• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menganalisis tujuan kedua tentang kelembagaan, pengolahan data kualitatif didasarkan pada fakta-fakta dan informasi yang dihasilkan.

KETERBATASAN SUMBER DAYA DAN PERUBAHAN AKTIVITAS PEREKONOMIAN RAKYAT

4.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Perum Perhutani KPH Bogor, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang. Wilayah BKPH Parung Panjang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Tenjo dan Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Kawasan Hutan BKPH Parung Panjang dapat ditempuh selama kurang lebih dua jam perjalanan dengan jarak 70 km dari Kota Bogor. Wilayah kawasan pangkuan BKPH Parung Panjang berbatasan dengan :

a. Utara : Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta

b. Timur : Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Rumpin,

c. Selatan : Kecamatan Jasinga dan Kecamatan Cigudeg

d. Barat : Propinsi Banten

Kawasan hutan Parung Panjang merupakan bagian dari daerah aliran sungai (DAS) Cidurian. Bentang alam kawasan ini relatif datar sampai dengan landai yaitu 0 – 323 m dpl, dengan ketinggian rata-rata 200 – 232 m di atas permukaan laut. Iklim di kawasan BKPH Parung Panjang termasuk tipe iklim A. Curah hujan rata-rata berkisar 3.200 mm/tahun dengan 10 bulan basah dan 2 bulan kering. Suhu harian berkisar antara 18 – 30 C. Jenis tanah yang dominan adalah tuff dan podsolik merah kuning. Di dalam kawasan BKPH Parung Panjang banyak terdapat enclave, tanah milik yang terletak dalam kawasan hutan, yang diusahakan untuk pertanian, penggalian pasir/batu, penggalian tanah untuk bahan bata merah (Perhutani KPH Bogor 2007).

41 Tabel 2. Luas kawasan hutan dan jumlah peserta PHBM di BKPH Parung

Panjang

Desa Luas Kawasan

hutan (ha)

Luas PHBM (ha) Peserta PHBM

Kec. Tenjo Tapos 322,35 29,57 58 Ciomas 896,83 221,49 355 Babakan 974,15 46,55 104 Bojong 319,53 193,56 73 Kec. Pr. Panjang Dago 78,34 69.13 105 Gorowong 514,62 233,87 203 Gintung Cilejet 113,99 40 48 Kec. Jasinga Barengkok 830,29 73,49 139 Pangaur 648,65 23,89 65 Jumlah 4.698,75 931,55 1.150

Sumber: Data KPH Bogor 2007)

Luas kawasan Perhutani BKPH Parung Panjang adalah 4.698,75 hektar, sedangkan kawasan yang digunakan untuk program PHBM hanya seluas 931,55 sekitar 19,8 persen yang tersebar di sembilan desa sebagaimana tertera pada tabel 2. Jumlah penggarap yang terlibat dalam PHBM sebanyak 1.150 orang peserta dengan peserta terbanyak di desa Ciomas.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa sekitar BKPH Parung Panjang

Desa Jumlah penduduk

(jiwa) Kec. Tenjo Tapos 6.404 Ciomas 4.155 Babakan 8.535 Bojong 7.344 Kec. Pr. Panjang Dago 5.494 Gorowong 7.124 Gintung Cilejet 6.501 Kec. Jasinga Barengkok 7.742 Pangaur 4.673 Jumlah 57.972

42 Jumlah penduduk di desa sekitar BKPH Parung Panjang sampai dengan tahun 2005 berjumlah 57.972 orang yang terdiri 28.945 orang laki-laki dan 29.072 perempuan. Pada Tabel 3 di atas ditunjukkan sebaran jumlah penduduk di desa-desa BKPH Parung Panjang .

Dari tiga wilayah kecamatan yang berada di BKPH Parung Panjang, penelitian dilakukan di tiga desa yang berada di Kecamatan Tenjo. Ketiga desa itu adalah Desa Tapos, Desa Ciomas, dan Desa Babakan. Tingkat pendidikan penduduk di tiga desa contoh mayoritas berpendidikan rendah, sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tidak Sekolah/ tidak tamat SD Belum Sekolah SD SLTP SLTA PT Jumlah Tapos 3.117 1.016 1.810 679 512 4 7.138 Ciomas 1.247 787 1.715 617 435 3 4.804 Babakan 3.745 1.948 2.347 1.123 737 4 9.904 Jumlah (%) 8.109 (37,1%) 3.751 (17,2%) 5.872 (26,9%) 2.419 (11,05%) 1.684 (7,7%) 11 (0,05% 21.846

