• Tidak ada hasil yang ditemukan

World Wide Web Dikenal dengan www atau web sebuah system lain yang dapat diakses melalui computer lain secara cepat dan tepat Sekarang ini, Web menggunakan metafora halaman dan

Dalam dokumen Komunikasi dan Pemilu 2014 Persiapan Pel (Halaman 136-141)

TELEVISI DAN PEMILU

3. World Wide Web Dikenal dengan www atau web sebuah system lain yang dapat diakses melalui computer lain secara cepat dan tepat Sekarang ini, Web menggunakan metafora halaman dan

orang dapat membuka halaman per halaman dengan mengklikletak halamannya. Halaman yang berbeda tersebut dapat muncul di computer yang berbeda di seluruh dunia. Perpindahan dalam web dibuat lebih sederhana bagi penggunanyasejalan dengan perkembangannya software untuk membaca Web seperti Mozaik dan Netscape.

Menurut pengamatan penulis, ketiga itur ini, yang paling banyak digunakan, terutama di kota-kota

Di dunia maya, seseorang bisa menjadi lebih demokrasi dapat mengekspresikan apa saja yang ada dalam benaknya, seakan ia lahir menjadi orang lain yang berbeda dari yang sebenarnya. Seorang dapat lebih agresif, percaya diri karena dapat berkomunikasi tanpa bertemu secara langsung. Pengguna internet dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkannya.

Apalagi Penggunanya adalah anak-anak muda dan orangtua yang masih produktif dan kreatif. Hal ini jika diambil sisi positifnya maka internet dapat dijadikan media sosialisasi bagi KPU dan peserta pemilu.

Oleh karena itu agar Pemilu 2014 berjalan lancar, maka KPU dan peserta pemilu, yang sudah menjadi orangtua jangan gagap teknologi, jangan menganggap diri terlalu tua untuk memiliki akun facebook agar masuk dalam dunia anak muda yang baru menjadi pemilih pemula. Apalagi banyak area memberikan internet gratis, membuat makin tingginya orang untuk mengakses internet.

KOMUNIKASI POLITIK

Televisi dan internet disamping dapat mempromosikan barang dan jasa dan pribadi-pribadi seseorang, juga dapat menjadi alat yang ampuh dalam mempromosikan atau mengkampanyekan calon peserta pemilu. Secara tidak langsung apa yang disajikan televisi dan internet seakan–akan itu merupakan perintah agar orang mengikuti apa yang diinginkan.

Rogers dan Storey dalam Venus (2004) mengatakan kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Menurut Kirana

(2001:21), berkampanye itu berkomunikasi dengan deinisi kampanye advokasi adalah komunikasi

antar manusia yang direncanakan dengan sangat teliti dan strategi untuk menumbuhkan kesadaran memberi informasi, memberi informasi, dan mengubah perilaku sasaran supaya mereka mendukung suatu perubahan kebijakan. Dalam kampanye itulah pesan komunikasi politik disalurkan melalui media yang tepat. Dalam hal ini media yang dilihat adalah televisi. Dalam pandangan Miriam Budiardjo (2008:405) peranan komunikasi politik dapat menghasilkan partisipasi politik yaitu kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Dipilihnya televisi, karena apapun yang diberitakan di suratkabar dan radio ataupun media lain, biasanya disiarkan juga melalui televisi.

Peristiwa Pemilu, tidak lepas dengan peran dan fungsi komunikasi politik. Suatu jaringan (komunikasi) mampu memperbesar dan melipatgandakan ucapan-ucapan (pembicaraan) dan pilihan- pilihan individual sehingga dalam hal ini tidak akan ada suatu politik yang dapat merentangkan suatu bangsa (Anwar, 2003:3). Sementara Schrater menuliskan, komunikasi adalah mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan sehingga komunikasi politik berisi pembicaraan mengenai politik (Aubrey.1990: 10)

Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap perilaku dan perasaan sehingga seseorang membuat reaksi terhadap informasi, sukap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami. Bungin (2006) mengatakan fenomena komunikasi dipengaruhi pula media yang digunakan sehingga media terkadang ikut mempengaruhi isi dan penafsiran terhadap informasi tersebut. Media yang mudah diakses dan lengkap dengan gambarnya yang hidup adalah televisi.

Peserta pemilu yang terdiri dari partai politik dan masyarakat pada saat ini tidak akan bertahan keberadaannya tanpa televisi. Televisi tempat menciptakan karisma dan pencitraan. Sekarangpun beberapa pemimpin partai besar mulai berbicara di televisi. Dan mereka yang mengetahui dampak

televisi memanfaatkannya untuk menanamkan nilai diri dalam masyarakat. Misalnya, beberapa pimpinan partai besar di Indonesia saat ini menayangkan citra dirinya yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia meraih simpati dan berperan sebagai tokoh pembangunan yang seakan menjadi artis sinetron di televisi. Hal ini sesuai dengan demokrasi seseorang untuk mengekspresikan keinginan dalam pandangan hidupnya. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup yang tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia (Prasetya, 2004:173).

