• Tidak ada hasil yang ditemukan

NCEKIKAN {MANUAL STANGULATION)

Dalam dokumen Buku Ilmu Kedokteran Forensik (Halaman 57-62)

Pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan, yang me-ecabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi enyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat e.'.at.

Mekanisme kematian pada pencekikan adalah : 1. Asfiksia.

2. Refleks vagal, terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus pada corpus caroticus (carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna. Refleks vagal ini jarang sekali terjadi.

Pada pemeriksaan jenazah ditemukan perbendungan pada -^ka dan kepala karena turut tertekan pembuluh darah vena dan teri yang superfisial, sedangkan arteri vertebralis tidak terganggu. Tanda-tanda kekerasan pada leher ditemukan dengan dis-ousi berbeda-beda, tergantung pada cara mencekik: Luka-luka ecet pada kulit, berupa luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan abit akibat penekanan kuku jari.

Luka-luka memar pada kulit, bekas tekanan jari, merupakan petunjuk berharga untuk menentukan bagaimana posisi tangan pada saat mencekik. Akan menyulitkan bila terdapat memar subkutan luas, sedangkan pada permukaan kulit hanya tampak memar berbintik. Memar atau perdarahan pada otot-otot bagian dalam leher, dapat terjadi akibat kekerasan langsung. Perdarahan pada otot ster-nokleido-mastoideus dapat disebabkan oleh kontraksi yang kuat pada otot tersebut saat korban melawan.

Fraktur pada tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior rawan gondok yang unilateral lebih sering terjadi pada pencekikan, namun semuanya tergantung pada besar tenaga yang

dipergunakan saat pencekikan. Patah tulang lidah kadang-kadang merupakan satu-satunya bukti adanya kekerasan, bila mayat sudah lama dikubur sebelum diperiksa.

Pada pemeriksaan jenazah, bila mekanisme kematian adalah asfiksia, maka akan ditemukan tanda-tanda asfiksia. Tetapi bila mekanisme kematian adalah refleks vagal, yang menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut, sehingga tidak ada tekanan in-travaskular untuk dapat menimbulkan perbendungan, tidak ada perdarahan petekial, tidak ada edema pulmoner dan pada otot-otot leher bagian dalam hampir tidak ditemukan perdarahan. Diagnosis kematian akibat refleks vagal hanya dapat dibuat pereksklusionam.

PENJERATAN (STRANGULATION)

Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, se-hingga saluran pernapasan tertutup.

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan suicide (bunuh diri) maka penjeratan biasanya adalah pembunuhan.

Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso-vagal (perangsangan reseptor pada carotid body).

Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan, sedangkan pada penjeratan, arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.

Jerat. Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan dengan baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama-sama dengan Visum et Repertum nya.

Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau

diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Simpul harus diamankan dengan melakukan pengikatan dengan benang agar tidak berubah pada waktu mengangkat jerat.

Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat harus digunting serong .angan melintang) pada tempat yang berlawanan dari letak simpul, sehingga dapat direkonstruksikan kembali di kemudian hari. Kedua -, jng jerat harus diikat sehingga bentuknya tidak berubah.

Jejas jerat Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah daripada jejas jerat pada kasus gantung. Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan gondok.

Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat -nak dan lebar seperti handuk atau selendang sutera, maka jejas -iungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah dalam aapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus kaki nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak eoih dari 2-3 mm.

Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scotch tape pada daerah jejas di leher, kemudian ditempelkan pada «aca obyek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar ultra . olet.

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat orban melawan akan

menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, .ang tampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan). 3ada otot-otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah.

Cara kematian dapat berupa:

1. Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyu- lit-kan diagnosis. Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja, dengan jumlah lilitan lebih dari satu.

2. Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka pada leher.

3. Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher dan tertarik masuk ke mesin. GANTUNG (HANGING)

Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat.

Pada penjeratan, tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung, tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh berat badan digunakan. Mekanisme kematian pada kasus gantung:

1. Kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis. Hal

ini terjadi akibat dislokasi atau fraktur vertebra ruas leher, misalnya pada judicial hanging (hukum gantung).

Terhukum dijatuhkan dari ketinggan 2 meter secara mendadak dengan "menghilangkan" tempat berpijaknya sehingga mengakibatkan terpisahnya C2-C3 atau C3-C4, yang juga terjadi akibat terdorong oleh simpul besar yang terletak pada sisi leher. Medula spinalis bagian atas akan ter-tarik/teregang atau terputar dan menekan medula oblong-ata. Kadang-kadang medula oblongata pada batas pons terputar sehingga mennyebabkan hilang kesadaran, sedangkan denyut jantung dan pernapasan masih berlangsung sampai 10-15 menit.

Pada autopsi sering ditemukan adanya faring yang terluka dan biasanya tidak ada perbendungan, sedangkan arteri karotis terpu tar sebagian atau seluruhnya.

2. Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernapasan. 3. Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher. 4. Refleks vagal.

Kasus gantung biasanya merupakan kasus bunuh diri (gantung diri) meskipun kasus

pembunuhan kadang-kadang dilaporkan, yaitu untuk menunjukan kesan seolah-olah si korban bunuh diri dengan maksud untuk menghilangkan jejak pembunuhan.

