• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL ANALISIS DAN DISKUS

Dalam dokumen Komunikasi dan Pemilu 2014 Persiapan Pel (Halaman 89-92)

Salah satu pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan dianalisis adalah pidato berkaitan dengan seorang bernama Bunda Putri. Peristiwanya terjadi Kamis malam 10 Oktober 2013 di Pangkalan Militer Halim Perdana Kusuma. Presiden yang baru saja menghadiri acara East Asia Summit di Brunei Darussalam mengadakan jumpa pers. Awalnya pidato presiden berkaitan dengan hasil pertemuan dengan para pemimpin Asean. Namun topik bergeser ketika Presiden SBY bicara sebagaimana dilaporkan situs detik.com:

"Kedua, atas permintaan dari banyak pihak terutama para wartawan yang dilaporkan kepada saya beberapa saat lalu, saya ingin sampaikan penjelasan langsung atas isu yang beredar di masyarakat luas agar rakyat Indonesia mengetahui duduk persoalan dan kebenaran yang hakiki," imbuhnya. (http://news.detik.com/read/2013/10/11/060208/2384139/10/1/ketika-presiden-sby-marah-

dituding-kenal-bunda-putri-oleh-luthi-hasan).

Nada bicara Presiden SBY sedikit meninggi pada kalimat berikutnya. "Tidak boleh bermain dengan

kebenaran, itnah bisa hancurkan negeri ini, belum tentu 3 tahun saya bicara seperti ini, saya pandang

perlu kita belajar menegakkan kebenaran demi keadilan dan bertindak secara ksatria," tuturnya. (http://news.detik.com/read/2013/10/11/060208/2384139/10/1).

Kutipan pidato presiden SBY mengungkap alasan mengapa topik hasil kunjungan ke Brunei

Darussalam disejajarkan dengan topik yang diklasiikasikan oleh presiden sebagai belajar menegakkan kebenaran demi keadilan dan bertindak secara ksatria. Bagi presiden SBY topik yang ia angkat (selain hasil kunjungan di Brunei) adalah respon sekaligus jawaban atas persoalan yang

bermain dengan kebenaran dan itnah.

Jika dikaitkan dengan 5 pertimbangan alasan seorang presiden harus berpidato kepada publiknya maka kita tidak menemukan pertimbangan atau alasan mengapa presiden SBY mengangkat isu

perihal kebenaran dan itnah? Jika pertimbangan ketiga yaitu:peristiwa dan situasi krisis yang

membuat masyarakat mengharapkan presiden memberikan jalan keluar, maka pertanyaanya adalah: benarkah terjadi situasi krisis yang membuat masyarakat mengharapkan presiden memberikan jalan keluar? Lalu apa alasan presiden berpidato?.

Dari situs setkab.go.id yang memuat transkrip pidato lebih lengkap maka kita dapat mengetahui pertimbangan presiden melakukan pidato:

Singkatnya, ada yang mengaitkan seseorang dalam persidangan di KPK, dan konon segera saya kumpulkan ada apa sih siapa orang itu, apa kaitannya seseorang yang diadili itu supaya jelas. Jadi

saudara Luti Hasan Ishak mengatakan, yang namanya Bunda Putri katanya orang dekatnya Presiden.

Begitu. Saya akan komentari langsung, tapi begini saya minta tegakkanlah di negeri tercinta ini kebenaran dan keadilan. Kalau ada kejahatan dan kejahatan itu sedang diusut dan ditegakkan secara

hukum, yang melibatkan Luti Hasan Ishaq, saya minta tegakkan benar. Ungkap secara tuntas

tegakkan hukum seadil-adilnya, kesatriahttp://www.setkab.go.id/pidato-10668-inilah-tanggapan- lengkap-presiden-sby-soal-bunda-putri-jakarta-kamis-10-oktober-2013.html).

Dengan menggunakan analisis linguistik level-mikro maka dapat kita temui fakta bahwa dalam teks pidato Presiden Kamis 10 Oktober 2013(yang dimuat di situs setkab.go.id ) maka kata yang paling banyak digunakan adalah:saya (53 kali),orang(14 kali),bunda putri (10 kali),kebenaran (8 kali), adil (8 kali), presiden (7 kali), kejahatan (5 kali), bohong (5 kali),hukum (4 kali), kabinet (4 kali),komentar (4 kali),rakyat (3 kali), KPK (2 kali), Indonesia (1 kali).

Jika diasumsikan makin banyak suatu kata digunakan makin penting kata tersebut maka dapat ditafsirkan pusat kepentingan pidato presiden SBY dalam pidato 10 Oktober 2013 adalah saya, atau lebih tegasnya presiden SBY sendiri. Kondisi ini tentunya menjadi ketidaklaziman mengingat politisi cenderung tidak berpidato sebagai individu, namun lebih sering sebagai representasi partai politik, pemerintah atau bangsa.(Scheffner,1997, hal.3).Ketika berpidato 10 Oktober 2013 tersebut Presiden SBY lebih menonjolkan keindividuannya daripada sebagai simbol nasional.

Dalam analisis makro-level, maka situasi komunikasi dan fungsi komunikasi menjadi bagian utama dalam analisis. Lokasi saat berpidato soal Bunda Putri tersebut adalah Pangkalan Militer Halim Perdana Kusuma yang merupakan simbol negara. Hanya peristiwa yang bersifat kenegaraan yang boleh dilakukan oleh pejabat publik (dalam hal ini presiden) di tempat itu. Fungsi presiden sebagai citra nasional, simbol persatuan nasional, dan keberlangsungan nasional seharusnya terwakili dalam pidato-pidato yang dilaksanakan di tempat itu.

