• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) terdiri dari berbagai lembaga diantaranya BPRS (Bank Perkreditan Mikro Syariah), BMT (Baitul Mal Wat Tamwil), serta Koperasi Syariah. Ketiga lembaga tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling

mempengaruhi satu sama lain dan

berhubungan erat dengan lembaga syariah lainnya yang lebih besar.

Baitul Mal Wat Tamwil

Baitul MaalWat Tamsil merupakan lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil. Kegiatan Baitut tamwil mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi sedangkan kegiatan Baitul Maal adalah menerima penitipan bazis yang berupa zakat, infak dan shadaqah (Santoso, 2005).

BMT memiliki ciri-ciri sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi untuk anggota dan lingkungannya. Walaupun bukan lembaga sosial, namun BMT

tetap dimanfaatkan untuk efektifitas

pengelolaan zakat, amal dan shadaqah. BMT lebih mengutamakan gerakan menabung. Unsur-unsur kinerja dan tingkat kesehatan BMT (Ramli, 2002; Hisyam, 2002; Munawir, 1997; Eriska dan Ahmad, 2006) terdiri dari ukuran capital yang dimiliki BMT. Komponen ini diukur dengan cara membagi total modal

dengan simpananya. Kedua, mengukur asset produktif yang substansinya didominasi dalam komponen biaya. Ketiga, tingkat efisiensi dalam penggunaan asset BMT. Keempat, mengenai tingkat kemampuan BMT dalam menghasilkan profit (earning) yang diukur dengan analisis rentabilitas. Dan terakhir tolok ukurnya adalah kemampuan BMT dalam mencapai likuiditasnya.

Balanced Scorecard

Dalam pengkuran kinerja dengan perspektif tradisional lebih mengedepankan perspektif keuangan. Akan tetapi perspektif keuangan memiliki beberapa kelemahan, antara lain : 1) tidak semua dimensi keuangan relevan, 2) akuntansi berusaha menyatakan dengan harga taksiran, sehingga fungsi biaya ekonomi jarang bahkan sulit untuk diketahui, 3) akuntansi menunjukkan hasil kegiatan namun tidak menunjukkan hasil dari proses kegiatan, 4) laporan keuangan seringkali mengevaluasi prestasi dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkan pengaruh dalam jangka panjang. Balanced scorecard muncul untuk meminimalkan kelemahan tolok ukur keuangan. (Dwiati, 2007)

Sedangkan menurut Absah (2001) sasaran dan tolok ukur scorecard berasal atau turunan dari visi dan strategi organisasi.

Balanced Scorecard berusaha untuk

menyeimbangkan antara kepentingan

individu dengan kepentingan kelompok dalam satu langkah bersama (Susbiyani, 2004), sehingga dapat digunakan sebagai sarana komunikasi, informasi, dan proses belajar.

Metode Balanced Scorecard merupakan

gagasan peningakatan kinerja yanag

menyeimbangkan aspek keuangan dan non keuangan (non financial).

Norton dan Kaplan (1996) membahas

balance scorecard dalam empat perspektif pengukuran, yaitu : keuangan, pelanggan, proses internal bisnis dan proses belajar dan berkembang. Perspektif financial menjadi fokus yang penting bagi ukuran kinerja suatu

perusahaan. Perspektif Keuangan

menunjukkan hasil pencapaian dari fungsi perencanaan dan pelaksanaan strategi yang telah digariskan perusahaan.

Norton dan Kaplan (1996)

mengidentfikasi sasaran keuangan dalam tiga tahap yaitu pada tahap pertumbuhan, tahap bertahan dan Panen. Dalam perspektif

pelanggan, perusahaan harus

mengidentifikasi segmen pasar dan pelanggan yang dimasuki untuk mencapai tujuan keuangan. Dalam hal ini perusahaan harus menjaga link antara konsumen dan pemasok.

Tolok ukur yang digunakan dalam

mengukur kepuasan pelanggan harus

diterjemahkan dengan tolok ukur internal bisnis. Proses internal bisnis memahami tolok

ukurnya dari kemampuan perusahaan

memberikan pelayanan yang tepat waktu dengan standar kualitas pelanggan. Selain itu jug dibutuhkan keputusan dan tindakan manajemen yang tepat dan efektif serta efisien. Proses belajar dan berkembang terdiri dari 3 (tiga) pihak, yaitu people, system dan

organizational procedure. Proses belajar dan

berkembang dapat meminimalkan

kesenjangan (gap) antara kemampuan yang dimiliki seseorang, sistem dan prosedur organisasi. Manajemen sendiri dalam halini perlu memperhatikan kepuasan pekerja, retensi pekerja, dan produktivitas pekerja.

