• Tidak ada hasil yang ditemukan

PILKADA PADANG TAHUN 2013 Asmawi, Yuliandre Darwis, Elva Ronaning Roem

Dalam dokumen Komunikasi dan Pemilu 2014 Persiapan Pel (Halaman 113-116)

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPNUniversitas Andalas

asmawi_isip_unand@yahoo.com, yuliandre.darwis@yahoo.com elvarona80@gmail.com

ABSTRAK

Media massa begitu menjadi terasa penting di dunia politik, terutama selama periode kampanye pilkada Selama periode pilkada tersebut media masa membanjiri khalayak dengan laporan-laporan kampanye, pidato politik para calon, poling pendapat umum, dan hingga urusan rumah tangga para tokoh politik yang sedang berkompetisi. Selama periode kampanye media massa berusaha mempengaruhi khalayak dan menjadi bagian dari proses pilkada. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemilih dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda memahami dan menafsirkan berita-berita kampanye melalui media elektronik televisi dalam periode pilkada 2013. Dari hasil penelitian kecenderungan yang menunjukkan persoalan yang paling banyak didiskusikan oleh partisipan dari semua kelompok adalah konvoi, yakni model kampanye dengan pengerahan atau arak-arakan massa yang menggunakan sepeda motor dan mobil. Jawaban yang berbeda-beda menunjukkan kecenderungan bahwa kelompok yang berbeda-beda memiliki persepsi yang berbeda-beda pula mengenai pemberitaan kampanye pilkada. Dengan kata lain perbedaan latar belakang sosio-kultural pemilihan mempengaruhi persepsi mereka terhadap pemberitaan kampanye.

PENDAHULUAN

Media massa, yakni surat kabar,radio dan televisi merupakan bagian yang vital dalam sistem

politik demokrasi. Media massa dalam hal ini dapat memainkan perannya yang signiikan, seperti

memberikan informasi pada khalayak mengenai berbagai isu penting, menyediakan diri sebagai forum untuk terselenggaranya debat publik, dan bertindak sebagai saluran untuk mengartikulasikan aspirasi-asspirasi.

Strategi politik, terutama dalam konteks kampanye pemilihan kepala daerah tidak dapat dipisahkan dari strategi media massa, sebab strategi politik membutuhkan media massa supaya publik mengetahui dan mendukungnya. Sepanjang massa kampanye berlangsung, media massa menjadi terasa penting, dan selama periode itu pula media massa membanjiri khalayak dengan laporan- laporan kampanye, pidato politik para calon, poling pendapat umum, dan hingga urusan rumah tangga para tokoh politik yang sedang berkompetisi. Selama periode kampanye media massa berusaha mempengaruhi khalayak dan menjadi bagian dari proses pilkada.

Hal ini wajar terjadi karena dalam sistem politik demokrasi, biasanya ada jaminan konstitusional untuk kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan pers selama periode kampanye media massa berusaha mempengaruhi khalayak dan menjadi bagian dari proses pilkada.

Pilkada 2013 di Kota Padang merupakan pilkada yang bukan suatu pilkada yang pertama kali dilaksanakan. Salah satu isyarat penting yang menandai berkembangnya nilai-nilai demokrasi di Indonesia dalam konteks pemilihan kepala daerah di Kota Padang 2013, banyaknya bakal calon kepala daerah yaitu sepuluh pasangan calon (paslon) yang berkompetisi. Hebatnya lagi, hanya tiga dari sepuluh paslon yang diusung oleh partai politik. Tujuh paslon lainnya maju dari jalur independen. Sebelumnya, belum ada sejarahnya pemilihan kepala daerah di Indonesia yang diikuti oleh paslon sebanyak itu. Paling tinggi hanya diikuti oleh tujuh pasangan calon. Ini kembali membuktikan betapa demokratisnya masyarakat Ranah Minang.

Untuk mengetahui bakal calon (Balon) kepala daerah, maka ketergantungan khalayak terhadap media massa begitu tinggi, tidak hanya televisi saja sebagai media yang ampuh, namun media cetak harian pun laris manis menjadi santapan berita yang menarik untuk dibaca setiap hari.

Penelitian ini mengambil titik fokus pada persoalan bagaimana pemilih dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda memahami dan menafsirkan berita-berita kampanye di media cetak harian melalui periode pilkada 2013. Hasil penelitian ini akan diharapkan menjadi pengetahuan ilmiah yang

bersifat awal yang dapat dikonirmasi atau diintegrasikan ke dalam penelitian lain demi kesimpulan-

kesimpulan yang lebih valid.

Adapun permasalahan yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini adalah, peneliti ingin melihat:

1. Bagaimana isu dan persoalan yang banyak dibicarakan di media massa cetak lokal dan nasional tentang persepsi Pemilih terhadap Berita Kampanye.

KAJIAN TEORITIS

Penelitian mengenai media massa terkait dengan politik sudah sejak lama menarik perhatian banyak kalangan ilmuwan dari berbagai disiplin , seperti politik, sosiologi, antropologi dan komunikasi. Hal ini dikarenakan informasi dan komunikasi merupakan hal yang bersifat sentral dan politik, dan media massa merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi politik. Laswell menyatakan bahwa politik bukan hanya merupakan persoalan who gets what, when and how (siapa, memperoleh apa, kapan, dan bagaimana), melainkan juga who says what ini which channel to whom with what effect (siapa menyatakan apa melalui saluran mana, kepada siapa, dengan pengaruh apa) (Thomas R.Dye dan Harmon Zeigler. 1986).

