• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 ETNOGRAFI MASYARAKAT SUKU MANGGARA

2.3 Hasil dan Pembahasan 1 Asal Usul dan Sejarah Suku Manggara

2.3.7 Istilah Silsilah

Struktur keluarga orang Manggarai sampai generasi ketiga, yaitu nenek dan cucu dan tidak ada lagi sebutan nama untuk generasi keempat dan seterusnya (Tabel 2.1. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak dan keluarga batih adalah kakek, nenek, cucu dan sanak keluarga lainnya.

Dalam hubungan kekerabatan menggunakan beberapa istilah yaitu anak rona, anak wina dan ase ka’e. Anak rona adalah keluarga pemberi isteri atau keluarga dari pihak isteri/ibu dan sebaliknya anak wina adalah keluarga dari suami/ayah. Ase kae (kakak adik) adalah saudara kandung dan saudara sepupu serta saudara lainnya. Istilah ase kae secara luas, misalnya saudara sekampung (Ase kae beo). Anak laki- laki disebut dengan ata one (orang dalam) dan anak perempuan disebut dengan ata

pe’ang (orang luar) yang menunjukkan bahwa orang Manggarai menganut

yang paling besar, misalnya anak pertama bernama Herman maka nama panggilan ayahnya adalah Ema Herman.

Tabel 2.1 Istilah kekerabatan Manggarai

No Nama Istilah Silsilah Kekerabatan Keterangan Manggarai Indonesia

1 Ema Ayah Sebutan untuk ayah kandung

atau laki-laki yang dituakan

2 Ende Ibu Sebutan untuk ibu kandung

atau perempuan yang dituakan 3 Anak rona Pemberi isteri Keluarga dari pihak ibu/isteri

namun dalam istilah anak maka anak rona adalah anak laki-laki 4 Anak wina Penerima isteri Keluarga dari pihak

bapak/suami namun dalam istilah anak maka anak wina adalah anak perempuan 5 Anak wina

ka’eng one Suami/ayah yang hidup bersama keluarga isteri

Seorang laki-laki akan tinggal menetap dengan keluarga isteri apabila kewajiban mas kawin belum terpenuhi seluruhnya

6 Ase Adik Saudara laki-laki lebih muda

7 Ka’e Kakak Saudara laki-laki lebih tua

8 Ase ka’e beo Saudara sekampung Saudara dari satu kampung 9 Empo Kakek/nenek/cucu Seorang kakek/nenek

memanggil cucunya ampo, demikian pula sebaliknya 10 Ema koe Paman Adik laki-laki ayah/ibu 11 Ende koe Tante Adik perempuan ayah/ibu 12 Ema tu’a Paman besar Kakak laki-laki ayah/ibu

13 Ende tu’a Tante besar Kakak perempuan ayah/ibu

14 Kilo hang neki

Keluarga besar Saudara dalam garis keturunan satu nenek yang hidup bersama dalam satu rumah tangga yang memiliki sumber penghidupan yang sama

15 Panga Satu kelompok atas beberapa kilo

Subklan 16 Wa’u Satu kelompok atas

beberapa panga

Klan

Sistem kekerabatan yang lebih besar dari satu keluarga disebut dengan kilo hang neki yang berarti keluarga besar. Kilo artinya keluarga dan hang neki artinya makan bersama sehingga kilo hang neki adalah satu keluarga besar yang tinggal bersama dalam satu rumah tangga. Dalam satu kilo hang neki ini terdiri dari orang tua dengan anak-anaknya yang belum menikah, dan anak-anak yang sudah menikah beserta isteri dan anak-anaknya, nenek dan seluruh keluarga besar sehingga dalam satu rumah tangga terdapat puluhan hingga ratusan anggota keluarga yang hidup

bersama. Beberapa kilo hang neki yang hidup dalam suatu wilayah tertentu membentuk satu kelompok keluarga besar yang disebut dengan panga atau dapat disebut dengan subklan. Beberapa panga yang merupakan satu klan, yaitu satu keluarga yang sangat besar yang merasa diri berasal dari satu nenek moyang. Satu klan tersebut menetap dalam suatu wilayah tertentu yang disebut dengan beo atau golo (Lawang 2004).

