditur besar bagi proyek-proyek infrastruktur swasta di Brasil – melaksanakan penilaian risiko dan menyediakan pembiayaan sebagaimana bank umum swasta [#29, Laporan Keuangan].

Atau, pemerintah dapat mendirikan lembaga keuangan khusus untuk melayani KPS, dan terkadang investasi infrastruktur lainnya. Sebagai contoh, India Infrastructure Finance Company Limited (IIFCL) didirikan pada tahun 2006 untuk menyediakan utang jangka panjang bagi proyek infrastruktur yang layak yang dilaksanakan oleh pemerintah atau perusahaan swasta. Di Indonesia, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia didirikan pada tahun 2009 sebagai suatu badan usaha milik negara untuk menyediakan penjaminan bagi proyek-proyek infrastruktur di bawah skema KPS. Tetapi, sebagaimana dijelaskan oleh Klingebiel dan Ruster dalam makalah mereka mengenai fasilitas infrastruktur [#172], kecuali kerangka kerja kebijakan dan kelembagaan telah dikembangkan untuk menyediakan proyek- proyek yang memenuhi persyaratan bank, maka kecil kemungkinan bahwa fasilitas pembiayaan yang didukung pemerintah akan memberikan hasil yang diharapkan.

Lembaga keuangan milik pemerintah juga dapat digunakan untuk melaksanakan koordinasi dan penegakan kebijakan KPS, dengan menetapkan peraturan dan persyaratan yang jelas mengenai kondisi yang harus dipenuhi agar pembiayaan dapat disalurkan. Hal ini terutama berlaku apa bila suatu lembaga keuangan secara khusus didirikan untuk melayani kebutuhan program KPS. Sebagai contoh, di Meksiko, sebagian besar KPS dilaksanakan dengan dukungan FONADIN, sebuah dana investasi infrastruktur di bawah bank pembangunan nasional BANOBRAS. Standar operasional FONADIN secara de facto menetapkan peraturan dan prosedur pelaksanaan proyek KPS, sebagaimana dijelaskan dalam Kotak 1.12: FONADIN Meksiko.

Kotak 1.12: FONADIN Meksiko

Sebelum tahun 2012, Meksiko tidak memiliki Undang-Undang KPS. Akan tetapi, sebagian besar badan pemerintah yang melaksanakan proyek dengan skema KPS didukung oleh Fondo Nacional

de Infraestructura (FONADIN). Pengecualian umumnya terjadi bagi proyek-proyek yang "mandiri" – yaitu proyek yang menghasilkan pendapatan yang memadai untuk menutup biayanya; dua entitas pemerintah yang umumnya menggunakan metode ini adalah CFE (perusahaan listrik nasional) dan PEMEX (perusahaan minyak nasional).

Di samping memberikan pinjaman bersubsidi, dan dalam beberapa kasus, hibah, FONADIN dapat membantu badan-badan pemerintah dalam menyediakan hibah untuk mendanai studi pendahuluan proyek, dalam mempersiapkan dokumentasi proyek dan melaksanakan proses lelang. Pada praktiknya, hal ini berarti Dekrit Presiden yang menetapkan pendirian FONADIN pada tahun 2008 secara efektif mengatur sebagian besar proyek KPS. Berdasarkan dekrit tersebut, Standar Operasional FONADIN menetapkan ruang lingkup, serta proses dan prosedur untuk mengidentiikasi, menilai dan menyetujui proyek KPS.

Sumber: BANOBRAS (2000) FONADIN Reglas de Operacion (Standar Operasional)

Referensi Utama: Pembiayaan KPS

Referensi Keterangan

Farquharson, Torres de Mästle, dan Yescombe, bersama Encinas (2011) How to Engage with the Private Sector in Public-Private Partnerships in Emerging Markets, World Bank/PPIAF

Bab 5 menyajikan tinjauan umum mengenai pembiayaan swasta untuk KPS, secara khusus berfokus pada tantangan yang dihadapi negara-negara berkembang.

E. R. Yescombe (2013) Public-Private Partnerships: Principles of Polic

Menyajikan liputan komprehensif mengenai pembiayaan KPS, menempatkan KPS dalam konteksnya; menjelaskan analisa keuangan KPS dan bagaimana analisa tersebut merupakan informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak pemerintah maupun swasta; struktur pembiayaan berbasis utang dan sumber-sumbernya; bagaimana rencana pembiayaan KPS disusun, dan bagaimana persyaratan pembiayaan dicerminkan dalam persyaratan kontraktual. Delmon, Jeffrey (2009) Private Sector Investment in Infrastructure:

Project Finance, PPP Projects and Risks (edisi ke 2.), London: Kluwer Law International

Mencakup berbagai topik seputar pembiayaan KPS, meliputi pengantar menganai struktur pembiayaan proyek dan istilah- istilah umum (Bab 2); perjanjian kontraktual yang umum bagi KPS (Bab 3); dan kemampuan memenuhi persyaratan bank (Bab 4).

Daube, Vollrath & Alfen (2007) A Comparison of Project Finance and the Forfaiting Model as Financing Forms for PPPs in Germany, International Journal of Project Management, 28(4) 376-387

Menjelaskan model anjak piutang yang digunakan di Jerman sebagai alternatif pembiayaan proyek untuk mengurangi biaya pembiayaan proyek KPS.

David Ehrhardt & Tim Irwin (2004) Avoiding Customer and Taxpayer Bailouts in Private Infrastructure Projects: Policy toward Leverage, Risk Allocation, and Bankruptcy, World Bank Policy Research Working Paper 3274

Menjelaskan bagaimana kombinasi tingkat utang yang tinggi dan proyek-proyek berisiko tinggi serta keengganan membiarkan perusahaan KPS mengalami kebangkrutan dapat menimbulkan masalah bagi KPS, dan menyarankan opsi untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Termasuk studi kasus KPS di Australia, Kerajaan Inggris, Brasil dan Meksiko.