(Sumber: BPS Kabupaten Bogor,2009)

Mata pencarian penduduk pada umumnya adalah bertani yaitu sebanyak 6.703 rumah tangga (57%) , kemudian disusul dengan berdagang berjumlah 1.729 rumah tangga (15%). Selain mata pencarian pokok di bidang pertanian, penduduk mempunyai pekerjaan sambilan. Setelah selesai musim tanam sambil menunggu masa panen, banyak penduduk berdagang di kota sekitar Jakarta, Tangerang berjualan makanan keliling. Penduduk yang berusia muda lebih menyukai pekerjaan berdagang, buruh, atau sebagai pembantu rumah tangga di kota. Ada juga yang bekerja sebagai buruh di proyek bangunan atau pembakaran genteng atau bata, penggalian pasir atau batu. Di sekitar kawasan BKPH Parung Panjang terdapat banyak industri pembakaran genteng atau batu bata, di Desa Tapos ada 6.

43 Tabel 5 Data Penggunaan Tanah (ha) di 3 desa contoh

Desa Sawah Peka- rangan Peru- mahan ladang Em- pang Lainnya Jumlah Tapos 165 107 69 165 3 101 560 Ciomas 85 50 41 156 3 600 935 Babakan 258 168 126 131 3 569 1.255 (Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2009)

Penggunaan tanah tabel 5 untuk sawah dan ladang sekitar 47 persen yang digunakan penduduk untuk bertani: padi sawah, padi ladang, palawija, sayur- sayuran dan buah-buahan. Penggunaan tanah lainnya dipakaia untuk fasilitas umum, kuburan, dan sekolah.

Hasil produksi pertanian terlihat pada tabel 6. Panen diperoleh 2-3 kali dalam setahun. Hasil pertanian ini pada umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga. Rata-rata pendapatan dari kegiatan pertanian pada umumnya tidak cukup menghidupi keluarga. Kondisi ini memicu masyarakat mencari pekerjaan lain seperti buruh, berdagang kecil-kecilan, pembantu rumah tangga di kota untuk menambah pendapatan keluarga.

Tabel 6. Data Hasil Produksi Panen (ton/tahun) di 3 Desa Contoh

Desa Padi sawah (ton) Padi Ladang Palawija (Ubi kayu )

Tapos 1.904 400 263,1

Ciomas 935,2 210 260,5

Babakan 1.534,4 370 394,7

(Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2009)

Jumlah keluarga miskin di Desa Tapos sebanyak 480 KK, di Desa Ciomas sebanyak 273 KK, di Desa Babakan sebanyak 853 KK. Keluarga miskin ini berada di sekitar kawasan hutan dan pada umumnya menggantungkan kehidupannya dari sumberdaya hutan baik hasil bertani, kayu bakar, buruh.

Tabel 7 Data Kepala Keluarga Miskin di 3 Desa Contoh

Desa Jumlah penduduk Jumlah KK Jumlah miskin (jiwa)

Tapos 6.404 1.292 480

Ciomas 4.155 786 273

Babakan 8.535 1.793 853

Jumlah 57.972 11.928 4.779 (Sumber: BPS Kabupaten Bogor,2006)

44 4.2 Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian penduduk di tiga desa: Ciomas, Tapos, dan Babakan mayoritas sebagai petani. Mata pencaharian penduduk Desa Babakan disamping sebagai petani banyak yang bekerja sebagai pedagang kecil di Jakarta atau Tangerang. Keberadaan stasiun kereta yang dekat dengan Babakan memudahkan mobilitas penduduk ke kota. Mata pencaharian penduduk dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Mata Pencaharian Penduduk tiga desa contoh

Mata pencaharian Ciomas Tapos Babakan

Petani 1012 862 542 Buruh tani 32 750 303 Pedagang 48 48 907 Perajin 8 495 16 Karyawan swasta 9 220 685 PNS 8 23 53 Penjahit 44 77 11 Sopir/montir 62 10 34 Tukang 37 5 21 Lain-lain - - 40 Jumlah 1.260 2.490 2.612

(Sumber : Monografi Desa Ciomas, Tapos, Babakan 2009)