Balanced Scorecard adalah sebuah sistem instrumentasi bagi pelaku usaha untuk

mengimplementasikan dalam pengukuran

strategis pada setiap perspektif yang

komparatif. Pada akhirnya Blanced Scorecard

akan menciptakan daya saing yang

berkelanjutan (Junaidi, 2002).

HIPOTESIS

Penelitian yang dilakukan oleh Eriska dan Ahmad (2006) mengukur kinerja BMT di Kabupaten Banyumas dengan ukuran kinerja

keuangan, yang menunjukkan kondisi

perkembangan yang baik. Sedangkan untuk perbedaan kinerja setiap BMT dianalisis dengan tolok ukur pendayagunaan dana,

pengelolaan aadministrasi, pelaksanaan

fungsi manajemen, dan usaha sosialisasi.

Sama halnya dengan penelitian yang

dilakukan Mabruroh yang menggunakan perspektif keuangan untuk menilai kinerja perbankan.

Sementara Wardhana (1999) meneliti ukuran kinerja balance scorecard hanya menggunakan pespektif internal bisnis dan ternyata internal bisnis sangat berpengaruh

terhadap perspektif konsumen. Sejalan

dengan Wardhana, penelitian yang dilakukan Absah (2001) bahwa proses internal bisnis berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pada radio siaran swasta FM di Surabaya.

Maryati (1999) dalam penelitiannya

menggunakan empat perspektif balance

scorecard pada sebuah rumah sakit. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa keempat perspektif balance scorecard secara signifikan berpengaruh pada kinerja rumah sakit tersebut. Hal yang sama juga dibuktikan dari

penelitian Junaidi (2002) dengan

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang sudah disampaikan, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H1 = Terdapat pengaruh penerapan balanced scorecard terhadap kinerja Lembaga Keuangan Mikro Syariah

METODE PENELITIAN

Sampel dalam penelitaian ini adalah manajemen dan pengelola Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Syariah yang aktif selama

tahun 2011-2013. Pengumpulan data

dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada sampel yang diambil secara cluster rondom sampling. Dalam penelitian ini data diperoleh dari penyebaran kuesioner yang harus diisi oleh responden. Kuesioner yang digunakan berupa kuesioner tertutup, dimana peneliti telah menyediakan jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Wawancara kepada beberapa responden juga dilakukan

untuk mendukung hasil penelitian.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan program SPSS 16.00 untuk diketahui bagaimana persepsi pengelola Lembaga Keuangan Mikro Syariah atas penerapan Balance Scorecard terhadap kinerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Lembaga Keuangan Mikro yang tedaftar pada Dinas Indakop dan UKM Kabupaten Ponorogo sebanyak 9 BMT dan 11

Koperasi Syari’ah dengan jumlah keseluruhan

koperasi di Kabupaten Ponorogo sebanyak 950 unit. Beberapa BMT te;ah berubah

menjadi Koperasi Syari’ah. Namun pada kenyataannya BMT dan Koperasi Syari’ah di

Kabupaten Ponrogo banyak yang sudah tidak beroperasi lagi, karena minat masyarakat

terhadap lembaga berbasis syri’ah masih

sangat kurang. Kurangnya kepercayaan masyarakat disebabkan pengetahuan tentang model pembiayaan dan simpanan yang sesuai

dengan shar’i masih kurang. Dari jumlah BMT

dan Koperasi yang masih aktif disebarkan 50 kuesioner. Kuesioner yang kembali sebanyak 40 dengan jumlah yaang tidak lengkap atau rusak 2, sehingga data yang bisa diolah sebanyak 38. Jumlah responden yang mengisi kuesioner secara merata dilakukan oleh responden pria dan wanita . Adapun usia responden sebanyak 47,4 % berada pada usia 20-30 tahun dan yang berusia 30-40 tahun sebanyak 12 orang atau 31,6 %, serta usia lebih dari 50 tahun hanya sejumlah 5,3 %. Hasil uji validitas untuk setiap item

pertanyaan telah tepenuhi tingkat

validitasnya.

Pada setiap instumen pertanyaan yang

mencakup keempat perspektif Blanced

Scorecard. Memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Demikian halnya dengan hasil uji

reliablitas, untuk seluruh instrument

pertanyaan memiliki koefisien alpha lebih besar dari 0,60 yang berarti telah memenuhi persyaratan reliabilitas.

Tabel 1 Instrumen Penelitian

Variabel Instrumen pertanyaan Hasil Uji

Validitas Koef. alpha Hasil Kinerja (Y)

- Adanya pengukuran kinerja keuangan disertai tindakan inisiatif.

