• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI

Dalam dokumen Buku Ilmu Kedokteran Forensik (Halaman 160-172)

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa ama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Di negara lain, misalnya di Inggris, batasan umur anak yang termasuk dalam kasus infantisida adalah sampai 12 bulan karena dianggap persalinan dan menyusui anak dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa seorang wanita.

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang.

Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak

dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak , pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa a-naknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 343. Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Dari undang-undang di atas kita dapat melihat adanya 3 faktor penting, yaitu :

Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (ps. 338: tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340, dengan rencana).

Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu /g tepat, tetapi hanya dinyatakan "pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian". Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang teiah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah. Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misal nya tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (ps

341, 342), pembu nuhan (ps 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (ps 181), atau bayi yang diterlantarkan sampai mati (ps 308).

Pasal 181. Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 308. Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.

Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut,

Passl 305. Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306. (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan "membunuh", maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan

merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable atau non-viable. Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharap dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah

ini:

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup? 2. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)? 3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

4. Apakah sebab kematiannya?

LAHIR MATI ATAU LAHIR HIDUP. Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau lahir hidup.

Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan, atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat dikenakan tun-tutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kan dungan). Kematian ditandai oleh janin yag tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.

Tanda-tanda maserasi (aseptic decomposition). Merupakan proses pembusukan intrauterin, yang berlangsung dari luar ke dalam (berlainan dengan proses pembusukan yang berlangsung dari dalam ke luar). Tanda maserasi baru terlihat setelah 8-10 hari kematian in-utero. Bila kematian baru terjadi 3 atau 4 hari, hanya terlihat perubahan pada kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan kemerahan. Bila vesikel atau bula memecah akan terlihat kulit berwarna merah kecoklatan. Tanda-tanda lain adalah epidermis berwarna putih dan berkeriput, bau "tengik" (bukan bau busuk), tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat mendatar, sendi lengan dan tungkai lunak, sehingga dapat dilakukan hiperekstensi, otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi yang mengalami maserasi, organ-organ tampak basah tetapi tidak berbau busuk. Bila janin telah lama sekali meninggal dalam kandungan, akan terbentuk litopedion.

Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sering sukar dinilai bila mayat telah membusuk.

Pemeriksaan makroskopik paru. Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Osbom (1953) menemukan pada 75% kasus, ternyata paru-paru telah mengisi rongga dada, baik pada bayi yang lahir mati maupun lahir hidup. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar (slackpleura). Berat paru kira-kira 1/70 x berat badan .

Uji apung paru. Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan

histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan skalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring,

laring, esofagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, me-konium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea: bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esofagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak membe rikan hasil yang meragukan.

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh lalu dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. 5 potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara 2 karton dan ditekan (dengan arah tekanan yang tegak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan inter-stisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apaka-masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung beran paru tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar.

Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah juga dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatip. Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potonga-kecil paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (par-tial respiration) yang dapat bersifat buatan (pernapasan buatan ataupun alamiah (vagitus uterinus atau vagitus vaginalis, yaitu b a;, sudah bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatip belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatip ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Hasil uji apung paru positip berarti pasti lahir hidup.

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan. Biasanya paru dengan perangai makroskopik lahir mati akan memberikan hasil uji apung paru negatip (tenggelam).

Mikroskopik paru-paru. Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk memung-kinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang oelum bernapas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru bayi belum cernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk, dengan pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelokkelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di Dawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).

Serabut-serabut elastin pada dinding alveoli belum terwarnai dengan jelas, masih merupakan fragmen-fragmen yang tersusun dan celum mem bentuk satu lapisan yang mengelilingi seluruh alveoli. Serabut tersebut tegang, tidak bergelombang dan tidak terdapat di daerah basis

projection.

Pada paru bayi lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf "S", bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang (onion buib). Juga tampak sedikit sel-sel

amnion yang bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.

Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadangkadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda dari maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.

Kolon dapat menggelembung berisi mekonium, yang merupakan tanda usaha untuk bernapas (struggle to breathe).

Lahir mati ditandai pula oleh ditemukannya keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupan, seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan ten-torium»serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenital yang tatal seperti anensefalus dan sebagainya.

Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia ges-tasi, sudah atau belumya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Pada pemeriksaan ditemukan Dada sudah mengembang dar diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup.

Pemeriksaan makroskopik paru. Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut pleura), dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara Apeks paru kanan paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling minimal. Gambaran marmer terjadi akibat pembuluh darah in-terstisial berisi darah. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara Pada pengirisan paru dalam air terlihat jelas ke luarnya gelembung udara dan darah. Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.

Uji apung paru memberikan hasil positip. (Hasil negatip harus dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik paru.)

Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yg mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif. serta tidak terlihat adanya projection. Pada pewarnaan Gomori ata_ Ladewig, serabut retikulin akan tampak tegang.

Pada pernapasan parsial yang singkat, mungkin hasil uji apung paru negatip dan mikroskopik memperlihatkan gambaran alveoli y g kolaps dengan dinding yang berhimpitan atau hampir berhimpitan.

Kadang-kadang dapat ditemukan edema yang luas dalam jaringan paru, membrana duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru, yang mungkin berasal dari lemak verniks

(membran hial -yang akan terlihat bila bayi telah hidup lebih dari 1 jam), atau atele*-tasis paru akibat obstruksi oleh membran duktus alveolaris.

Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan fct: rontgen.

Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidup 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi harus diingat kemung-kinan adanya pernapasan buatan atau gas pembusukan.