Desa Ciomas merupakan salah satu desa sekitar hutan yang mempunyai luas kawasan hutan dengan program PHBM terluas di Kecamatan Tenjo. Desa Ciomas merupakan enclave yang dikelilingi kawasan hutan. Lokasinya sulit ditempuh dengan kondisi jalan tanah yang licin kalau hujan. Penduduk Desa Ciomas berjumlah 5.473 orang, dengan 1.303 kepala keluarga. Kepemilikan tanah masyarakat 0,1 ha sebanyak 911 orang, 0,1 – 0,2 ha 31 orang, sementara tanah yang lebih dari 5 ha umumnya dimiliki oleh orang luar desa seperti dari BSD, Bogor. Masyarakat yang tidak memiliki tanah 361 orang.

Luas sawah di desa ini hanya 3 hektar yang beririgasi teknis, sementara sawah tadah hujan 103 ha. Luas ladang 175 ha, pemukiman 90 ha, tanah rawa 5 ha. Tanah kas desa 7 ha, lapangan 1 ha, dan kantor pemerintah 2500 m2. Luas hutan milik negara 105.000 ha, tanah masyarakat 459.081 ha, hutan yang dikelola Perhutani 400.050 ha, total luas hutan 964.131 ha.

Di bidang perekonomian di desa ini terdapat sebuah usaha kerajinan kulit kayu, 71 warung kelontong 71, penggilingan padi 6 unit. Ternak yang dimiliki

45 penduduk: sapi 68, kerbau 121, ayam 7.000, bebek 1500, kambing 500 ekor, madu 50 tempat. Sarana umum ada pos kampling 5 unit, madrasah 3 buah, jembatan besi 3 buah, jembatan kayu 3 buah. Untuk keperluan sehari-hari penduduk menggunakan air dari sumur dan sungai. Ada sungai yaitu: Cimatuk, Cicareuheun yang digunakan penduduk untuk mencuci baju. Rumah bertembok 219, kayu 417, dari bambu 314 rumah.

Desa Babakan merupakan salah satu desa hutan yang mudah dijangkau karena tersedia berbagai jenis sarana transportasi dari kendaraan umum sampai kereta. Mata pencaharian penduduk Desa Babakan selain bertani banyak juga yang bekerja sebagai pedagang kecil, pedagang makanan seperti : soto, siomay, bakso di Jakarta, atau Tangerang. Pedagang kebanyakan sekali seminggu pulang ke rumahnya. Di desa ini banyak juga ditemukan peternakan ayam pedaging, ada 13 unit peternakan ayam, dengan jumlah ayam 4000 – 5000 ekor per unit. Peternakan ini menggunakan sistem plasma dengan investor dari Tangerang dan Jakarta. Bibit ayam, pakan, obat-obatan dari investor, sedangkan tanah dan kandang milik penduduk. Ada juga ternak sapi dan kerbau 183, dan kambing 250 ekor. Kerajin kulit kayu dan bambu ada 5 unit. Kerajinan ini berbahan dasar kulit kayu yang dibuat manjadi pot bunga plastik.

Jumlah penduduk: 9.998 orang, jumlah kepala keluarga 1.535 KK. Luas lahan 1.254,74 ha, sawah 435 ha,kebun 60 ha, pekarangan 165 ha, kantor pemerintah 2.500 m2. Banyak tanah penduduk yang dijual kepada pihak lain dari luar desa atau dijual kepada perusahaan. Pertanian bersifat musiman, sawah tadah hujan biasanya ditanami jagung, terong, dan kacang-kacangan. Penggilingan padi ada 6 unit, dan traktor 2 buah. Fasilitas peribadatan di desa ada 30 musolla dan masjid. Di desa ini terdapat fasilitas pendidikan sebuah SMAN, madrasah tsanawiyah, dan 4 buah SD.

Desa Tapos mempunyai penduduk berjumlah 7.681 orang, terdiri dari 1.787 kepala keluarga. Luas wilayah desa 610,135 ha, digunakan untuk untuk permukiman, sawah, pekarangan, kebun, dan fasilitas umum. Jumlah keluarga pemilik tanah pertanian 1.250 keluarga, sedangkan 537 tidak memiliki tanah. Kepemilikan tanah kurang dari 1 ha sebanyak 1000 orang, 0,5 – 1 ha 220 orang, sementara pemilik tanah dengan luas 5 - 10 ha hanya 30 keluarga. Tanah yang luas umumnya dimiliki oleh orang luar desa

Mata pencaharian penduduk terbanyak di bidang pertanian, kemudian kerajinan. Di desa ini ada peternakan ayam pedaging 20 unit dengan sistem

46 plasma dengan investor dari Tangerang dan Jakarta. Bibit ayam, pakan, obat- obatan dari investor, sedangkan tanah dan kandang milik penduduk. Ternak lain yang dimiliki penduduk antara lain kerbau, ayam buras, bebek, dan kambing.