Hal yang seharusnya diingatkan juga dalam komunikasi kepresidenan adalah kesuksesan komunikasi bergantung pada sistem organisasi sebagai pemegang kunci perencanaan strategis untuk mengoordinaiskan orang, program dan lembaga. Di gedung putih organisasi itu bernama

Kantor Komunikasi (The Ofice of Communications) yang mengurus dan bertindak atas nama

presiden dan seluruh program kepresidenan (Kumar,2003,hal.252). Termasuk juga merancang strategi komunikasi presiden, pemilihan isu, dan mengatur jumpa pers. Menurut sekretaris pers era presiden Clinton,Mike McCurry, kesuksesan Kantor Komunikasi menjadi penyebab utama kesuksesan kepresidenan (hal.253). Dapat disimpulkan ketidaksuksesan komunikasi seorang presiden dikarenakan ketidaksuksesan Kantor Komunikasi merancang strategi komunikasi presiden, pemilihan isu dan mengatur jumpa pers.

KESIMPULAN

Komunikasi kepresidenan menjadi bagian penting untuk seseorang yang bertindak sebagai simbol negara. Presiden sebagai komunikator politik dalam lingkup komunikasi kepresidenan sudah seharusnya menjadi bagian dari strategi komunikasi yang mampu mengangkat citra positif pemimpin suatu negara. Kesuksesan komunikasi mendorong lahirnya reputasi di mata awak media massa. Di era politik termediasi maka tafsir media atas pesan dan pembawa pesan menjadi penentu dominan upaya mempengaruhi publik. Sudah seharusnya komunikasi kepresidenan diilhami semangat kalimat “Anda adalah citra nasional (nasional secara ideal berdasarkan fakta pseudo). Anda selayaknya menjadi simbol persatuan nasional, keberlangsungan nasional dan simbol NKRI. Anda haruslah seorang relijius dan menegaskan nilai-nilai relijius dengan seperangkat contoh moral.

DAFTAR PUSTAKA

Chalaby, Jean K.(2002). The De Gaulle presidency and the media. New York:Palgrave Macmillan. Inilah tanggapan lengkap presiden sby soal bunda putri jakarta (2013). Diunduh 28 Oktober 2013, http://www.setkab.go.id/pidato-10668-inilah-tanggapan-lengkap-presiden-sby-soal-bunda-putri- jakarta-kamis-10-oktober-2013.html.

Jakarta Macet SBY Lempar Tanggung Jawab ke Jokowi (2013).Diunduh 11 November 2013, http://www.tempo.co/read/news/2013/11/04/078527106/Jakarta-Macet-SBY-Lempar-Tanggung- Jawab-ke-Jokowi.

Ketika presiden sby marah dituding kenal bunda putri oleh luthi hasan (2013). Diunduh 28

Oktober 2013, http://news.detik.com/read/2013/10/11/060208/2384139/10/1/ketika-presiden-sby-

marah-dituding-kenal-bunda-putri-oleh-luthi-hasan.

Kumar, Martha Joynt & Terry Sullivan. (ed).(2003). The White House world. Texas A&M University Press.

Kumar, Martha Joynt. (2000). The president as messege and messenger:Personal style and presidential communication in Shapiro, Robert Y., Martha Joynt Kumar & Lawrence R. Jacobs. (ed). (2000). Presidential power. New York: Columbia University Press

Kryzhanovsky, Mikhail. (2007).White House special handbook: How to rule the world in 21st century.New York:Algora Publishing.

Ryfe, David Michael. (2005).Presidents in culture: The meaning of presidential communication.

New York: Peter Lang Publishing,Inc.

Schaffner, Christina. (ed).(1997).Analyzing Political Speeches.Great Britain: Short Run Press Ltd. Shapiro, Robert Y., Martha Joynt Kumar, Lawrence R. Jacobs. (ed). (2000). Presidential power.

New York: Columbia University Press.

Smith, Renee.(2000). The Timing of Presidential Speeches in Shapiro, Robert Y., Martha Joynt Kumar & Lawrence R. Jacobs. (ed). (2000). Presidential power. New York: Columbia University Press.

Watson, Robert P (ed). (2009).Presidential Studies Reader.New York: Nova Science Publisher,Inc.

BIODATA PENULIS

Doddy Salman adalah staf pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara sejak 2011. Sebelumnya lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini berkecimpung sebagai jurnalis televisi di salah satu televisi swasta di Jakarta. Di layar kaca pernah bekerja sebagai reporter, asisten produser hingga produser. Jabatan terakhir adalah Koordinator Liputan Daerah. Pertama kali terjun di ruang kelas tahun 2007 dengan mengampu mata kuliah Teknik Penulisan Berita TV. Untuk melengkapi pengetahuan dan pemahaman dunia komunikasi ayah dua anak ini menimba ilmu di Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dengan program kekhususan Komunikasi Politik. Berbagai seminar nasional maupun internasional pernah dihadiri baik sebagai pemakalah maupun peserta. Minat utama penelitian berkaitan dengan Komunikasi Politik, Studi Media dan Komunikasi Massa.

GAYA KOMUNIKASI JOKOWI SEBAGAI

Dalam dokumen Komunikasi dan Pemilu 2014 Persiapan Pel (Halaman 89-92)