Dari uraian di atas, haruslah sangat hati-hati dalam menyimpulkan lahir hidup, lebih-lebih bila mayat bayi telah membusuk.

UMUR BAYI INTRA DAN EKSTRA-UTERIN. Penentuan umur janin/ embrio dalam kandungan rumus De Haas, adalah untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm)-kuadrat umur gestasi bulan) dan selanjutnya = umur gestasi (bulan) x 5.

Umur 1 bulan

Panjang badan (kepala-tumit) 1 x 1 = 1 (cm) 2 bulan 2 x 2 = 4 (cm) 3 bulan 3 x 3 = 9 (cm) 4 bulan 4 x 4 = 16 (cm) 5 bulan 5 x 5 = 25 (cm) 6 bulan 6 X 5 = 30 (cm) 7 bulan 7 x 5 = 35 (cm) 8 bulan 8 x 5 = 40 (cm) 9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan (ossification centers) sebagai berikut:

Pusat penulangan pada: Umur(bulan)

klavikula 1.5

tulang panjang (diafisis) 2

iskium 3

pubis 4

kalkaneus 5 - 6

manubrium sterni 6

talus akhir 7

sternum bawah akhir 8

distal fmur akhir 9 / setelah lahir proksimal tibia akhir 9 / setelah lahir

kuboid akhir 9 / setelah lahir

bayi wanita lebih cepat

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau pada saat autopsi dengan cara sebagai berikut:

kalkaneus dan kuboid. Lakukan dorsofleksi kaki dan buat insisi mulai dari antara jari kaki ke 3 dan ke 4 ke arah tengah tumit. Dengan cara ini dapat dilihat pusat penulangan pada kalkaneus dan kuboid serta talus.

distal femur dan proksimal tibia. Lakukan fleksi tungkai bawah pada sendi lutut dan buat insisi melintang pada lutut.

Patela dilepas dengan memotong ligamentum patela. Buat irisan pada femur dari arah distal ke proksimal sampai terlihat pusat penu langan pada epifisis distal femur (bukan penulangan diafisis). Hal yang sama dilakukan terhadap ujung proksimal tibia dengan irisan dari proksimal ke arah distal. Pusat penulangan terletak di bagian tengah berbentuk oval berwarna merah dengan diameter 4-6 mm.

Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur ba-yt, tetapi kita harus menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (prematur) ataukah non-viable, karena pada keadaan prematur dan nonviable, kemungkinan bayi tersebut meninggal akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak sendiri adalah kecil. Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan (kepala-tumit) lebih dan 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000g, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Bayi cukup bulan (matur) bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepalatungging 30-33 cm, berat badan 2500-3000 g dan lingkar kepala 33 cm.

Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat penulangan pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia kadang-kadang terdapat atau baru terdapat sesudah lahir, juga pada tulang kuboid. Pada bayi wanita, pusat penulangan timbul lebih cepat.

Ciri-ciri lain dari bayi cukup bulan adalah: lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu; pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna (bila daun telinga dilipat akan cepat kemba ke keadaan semula); diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih; kuku-kuku jari telah

melewati ujung-ujung jari; garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki; testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia mayora yang telah berkembang sempurna; kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan (pada kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat

kehitam-hitaman; lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput (kulit pada bayi prematur berkeriput).

Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi setelah bayi dilahirkan, misalnya :

Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum berarti hidup beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1 -2 jam, bila dalam usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rektum berarti telah hidup 12 jam.

Mekonium dalam kolon. Mekonium akan keluar semua kira-<tra dalam waktu 24 jam setelah lahir.

Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mengering menjadi seperti benang oalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi penyembuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa sebukan sel-sel ekosit berinti banyak, kemudian akan terlihat selsel limfosit dan ja-nngan granulasi.

Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.

Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang oerwama Jingga berbentuk kipas {fan-shaped), lebih banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.

Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi cbliterasi arteri dan vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan tertutup setelah 3 minggu 1 bulan.

SUDAH ATAU BELUM DIRAWAT. Pada bayi yang telah dirawat dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pem-cjnuhan dengan mengatakan telah terjadi partus presipitatus Keberojolan). Pada keadaan ini tali pusat akan

terputus dekat perekatannya pada uh atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terpaparnya kaput suksedaneum, molase hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang primipara.

Verniks Kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula pekas-bekas darah. Pada bayi yang dibuang ke dalam air verniks idak akan hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah patan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.

Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh pada bayi.

PENYEBAB KEMATIAN. Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas (asfiksia).

Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan (trauma lahir); kecelakaan (misalnya bayi terjatuh, partus precipitatus); pembunuhan atau alamiah (penyakit).

Trauma lahir. Trauma lahir dapat menyebabkan timbulnya tanda-tanda kekerasan seperti: Kaput suksedaneum. Kaput suksedaneum dapat memberikan gambaran mengenai lamanya persalinan. Makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput suksedaneum yang makin hebat. Secara makroskopik akan terlihat sebagai edema pada kulit kepala bagian dalam di daerah presentasi terendah yang berwarna kemerahan. Kaput suksedaneum dapat melewati perbatasan antar-sutura tulang tengkorak dan tidak terdapat perdarahan di bawah periosteum tulang

tengkorak. Mikroskopik terlihat jaringan yang mengalami edema dengan perdarahanperdarahan di sekitar pembuluh darah.

Sefalhematom, perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap

Dalam dokumen Buku Ilmu Kedokteran Forensik (Halaman 160-172)