Gejala yang nampak, sekarang ini muncul calon peserta pemilu yang datang dari luar pulau Jawa, hal ini menjadi warna baru bagi perpolitikan di Indonesia. Ketika kita berkomunikasi dengan orang dari suku, agama, atau ras lain dihadapkan pada sistem nilai dan aturan yang berbeda. sukar memahami komunikasi mereka bila kita sangat etnosentrik, kelekatan ini disebut stereotip, yaitu generalisasi atas sekelompok orang dengan mengabaikan perbedaan kelompok- kelompok orang (Sihabudin, 2011: 121). Keadaan ini menjadi sirna ketika kita melihat tayangan yang diberikan dalam televisi ataupun media internet, karena banyak unsur daya tariknya.

Sementara gaya/sikap pelaku yang ditampilkan dapat ditiru oleh yang menontonnya yaitu masyarakat, disinilah proses belajar yang rumit berlangsung. Bandura (Rakhmat, 1999:240) menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan; proses perhatian, peringatan, reproduksi motoris dan proses motivasional. Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung. Peristiwa itu dapat berupa tindakan tertentu. Dalam tayangan televisi calon nampak bersahabat, gambaran pola pemikiran yang disebut Bandura sebagai

abstract modeling. Masyarakat meniruperilaku-perilaku dalam tayangan televisi ataupun menjadi suatu ketertarikan.

Secara tidak langsung sebagian dari tugas mendidik sudah dilakukan oleh televisi, sesuai dengan fungsinya yang mendidik sebagai media komunikasi massa. Hasil ini sesuai dengan McQuail dalam Teori Komunikasi Massa (1996:13), bahwa televisi berperan sebagai sarana baru yang menyebarkan tontonan yang dapat diikuti. Dari televisi terjadi proses pemberian stimuli yang dapat dijadikan teladan (modelling stimuli). Komunikasi dalam hal pembelajaran politik dapat diberikan melalui televisi dan internet.

Berkaitan dengan pemilu 2014, adanya e-rekapitulasi dapat disosialisasikan melalui televisi dan internet karena mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Informasi elektronik dan atau dokumen elektonik dan atau hasil cetaknya adalah bukti hukum yang sah. Untuk mengantisipasi pada masyarakat yang memberikan kecurigaan pada teknologi yang digunakan. Begitu juga UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik yang mewajibkan pemerintah mempersiapkan peralatan mesin pengaduan publik yang bertaraf internasional. Dan menyiapkan serta melatih Sumber Daya Manusianya yang dapat mengoperasikan peralatan tersebut. Juga ada UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan informasi yang dapat mewujudkan transparansi informasi publik.

KESIMPULAN

Televisi dan internet dapat dijadikan sebagai media komunikasi politik pemilu 2014, dengan mensosialisasikan semua informasi tentang pemilu mulai dari proses hingga pencoblosan, perhitungan, serta pengawasan sehingga jelas dan transparan. Mengkapanyekan diri untuk membangun citra. Masyarakat juga mengetahui undang-undang dan peraturannya, yang isinya dapat mempersuasif masyarakat agar tidak menjadi golput.

Berkaitan dengan gejala ini, masih sangat diperlukan komunikasi tatap muka yang intens frekuensinya dari pihak yang berperan dengan masyarakat dan lembaga-lembaga terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sihabuddin, 2011, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Bumi Aksara

Ariin, Anwar, 2003. Komunikasi Politik:Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Bungin, Burhan, 2006, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan DiskursusTeknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: kencana

Denis McQuail, 1996, Teori Komunikasi Massa, Jakarta:Erlangga

Fisher, B. Aubrey.1990. Teori-Teori Komunikasi. Terjemahan Jalaluddin Rakhmat. Bandung: Remaja Rosdakarya

Joko Tri Prasetya, 2004, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Rineka Cipta

Kirana, Chandra. 2001. Advokasi Itu Komunikasi. Jakarta: BSP-KEMALA. halaman 21 Rakhmat Djalaluddin, 1999, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung

Wahyudi, J.B., 1996, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta, Graiti, Jakarta, halaman 5

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bndung: Simbiosa Rekatama Media Makalah:

Isnawijayani, 2013, Internet Sebagai Media Baru Yang Menghasilkan Budaya Positif dan Negatif,

Makalah Seminar Internasional Hubungan Malaysia Indonesia.

BIODATA PENULIS

Prof. Isnawijayani, Guru Besar Ilmu Komunikasi , Dosen Kopertis Wilayah II DPK pada Universitas Baturaja Sumatera Selatan. S1 FKIT Elektro IKIP Bandung tahun 1985, S1 Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad Bandung 1986, Asean Journalist Tokyo Jepang 1992, S2 Program Pasca Sarjana Unand Padang 1995, S3 Kajian Media Universitas Malaya Malaysia Kuala Lumpur 2002. Pengurus PWI Cabang Sumsel 1987 – 1998, Wakil Ketual Ikatan Penulis KB 1988 – 1993. Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Cabang Sumsel, Humas Tim Penggerak PKK Provinsi Sumsel 2002- 2006, Sekretaris IV Tim Penggerak PKK Provinsi Sumsel 2006 – 2008, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sumatera Selatan 2004- 2008, Anggota Dewan Riset Daerah Sumatera Selatan 2001- 2008

DIGITALISASI PENYIARAN DI INDONESIA

Dalam dokumen Komunikasi dan Pemilu 2014 Persiapan Pel (Halaman 136-141)