Posisi korban pada kasus gantung diri:

1. Kedua kaki tidak menyentuh lantai (complete hanging). 2. Duduk berlutut (biasanya menggantung pada daun pintu).

3. Berbaring (biasanya di bawah tempat tidur). Diketahui terdapat beberapa jenis gantung diri: 1. Typical hanging, terjadi bila titik gantung terletak di atas darah oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling besar.

2. Atypical hanging, bila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.

3. Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.

Pada pemeriksaan jenazah, kelainan pada autopsi tergantung pada apakah arteri pada leher tertutup atau tidak. Bila jerat kecil dan keras maka terjadi hambatan total arteri sehingga muka akan tampak pucat dan tidak terdapat petekie pada kulit maupun konjungtiva.

Bila jerat lebar dan lunak maka hambatan hanya terjadi pada saluran pernapasan dan pada aliran vena dari kepala ke leher, sehingga akan tampak perbendungan pada daerah sebelah atas ikatan. Kadangkadang perbendungan akan dialirkan melalui pleksus vena vertebralis yang tidak begitu mudah tertekan seperti sistem vena jugularis, meskipun pengikatan tetap atau tidak berubah.

Pada keadaan di atas, darah tidak terkumpul di otak, se-pangkan pada kulit dan konjungtiva masih terdapat petekie yang -erupakan akibat terkumpulnya darah ekstra-vaskular.

Jejas jerat relatif terletak lebih tinggi pada leher dan tidak menatar, melainkan lebih meninggi di bagian simpul, kulit men- cekung • i dalam sesuai dengan bahan penjeratnya, berwarna coklat, perabaan kaku, dan akibat bergesekan dengan kulit leher, maka =ada tepi jejas dapat ditemukan luka lecet.

Kadang-kadang pada tepi jejas jerat akan terdapat sedikit perdarahan, sedangkan pada jaringan bawah kulit dan otot-otot sebelah padam terdapat memar jaringan. Namun ini tidak selalu terjadi, untuk fcj perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik untuk melihat reaksi .•-.al pada jaringan di bawah jejas untuk menentukan apakah jejas terjadi pada waktu orang masih hidup atau setelah meninggal.

Patah tulang lidah atau rawan gondok atau keduanya tidak sering terjadi pada kasus gantung. Rawan gondok biasanya patah pada persambungan kornu superior dengan lamina sedangkan tulang lidah patah pada atau dekat persambungan taju dan korpus. Fraktur biasanya diliputi se- dikit

perdarahan.

Distribusi lebam mayat pada kasus gantung, mengarah ke pawah yaitu pada kaki, tangan dan genitalia eksterna, bila korban T gantung cukup lama. Pada korban wanita, labium membesar dan terdapat lebam, sedangkan pada korban laki-laki hal ini terjadi pada skrotum. Penis dapat tampak seolah mengalami ereksi akibat terkumpulnya darah, sedangkan semen keluar karena relaksasi otot sf.ngter post mortal.

Asfiksia seksual terjadi pada kasus deviasi seksual yang -enggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan kepuasan, yang karena terlambat mengendurkan tali atau sukar memaskan diri sesudah tercapai keadaan penurunan kesadaran. Kor-pan biasanya lelaki, pasca adolesens dan ditemukan tanda penyimpangan seksual lain.

Efek lanjut penekanan saluran pernapasan. Bila korban masih hidup setelah penjeratan, sebagai akibat perbendungan, maka perdarahan petekie akan menetap selama beberapa hari. Se-pangkan jejas jerat akan membengkak dan terbentuk kulit keras zada epidermis yang telah terkikis. Keadaan ini akan menghilang setelah 1-2 minggu. Luka pada laring akan menimbulkan kesulitan menelan karena nyeri, dan suara serak selama beberapa hari sampai peberapa minggu. Patah tulang akan menyembuh. Hipoksia serebral ■ ang menimbulkan koma, dapat bersifat menetap

(irreversible), yang bila sembuh akan meninggalkan gejala sisa seperti psikosis, ke-ainan neurologik, dan lain-lain.

Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk memperkirakan cara kematian memberikan gambaran:

Pembunuhan Bunuh Diri Alat penjerat:

simpul biasa simpul mati simpul hidup jumlah lilitan hanya satu satu atau lebih

arah mendatar serong ke atas

jarak ttk tumpu -simpul

dekat jauh

Korban:

jejas jerat berjalan mendatar meninggi ke arah simpul

luka perlawanan +

-luka-luka lain ada, sering di dae- biasanya tidak ada, rah leher mungkin terdapat luka

percobaan lain. jarak dari lantai jauh dekat, dapat tidak

ter-gantung TKP:

Lokasi bervariasi tersembunyi

Kondisi tidak teratur teratur

Pakaian tak teratur, robek. Rapi dan baik

Alat: dari si pembunuh Berasal dari yang ada di TKP

Surat peninggalan: - +

Ruangan: tak teratur, terkunci terkunci dari dalam dari luar

Dalam dokumen Buku Ilmu Kedokteran Forensik (Halaman 57-62)