Di Kampung Hajere telah ada kelompok tani hutan (KTH) sejak tahun 1998. Kawasan hutan yang berada di sekitar desa Tapos merupakan daerah aman. Tingkat pencurian tidak banyak. Kerjasama telah terbentuk meliputi tanaman Kegiatan-kegiatan perhutanan sosial, insus kedelai, pembibitan, pembuatan kompos, rehabitasi jalan alur, bahkan berkembang dalam pendirian koperasi.

Sosialisasi PHBM di tiga desa contoh dilaksanakan di tengah-tengah acara rutin pengajian malam Jumat. Pendekatan dilakukan pada pemimpin nonformal dan pemimpin formal. Masyarakat desa ini cukup terbuka dengan adanya program-program pelestarian hutan yang berbasis masyarakat.

Dalam struktur masyarakat petani di desa contoh kepemilikan lahan menjadi dasar dalam stratifikasi sosial. Kebanyakan petani memiliki lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan untuk pertanian hanya ada tanah seluas rumah yang ditempatinya. Masyarakat dengan lahan sempit ini sangat tergantung kehidupannya kepada hutan dengan melakukan tumpangsari dan mencari kayu di hutan. Aktivitas bertani yang dilakukan bersifat subsisten dilakukan untuk dapat mempertahankan kehidupannya.

Pemilik lahan yang cukup luas banyak yang berasal dari luar desa. Lahan-lahan milik rakyat setempat dijual kepada orang luar karena berbagai keperluan mendesak dan tidak ada alternatif lain selain menjual tanahnya. Dengan tidak adanya lahan, penduduk tidak lagi bekerja sebagai petani. Mereka beralih profesi menjadi pedagang kecil di kota seperti Jakarta atau Tangerang. Dengan modal kecil, pedagang ini biasanya berjualan makanan kecil, seperti gorengan, siomay, dan makanan terbuat dari aci (tepung tapioka).

Ada juga petani yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai pedagang musiman. Setelah pekerjaan di huma selesai, mereka beralih pekerjaan sebagai pedagang. Aktivitas perdagangannya ada yang dilakukan di desa masing-masing atau berdagang di luar desanya seperti di Jakarta atau Tangerang. Akses transportasi kereta menjadi pendukung mobilitas penduduk untuk bisa melakukan aktivitas perdagangan. Sekarang sedang dibangun jalur KRL (kereta listrik) yang akan menghubungkan stasiun-stasiun kecil seperti Tenjo, Cileujit dengan stasiun Serpong.

47 Aktivitas ekonomi masyarakat yang dilakukan adalah kerajinan kulit kayu. Kerajinan kulit kayu bisa dikembangkan di wilayah ini karena bahan bakunya tersedia. Kulit kayu berasal dari TPN (tempat penimbunan kayu) terletak di jalan utama Tenjo – Parung Panjang yang melintasi Desa Babakan. Produk kerajinan yang dihasilkan adalah pot bunga plastik, atau keranjang. Produk kerajinan kulit kayu ini sebenarnya mempunyai pasar yang baik. Biasanya mereka berproduksi berdasarkan pesanan dari para pedagang di luar kota. Kegiatan usaha ini kurang bisa berkembang karena keterbatasan modal dan akses terhadap pasar.

Selain perekonomian penduduk yang bersifat subsisten terdapat juga perekonomian yang sudah berorientasi pasar. Usaha peternakan ayam yang terdapat di desa-desa Kecamatan Tenjo. Peternakan yang ada bukan milik penduduk setempat, melainkan bentuk kerja sama antar penduduk setempat dengan para pemodal dari luar desa. Pemodal menyediakan bibit, pakan, dan pasar, sementara penduduk menyediakan tempat dan tenaga kerja. Sistem pengelolaan peternakan dengan menggunakan sistem inti plasma.