Beo (kampung) merupakan sistem organisasi terkecil asli Manggarai yang unik dan kompak. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem kekerabatan yang terdapat dalam satu beo dengan satu rumah adat tersendiri ini sehingga seorang pemimpin beo yang disebut dengan tua golo sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam hidup sehari-hari dan ritual adat karena adanya ikatan sosial (kinship). Dalam pengelolaan hutan, maka beo yang terdapat di sekitar hutan yang memiliki sistem konservasi tumbuhan semestinya diintegrasikan dalam pengelolaan hutan. 2.3.8Perkawinan

Perkawinan Manggarai umumnya melalui beberapa tahapan, yaitu keluarga laki-laki meminang dan keluarga perempuan menentukan syarat pinangan. Tahap berikutnya upacara persembahan pada nenek moyang (teing hang) pada malam pinangan agar mendapat berkat nenek moyang kemudian acara pinangan melalui juru bicara (tongka) untuk kesepakatan belis (mahar), keluarga laki-laki menyampaikan mahar dan acara perkawinan.

Sistem perkawinan Manggarai ada tiga macam, yaitu cangkang, tungku dan tungku cu. Cangkang yaitu perkawinan antar garis keturunan, laki-laki dari luar garis keturunan memberikan belis dalam jumlah besar sebagai lambang harga diri dan martabat. Tungku yaitu perkawinan mempertahankan hubungan keluarga. Pemerintah melarang tungku cu, yaitu perkawinan laki-laki dan perempuan yang memiliki ibu bersaudara. Terakhir adalah cako yaitu perkawinan satu garis keturunan antara laki-laki (keturunan kakak) dan perempuan (keturunan adik) pada generasi ketiga atau keempat dalam satu kakek dengan syarat belis sesuai kemampuan pihak laki-laki. Perkawinan Manggarai saat ini mengikuti aturan Gereja Katolik yang mensyaratkan pernikahan adat harus diikuti oleh pernikahan gereja dan melarang hidup bersama hanya dengan perkawinan adat. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah laki-laki dan terkadang melibatkan anak rona (keluarga dari pihak isteri) karena perempuan adalah orang luar (ata pe’ang) yang menunjukkan bahwa orang Manggarai menganut sistem patriarkat.

Pekerjaan rumah dan kebun sehari-hari dikerjaan secara bersama-sama (Tabel 2.2). Pukul 05.00 WITA sampai dengan 05.30 WITA masyarakat sudah bangun pagi. Wanita mengambil air, memasak dan menyiapkan sarapan pagi. Anak-anak mengambil air ke tempat penampungan air sebelum berangkat ke sekolah. Setelah sarapan laki-laki dan wanita bekerja di kebun hingga sore hari. Anak-anak membantu mencari kayu bakar di kebun atau hutan dekat rumah sepulang sekolah. Sekitar jam 05.00 sore kembali pulang ke rumah. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah laki-laki dan terkadang melibatkan anak rona karena perempuan adalah orang luar (ata pe’ang) yang menunjukkan bahwa orang Manggarai menganut sistem patriarkat.

Tabel 2.2 Pembagian tugas pekerjaan sehari-hari

No Satus Tugas sehari-hari

1 Laki-laki - Bekerja di kebun, berburu - Membuat pagar rumah/kebun - Membangun rumah

- Memelihara ternak

- Menjual hasil pertanian ke pasar - Mencari hasil hutan

2 Wanita - Memasak, menyiapkan sarapan pagi - Mengurus anak

- Memberi makan ternak - Mengambil air

- Mencuci pakaian - Bekerja di kebun - Mencari kayu bakar 3 Anak-anak - Mengambil air

- Mencari kayu bakar - Memberi makan ternak