Referensi Utama: Pembiayaan KPS

Referensi Keterangan

Clive Harris & Sri Kumar Tadimalla (2008) ‘Financing the Boom in Public-Private Partnerships in Indian Infrastructure: Trends and Policy Implications’, Gridlines 45, World Bank/PPIAF

Menjelaskan bagaimana struktur pembiayaan KPS di India telah berkembang seiring meningkatnya penggunaan KPS sejak pertengahan tahun 1990an – secara khusus mencatat proporsi pembiayaan berbasis utang yang semakin meningkat – dan menyampaikan beberapa pelajaran mengenai kebijakan. Federal Highway Administration (2010) Project Finance Primer, US

Department of Transportation, Washington, D.C.

Menyajikan garis besar mekanisme pembiayaan infrastruktur jalan raya Amerika Serikat. Bab 4 menjelaskan tiga mekanisme yang dapat digunakan pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan bantuan kredit kepada investor swasta di sektor jalan.

Department of Economic Affairs (2008) Scheme and Guidelines for Financial Support to Public Private Partnerships in Infrastructure. New Delhi, India: PPP Cell, Ministry of Finance, Government of India

Menjelaskan skema Pembiayaan Kesenjangan Kelayakan India untuk memberikan subsidi modal bagi proyek infrastruktur swasta.

United Kingdom, House of Commons, Committee of Public Accounts (2010) Financing PFI Projects in the Credit Crisis and the Treasury’s Response, House of Commons 553, Ninth Report of Session 2010–11, London

Departemen Bendahara Kerajaan Inggris menyajikan garis besar tanggapan mereka terhadap krisis keuangan, yang mencakup pendirian Unit Pembiayaan Infrastruktur untuk memberikan pinjaman dengan persyaratan komersial bagi proyek-proyek yang tidak mampu memperoleh utang dari bank- bank umum.

Edward Farquharson & Javier Encinas (2010) The UK Infrastructure Finance Unit: Supporting PPP Financing During the Global Liquidity Crisis, World Bank

Menyajikan ringkasan pengalaman PFI Kerajaan Inggris selama krisis keuangan, dan menyampaikan penjelasan tentang Unit Pembiayaan Infrastruktur Bendahara atau Treasury Infrastructure Finance Unit.

Burger, Tyson, Karpowicz & Delgado Coelho (2009) The Effects of the Financial Crisis on Public- Private Partnerships, Working Paper WP/09/144, International Monetary Fund

Menyelidiki dampak krisis keuangan global terhadap KPS, dan situasi yang tepat untuk memberikan dukungan kepada proyek baru maupun yang telah berjalan.

Richard Foster (2010) Preserving the Integrity of the PPP Model in Victoria, Australia, during the Global Financial Crisis, World Bank

Menjelaskan bagaimana pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia, menyesuaikan program KPSnya dengan krisis keuangan global, dengan melakukan perubahan metode alokasi risiko keuangan tertentu yang dilakukan berdasarkan analisa proyek per proyek.

EPEC, European PPP Expertise Centre (2009) The Financial Crisis and the PPP Market: Potential Remedial Actions, Luxembourg

Memberikan ide bagi pemerintah mengenai jalan untuk mendukung KPS selama Krisis Keuangan Global. Ide-ide tersebut termasuk perubahan pendekatan pengadaan, memberikan jaminan Negara atau pinjaman bersama, terutama sebagai tindakan jangka pendek, dan menyesuaikan struktur KPS untuk menarik jenis investor yang berbeda.

MODUL 2

Penyusunan Kerangka Kerja KPS

KPS dapat dilaksanakan sekali saja tanpa kerangka kerja kebijakan pendukung yang spesiik. Tetapi, sebagian besar negara mencapai keberhasilan pelaksanaan program KPS dengan menyusun kerangka kerja KPS yang kokoh sebagai dasar program KPS. 'Kerangka kerja KPS' mengacu kepada kebijakan, prosedur, lembaga, dan peraturan yang secara bersama-sama mendeinisikan pelaksanaan KPS – yaitu, tata cara pengidentiikasian, penilaian, penyeleksian, penganggaran, pengadaan, pemantauan dan pertanggungjawaban KPS.

Penetapan kerangka kerja KPS yang jelas berarti mengumumkan komitmen pemerintah kepada KPS secara terbuka. Penetapan kerangka kerja tersebut juga mendeinisikan tata cara pelaksanaan proyek, dengan demikian membantu memastikan tata kelola program KPS yang baik – yaitu, menggalakkan eisiensi, pertanggungjawaban, transparansi, kepatutan, kesetaraan dan partisipasi dalam pelaksanaan KPS, sebagaimana diuraikan dalam Kotak 2.1: Tata Kelola KPS yang Baik di bawah ini. Hal ini akan membantu membangkitkan minat sektor swasta dan penerimaan masyarakat atas program KPS.

Kotak 2.1: Tata Kelola KPS yang Baik

Buku Panduan Komisi Ekonomi Eropa PBB atau United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) mengenai Menuju Tata Kelola KPS yang Baik mendeinisikan tata kelola sebagai 'proses yang dijalankan dalam tindakan pemerintah dan tata cara melaksanakan sesuatu, bukan hanya hasil yang dilaksanakan'. Seluruh elemen dalam Kerangka Kerja KPS yang diuraikan dalam modul ini berperan dalam tata kelola program KPS. UNECE menjelaskan lebih lanjut bahwa 'tata kelola yang baik' mencakup enam prinsip inti berikut ini: