• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSEKTISIDA GOLONGAN HIDROKARBON TERKHLORINASI

Dalam dokumen Buku Ilmu Kedokteran Forensik (Halaman 120-127)

Hidrokarbon terkhlorinasi adalah zat kimia sintetik yang stabil ceberapa minggu sampai beberapa bulan setelah penggunaannya, ^mumnya larut dalam lemak tetapi tidak dalam air. Termasuk golongan ini adalah DDT, Aldrin, Dieldrin, Endrin, Chlordane, Lindane,

Methoxychlor, Toxaphane dan BHC (Benzene nexa chlorida) yang hampir sama dengan DDT. Farmakokinetik

DDT (Dikloro difenil trikloro etana=klorofenotan) lambat diabsorpsi melalui saluran cerna. Insektisida dalam bentuk bubuk tidak z absorpsi melalui kulit, tetapi bila dilarutkan dalam solven organik -ungkin dapat diabsorpsi melalui kulit. Absorpsi dapat pula melalui pernafasan bila seseorang terpapar pada aerosol. Setelah absorpsi, Z D J dalam jumlah besar ditimbun dalam lemak. DDT mengalami pegradasi dengan lambat dalam jaringan menjadi DDA ( Asam di-I oro difenil asetat), dan mungkin pula produk degradasi lain. Setelah pemberian, DDT sedikit sekali atau tidak ada DDT dalam oentuk tidak berubah dijumpai dalam urin. Tetapi ekskresi klorin or-ganik melalui saluran kemih meningkat, dan mencapai puncaknya -alam 24 jam, kemudian perlahan-lahan turun sampai 10 hari. Sebagian besar klorin ini terdapat dalam bentuk DDA. Hanya 20 % pari DDT yang ditelan dijumpai sebagai DDA dalam urin.

Farmakodinamik

DDT merupakan stimulator SSP yang kuat dengan efek eksitasi angsung pada neuron, yang mengakibatkan kejang-kejang dengan mekanisme yang belum jelas. Derajat kejang sebanding dengan <adar DDT dalam otak. Kejang bersifat epileptiform dengan interval «ejang yang makin lama semakin singkat. DDT juga mengakibatkan sensitivitas miokardium meningkat. Kematian terjadi akibat depresi pernafasan atau akibat fibrilasi ventrikel.

Takaran toksik DDT pada manusia adalah 1 gram dan takarar fatalnya 30 gram. Takaran fatal pada binatang untuk Aldrin 2-5 gram Dieldrin 2-5 gram, Endrin 10 mg/kg BB, Chlordane 6 gram, Lindane 15-30 gram, Methoxychlor 350-500 gram, Toxaphene 2-7 gram.

Manifestasi utama keracunan adalah muntah-muntah, tremc-dan kejang-kejang.

Gejala pada keracunan ringan adalah merasa lelah, berat ca sakit pada tungkai, sakit kepala, parestesia pada lidah, bibir dar muka, gelisah, dan lesu mental.

Gejala pada keracunan berat adalah pusing, gangguan keseimbangan, bingung, rasa tebal pada jari-jari, tremor, mual, muntah fasikulasi, midriasis, kejang tonik dan klonik, kemudian koma. Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Diagnosis keracunan ditegakkan berdasarkan anamnesa adanya kontak dengan insektisida, misalnya bekerja sebagai penyemprot hama, adanya gejala keracunan dan pemeriksaan labora-torium terhadap darah dan urin.

Pada keracunan kronik, dilakukan biopsi lemak tubuh yang diambil pada perut setinggi garis pinggang minimal 50 gram dar dimasukkan ke dalam botol bermulut lebar dengan penutup dar gelas dan ditimbang dengan ketelitian sampai 0,1 mg. Pada keadaa-normal, insektisida golongan ini dalam lemak tubuh terdapat kurang dari 15 ppm.

Pengobatan

Prinsip pengobatan pada keracunan akut: Tindakan darurat medik:

Bilas lambung dengan air hangat 2 4 liter.

Emetika, sirup ipekak 15 ml, kemudian diberi minum air susu, atau sari buah. Bila dalam 15 menit tidak timbul mi--tah segera ulang kembali dengan takaran yang sama.

Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabur Pakaian yang terkena racun harus dilepaskan.

Berikan pernafasan buatan dengan oksigen bila terdapa-gangguan pernafasan. Tindakan umum :

Antikonvulsan, luminal 100 mg subkutan tiap jam sampa kejang teratasi atau pemberian luminal telah mencapai 5CC mg. Bila kejang hebat, beri sodium pentobarbital 100-5CC mg i.v.,

kemudian disusul dengan pemberian 100 mg luminal subkutan secukupnya.

Stimulan tidak boleh diberikan, terutama epinefrin, karena akan menimbulkan fibrilasi ventrikel, mengingat bahwa pada keracunan insektisida golongan ini menyebabkan miokardium menjadi sensitif (seperti halnya pada pemberian kloroform).

Prinsip pengobatan pada keracunan kronik :

Diet tinggi karbohidrat, vitamin dan kalsium untuk mencegah nekrosis hati. Bila ditemukan tremor beri luminal per oral.

Untuk mencegah infeksi dapat diberikan antibiotika.

Keracunan ringan akan sembuh dengan sempurna. Sedangkan pada keracunan berat dengan kejang-kejang hebat dan lama, penyembuhannya sukar diramalkan. Penyembuhan mungkin memerlukan waktu 2 sampai 4 minggu.

•CSEKTISIDA GOLONGAN INHIBITOR KOLINESTERASE

Insektisida yang termasuk dalam golongan ini terbagi antara sar dalam golongan fosfat organik dan karbamat. Keduanya mem-SJLrtyai cara kerja yang sama, yaitu dengan mengikat enzim asetil-• : -esterase.

5armakokinetik

Inhibitor Kolinesterase diabsorpsi secara cepat dan efektif -a a ji oral, inhalasi, mukosa, dan kulit.

Setelah diabsorpsi sebagian besar diekskresikan dalam urin, -ampir seluruhnya dalam bentuk metabolit. Metabolit dan senyawa asanya di dalam darah dan jaringan tubuh terikat pada protein. E-im-enzim hidrolitik dan oksidatif terlibat dalam metabolisme sa-yawa organofosfat. Selang waktu antara absorpsi dengan ecskresi bervariasi.

:a'makodinamik

Setelah masuk dalam tubuh akan mengikat enzim asetil-«o nesterase (AChE), sehingga AChE menjadi inaktif dan terjadi a*-mulasi asetilkolin. Asetilkolin bekerja pada ganglion simpatik dan parasimpatik, reseptor parasimpatik, neuro-muscular junction, neuro-T3.-smitter sel-sel saraf dan medula kelenjar suprarenal. Keadaan ini a*an menimbulkan efek yang luas.

Potensiasi aktivitas parasimpatik postganglionik, mengakibat-«STI kontraksi pupil, stimulasi otot saluran cerna, stimulasi saliva dan «oenjar keringat, kontraksi otot bronkial, kontraksi kandung kemih, modus sinus jantung dan nodus atrio-ventrikular dihambat.

Depolarisasi yang menetap pada otot-otot rangka, sehingga mulamula terjadi fasikulasi yang disusul dengan blok neuromuskuia-dan paralisis.

Mula-mula stimulasi disusul dengan depresi pada sel SS? sehingga menghambat pusat pernafasan dan pusat kejang.

Stimulasi dan blok yang bervariasi pada ganglion, sehingga tekanan darah dapat naik atau turun serta dilatasi atau miosis pupil.

Kematian disebabkan kegagalan pernafasan dan blok jantung

Takaran fatal untuk golongan Organofosfat, Malathion 1-5 g: Parathion 10 mg/kg BB; Systox 100 mg; dan Tetraetilpirofosfat 0.* mg/kg BB. Takaran fatal untuk golongan Karbamat, Aldicarb 0.9-" mg/kg BB dan Propoxur 95 mg/kg BB.

Tanda Dan Gejala Keracunan

Manifestasi utama keracunan adalah gangguan penglihatan kesukaran bernafas dan hiperaktif gastrointestinal.

Pada keracunan akut gejala-gejala timbul dalam 30-60 men: dan mencapai puncaknya dalam 2-8 jam.

Pada keracunan ringan tampak anoreksia, sakit kepala, pusing lemah, gelisah, tremor lidah & kelopak mata, miosis dan penglihata-kabur.

Gejala keracunan sedang adalah mual, salivasi, lakrimas kejang perut, muntah, banyak berkeringat, nadi lambat dan fasikulas otot-otot.

Gejala keracunan berat adalah diare, pupil pinpoint dan tidafl bereaksi, pernafasan sukar, edema paru, sianosis, kendali sfingte-hilang, kejang, koma dan blok jantung.

Gejala keracunan kronik organofosfat timbul akibat penghambatan kolinesterase dan akan menetap selama 2-6 minggu, menyerupai keracunan akut yang ringan. Tetapi bila terpapar lagi dala~ jumlah kecil dapat timbul gejala yang berat. Untuk golongan karbamat, ikatan dengan AChE bersifat sementara dan akan terlepas kembali dalam beberapa jam (reversibel), sehingga tidak akan timb_ keracunan kronik.

Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Keracunan insektisida golongan ini dapat diduga bila :

Gejala-gejala cepat timbul, bila gejala baru timbul lebih dari 5 jam, pasti bukan keracunan insektisida golongan ini.

Gejala-gejala bersifat progresif, makin lama makin hebat.

Gejala-gejala tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu sindroma penyakit apapun, dapat menyerupai penyakit gastroenteritis, en-sefalitis, pnemoni dan lain lain dan pengobatan biasa tidak menolong.

Anamnesa terdapat kontak dengan racun golongan ini.

Diagnosis keracunan ditegakkan berdasarkan anamnesis, geja-I -eracunan yang kompleks dan pemeriksaan laboratorium (TLC, so=<r.rofotometri, dan kromatografi gas).

Pada korban yang meninggal tidak ditemukan tanda-tanda «ras. Pada kasus keracunan akut hanya ditemukan tanda-tanda as-teia, edema paru-paru dan perbendungan organ-organ tubuh. Mungkin tercium bau zat pelarut misalnya bau minyak tanah.

Minyak tanah sendiri dapat menimbulkan keracunan berupa aacresi SSP dan bila teraspirasi dapat menimbulkan pnemonitis.

Pada percobaan binatang dengan keracunan kronik dapat atemukan nekrosis sentral dan

degenerasi bengkak keruh pada -ai: vakuolisasi, girolisis dan retikulasi basofilik yang jelas pada otak aan medula spinalis; perlemakan pada miokardium; degenerasi sel fejbuli ginjal.

Laboratorium

Untuk pemeriksaan toksikologik perlu diambil darah, jaringan hati, limpa, paru-paru dan lemak badan.

Penentuan kadar AChE dalam darah dan plasma dapat a" akukan dengan cara tintometer (Edson) dan cara paper-strip

Acnolest).

Cara Edson : berdasarkan perubahan pH darah. AChE ACh---> kolin + asam asetat

Ambil darah korban dan tambahkan indikator brom-timol-biru, aamkan beberapa saat maka akan terjadi perubahan warna.

Bandingkan warna yang timbul dengan warna standar pada zcnparator disc (cakram pembanding), maka dapat ditentukan cadar AChE dalam darah.

% aktifitas AChE darah Interpretasi

75% 100% dari normal tidak ada keracunan 50% 75% dari normal keracunan ringan 25% 50% dari normal keracunan 0% 25% dari normal keracunan berat Cara Acholest:

Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest re'samaan dengan kontrol serum darah normal. Pada kertas Acnolest sudah terdapat ACh dan indikator.

Waktu perubahan warna pada kertas kertas tersebut dicatat. =a'ubahan warna harus sama dengan perubahan warna pemban-z -g (serum normal) yaitu warna kuning telur.

Interpertasi: kurang dari 18 menit, tidak ada keracunan 20 35 menit, keracunan ringan 35 -150 menit, keracunan berat.

Kristalografi:

Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/minuman, muntahan, isi lambung dimasukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air sampai kering, kemudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring Filtrat yang didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat di bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini adalah golongan hidrokarbon terklorinasi.

Kromatografi lapisan tipis (TLC)

Kaca berukuran 20 cm x 20 cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau dengan aluminium oksida, lalu dipanaskan dalam oven 110 derajat Celcius selama 1 jam.

Filtrat yang akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca disertai dengan tetesan lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung kaca TLC dicelupkan ke dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai tetesan tersebut di atas Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan ditarik ke atas sambil melarutkan filtrat-filtrat tadi. Setelah itu kaca TLC

dikeringkan lalu semprot dengan reagensia Paladiur klorida 0,5% dalam HCI pekat, kemudian denga-Difenilamin 0,5% dalam alkohol.

Hasilnya : Warna hitam (gelap) berarti golongan hidroka--bon terklorinasi. Warna hijau dengan dasar dadu heran golongan organofosfat.

Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakikan dengan menentukan Rf masing-masing bercak.

Jarak yang ditempuh bercak Jarak yang ditempuh pelarut

Angka yang didapat dicocokkan dengan standar, maka jenisnya dapat ditentukan.

Dengan membandingkan besar bercak dan intensitas warnanya dengan pembanding, dapat diketahui konsentras secara semikuantitatif.

Pemeriksaan dapat pula dilakukan dengan cara Spektrc-fotometri atau Kromatografi gas Pengobatan

Pada keracunan akut: Tindakan darurat:

Berikan sulfas atropin dalam dosis tinggi.

Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, dan dilakukan sebelum timbul gejala atau setelah gejala terkontrol dengan atropin.

Bilas lambung atau emetika. Bila gejala-gejala belum timbul lakukan bilas lambung dengan air hangat atau induksi muntah dengan sirup ipekak.

Laksativa, Mg-sulfat 25 gr dalam 1 gelas air. Castrol oil merupakan indikasi kontra karena dapat mempermudah larutnya racun.

Pemberian Antidotum: Sulfas atropin, 2 mg I.M. dan diulang tiap 3-6 menit sampai timbul tanda atropinisasi (wajah merah, mulut kering, dilatasi pupil dan nadi cepat). Pertahankan atropinisasi dengan mengulang pemberian atropin 2 mg. Pemberian atropin sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama cukup aman. Terapi atropin yang terputus akan segera disusul dengan kegagalan pernafasan.

Takaran sulfas atropin untuk anak-anak adalah 0,04 mg/kg BB. Bila timbul takikardi hebat dapat diberi propranolol.

Kolinesterase reaktivator, hanya digunakan pada keracunan organofosfat tetapi berbahaya untuk keracunan golongan karbamat. Hanya diberikan setelah atropinisasi penuh.

Contoh : Pralidoksim ( Protopam, piridin-2-aldoksim metok-lorida, 2-PAM)sebanyak 1 gr dalam larutan akuades I.V. perlahan-lahan, dapat diulang setelah 30 menit bila pernafasan tidak membaik. Takaran dapat diberikan 2 kali /24 jam.

2-PAM harus diberikan secepatnya karena dapat timbul aging phenomen, yaitu keadaan dengan ikatan insektisida-AChE telah mengalami dealkilasi sehingga 2-PAM tidak lagi dapat melepaskan ikatan tersebut. Hal ini berbahaya karena atropin tidak memperbaiki paralisis otot-otot pernafasan.

Tindakan umum:

Sekresi jalan nafas dikeluarkan dengan postural drainage atau dengan penyedot kateter. Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturat, fenotiazin dan obat yang menimbulkan depresi pernafasan lain.

Kejang-kejang diatasi dengan obat anti-kejang. Pada keracunan kronik

Dapat diketahui dengan penentuan kadar AChE dalam darah. Bila ada indikasi (keracunan ringan) maka korban dapat diberikan istirahat, dan tidak boleh kontak lagi dengan insektisida. Prognosis :

Pada keracunan akut saat kritis adalah 4-6 jam pertama Pengobatan yang tepat sangat menentukan.

Dalam dokumen Buku Ilmu Kedokteran Forensik (Halaman 120-127)