Dengan bertolak dari pandangan diatas, bahwa proses politik dapat diasosiasikan dengan komunikasi massa, dan karenanya juga dapat dikaitkan dengan media massa tampak sangat berperan ketika proses pilkada berlangsung, terutama selama periode kampanye. Oleh karena itu peran media massa selama periode pilkada sebenarnya bersifat kompleks. Bagi banyak orang, media massa, mungkin dengan memberikan informasi-informasi penting kepada khalayak atau publik maka kemudian akan tumbuh pengetahuan-pengetahuan tentang politik, pendapat, sikap dan penilaian-penilaian. Dalam hal ini Martin mengemukakan penegasan bahwa media massa do not cover the campagin; they are

compaign (Martin Harrop. 1987).

Penelitian ini mengambil fokus pada persoalan persepsi pemilih terhadap berita kampanye di media cetak. Konsep pokok dari penelitian ini adalah persepsi. Persepsi merupakan proses psikologis dalam penerimaan dan pemaknaan pesan. Dalam konteks komunikasi masssa, persepsi menentukan pemahaman khalayak terhadap pesan-pesan media massa, termasuk berita-berita kampanye yang dimuat di media cetak. Pemahaman ini pada gilirannya dapat mempengaruhi keyakinan-keyakinan pendapat, dan sikap.

Persepsi sendiri dapat dideinisikan sebagai proses yang digunakan untuk menginterpretasikan data

sensoris. Data sensoris sampai pada penikmat media massa melalui lima indera dalam tubuh manusia normal , yaitu indera pendengaran, indera penciuman, indera penglihatan, indera perasa, dan indera peraba. Ada dua jenis pengaruh dalam persepsi yaitu pengaruh structural dan pengaruh fungsional.

Pengaruh struktural pada persepsi berasal dari aspek-aspek isik rangsangan yang terpapar pada

penikmat media massa. Pemberitaan media massa, baik ataupun buruk, akan tersampaikan kepada masyarakat penikmat media massa sebagai sebuah pesan yang diterima oleh otak. Pesan inilah yang kemudian menjadi persepsi. Pengaruh fungsional merupakan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi, dan karena itu membawa pula subyektivitas kedalam proses penilaian (Severin dan tankard Jr. 1988).

Sementara itu, teori Dependensi yang dikembangkan Melvin L. DeFleur dan Sandra Ball- Rokeach (1976) memfokuskan teorinya pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini pada dasarnya merupakan suatu pendekatan struktur sosial yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat, di mana media massa dapat dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses

pemeliharaan, perubahan, dan konlik pada tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam

aktivitas sosial. Pemikiran terpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience

menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan, tentang dan oreintasi kepada, apa yang terjadi dalam masyarakatnya.

Salah satu media yang sering digunakan dalam membentuk persepsi realitas sebagaimana disebutkan di atas adalah surat kabar. Surat kabar telah lama dipergunakan untuk penyebaran informasi. Sejalan dengan berjalannya waktu, surat kabar tidak hanya berfungsi sebagai alat informasi saja, tetapi banyak fungsi yang dapat diberikan oleh surat kabar. Suwardi (1993) menjelaskan bahwa fungsi- fungsi dari surat kabar adalah sebagai fungsi menyiarkan informasi. Berbagai informasi dengan cepat dan akurat dapat disampaikan oleh surat kabar. Pembaca menjadi pembeli ataupun berlangganan surat kabar karena ingin mengetahui informasi apa yang terjadi di berbagai tempat di dunia. Kendatipun peran media massa dalam pilkada bersifat kompleks, terutama selama periode kampanye, namun bukan tidak mungkin kita meninjau kajian-kajian yang sudah ada mengenai hal ini. Ralph Negrine mengamati peran media massa dalam kampanye pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis: (a) apa yang dilakukan media massa (termasuk pemberitaan, talkshow dan iklan) dapat mempengaruhi perilaku dan pilihan khalayak, dan (b) kerja para jurnalis (misalnya membanjiri khalayak dengan liputan mengenai hiruk-pikuk kampanye) dapat memberikan dampak pada sifat dari kampanye yang berlangsung, seperti perjuangan politik (political struggle) serta debat politik. Berikut alur pikir Persepsi Pemilih terhadap berita kampanye Pilkada Pada tahun 2013:

Penelitian ini lebih dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan mengenai bagaimana khalayak, dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan kelompok sosial yang ada, mempersepsi (memahami dan menafsirkan) pesan-pesan media, khususnya pemberitaan media cetak harian mengenai kampanye pilkada 2013. Karena tujuan demikian maka jenis penelitian kualitatif dengan metode

focus group discussion dapat diyakini sesuai untuk penelitian ini. Metode focus group discussion

sering disebut focus group interview pada dasarnya merupakan metode ilmiah kualitatif bersifat

class procedure dengan kehadiran seorang moderator yang memfasilitasi jalannya diskusi atau

interview (Watt dan Van den Berg. 1995).

Peristiwa:PILKADA Kota Padang

Dalam dokumen Komunikasi dan Pemilu 2014 Persiapan Pel (Halaman 113-116)