- Peningkatan kinerja pelanggan akan

meningkatkan strategi akuisisi pelanggan baru

- Peningkatan ukuran proses bisnis dapat

meningkatkan atkivitas yang memberikan nilai tambah.

- Peningkatan kinerja pembelajaran dan

pertumbuhan dapat meningkatkan kapabilitas

Valid Valid Valid Valid 0,834 Reliabe l Perpektif Keuangan (X1) - Efisiensi Biaya

- Penggunaan Asset Perusahaan

- Pengukuran dan target

Valid Valid Valid 0,623 Reliabe l Perspekti f Pelangga n (X2) - Kepercayaan - Kepuasan Pelanggan - Citra/Image Perusahaan - Responsiveness Valid Valid Valid Valid 0,797 Reliabe l Perspekti f Internal Bisnis (X3)

- LKM perlu meningkatakan inovasi produk dan pelayanan

- Upaya peningkatan dan pengembangan kualitas produk dan jasa

- Melakukan aktivitas pembuatan produk/jasa

secara efisien Valid Valid Valid 0,946 Reliabe l Perspekti f Tumbuh dan Belajar (X4)

- Perusahaan memiliki kemampuan

mempertahankan karyawan

- Karyawan yang kompeten akan meningkatkan

produktifitas kerja

- Perusahaan selalu memberikan motiivasi dan memberdayakan karyawan dalam berbagai aktivitas Valid Valid Valid 0,806 Reliabe l

Hasil pengujian menunjukkan

persamaan regresi berganda yang dibentuk dalam penelitian ini adalah :

Y = - 0,201 + 0,285 X1 + 0,038 X2 + 0,044 X + 0, X + ε

Nilai konstanta sebesar – 0,201

menyatakan bahwa jika variabel bebas

dianggap konstan, maka kinerja akan

berkurang sebesar 20,1 % (lihat tabel 2).

Masing-masing variabel bebas, terlihat

berpengaruh positif terhadap kinerja LKMS. Hal ini berarti jika terdapat peningkatan

penerapan Balanced Scorecard, akan

meningkatkan kinerja LKMS. Proporsi

pengaruh peningkatan untuk variabel

perspektif keuangan (X1) sebesar 28,5 % , variabel pelanggan (X2) menyumbang 3,8 % atas peningkatan kinerja LKMS, serta 4,4 % peningkatan kinerja LKMS dipengaruhi oleh perspektif bisnis internal. Indikasinya adalah Perspektif pelanggan dan bisnis internal bukan merupakan faktor kuat yang dapat

mempengaruhi kinerja LKMS. Proporsi

pengaruh terkuat pada variabel perspektif tumbuh dan belajar (X4), dengan prosentase pengaruhnya sebesar 65,5 %. Perusahaan

yang memiliki kemampuan mempertahankan karyawannya dan aktif mendorong karyawan untuk melakukan kreatifitas dan inisiatif, dapat menjadikan sumber daya manusia yang efektif dalam bekerja. Jadi dibutuhkan pengalaman dan inovasi karyawan sehingga kinerja LKMS meningkat secara bertahap.

Proses tumbuh dan berkembang, juga dipengaruhi dari keandalan sistem informasi akuntansi. Pengalaman dan lamanya usaha serta kompetensi karyawan dapat mendorong

penerapan sistem akuntansi dan

pengendalian internal yang handal.

Tabel 2 Hasil Uji Regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant ) -.201 .733 -.274 .786 X1 .285 .181 .224 1.573 .125 X2 .038 .155 .037 .245 .808 X3 .044 .065 .087 .676 .504 X4 .655 .180 .540 3.640 .001 a. Dependent Variable: Y Tabel 3 F hitung ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig,

1 Regression 4,014 4 1,003 9,284 ,000a Residual 3,567 33 ,108 Total 7,581 37 a, Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b, Dependent Variable: Y Tabel 4 Koefisien Detrminasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .728a .529 .472 .32877 1.737

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sesuai dengan hasil olah SPSS 16.00 disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui nilai F

hitung sebesar 9,284 dengan tingkat

signifikan 0,000. Nilai signifikasi yang diperoleh dari uji data lebih kecil dari 0,05, sehingga Ho dinyatakan ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain bahwa perspektif

balance scorecard secara keseluruhan

berpengaruh pada peningkatan kinerja

Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah. Nilai R2

sebesar 0,529 menunjukkan besarnya

sumbangan variabel keuangan, pelanggan, internal bisnis, serta tumbuh dan berkembang sebesar 52,9 % terhadap tingkat kinerja LKMS. Adapun nilai R (koefisien korelasi)

sebesar 0,728 mengindikasikan bahwa

variabel bebas memiliki hubungan kuat positif terhadap variabel terikat.

KESIMPULAN DAN SARAN