• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESAMAAN DAN KEMIRIPAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA DAN BAHASA TAGALOG (LINGUISTIK KOMPARATIF)

Pendapat lain dikemukakan oleh Parera (1993: 74) yang mengistilakan redundansi sebagai kelewahan, yakni derajat kelebihan informasi yang dikandung oleh sebuah bahasa

KESAMAAN DAN KEMIRIPAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA DAN BAHASA TAGALOG (LINGUISTIK KOMPARATIF)

Dike Febianti

Universitas Pendidikan Indonesia

dikefebianti@yahoo.co.id ABSTRAK

Kesamaan biasa didasari oleh suatu latar belakang yang sama, tetapi dari kesamaan itu pastinya terdapat sebuah atau sedikit perbedaan. Layaknya anak kembar, tentunya mereka berasal dari latar belakang yang sama yaitu ibu dan ayah kandung yang sama. Perinciannya mereka memiliki muka yang sama, tinggi yang sama, dan warna kulit yang sama. Meski mereka memiliki banyak kesamaan, tentunya mereka pasti memiliki perbedaan. Misalnya mereka memiliki sifat yang berbeda, perilaku yang beda. Begitu pula dengan bahasa yang ada di dunia ini. Beberapa dari mereka memiliki latar belakang yang sama, misalnya rumpun Austronesia. Dalam rumpun Austronesia ini terdapat beberapa bahasa salah satunya yaitu bahasa Indonesia. Dari penelitian awal yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog adalah serumpun yakni rumpun Austronesia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Isidora Dyen “A Lexicostatistical Classivication of the Austronesian Language”, peneliti ingin membuktikan bahwa antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog itu memiliki kesamaan dan kemiripan kosakata. Melalui kajian Linguistik Komparatif peneliti ingin melihat sejauh mana kedekatan kedua bahasa tersebut, dan seberapa banyak kesamaan dan kemiripan kosakata yang dimiliki. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode komparatif. Teori yang digunakan yaitu teori leksikostatistik yang tak lain ialah suatu teknik dalam pengelompokkan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan penoropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Pengelompokan bahasa ini mengerucut pada pengelompokan tipologis yang didasari tipe-tipe atau kesamaan dalam segi fonologi. Sumber penelitian ini melibatkan beberapa informan yang merupakan warga negara asli Filipina. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) bagaimana pendeskripsian kemiripan dan kesamaan kosakata dasar bahasa indonesia dan bahasa Tagalog, (2) berapa persen tingkat kekerabatan yang ada antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog. Untuk mengungkap rumusan masalah tersebut, penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pupuan sinurat dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang telah tergolong dalam daftar swadesh lalu dilihat untuk dianalisis kosakata dasar mana yang tergolong sama dan kosakata dasar mana yang tergolong mirip. Penarikan simpulan didasarkan pada penganalisisan korespondensi antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog dan presentase kekerabatan antara kedua bahasa tersebut dengan perhitungan leksikostatistik.

Kata kunci: kesamaan dan kemiripan kosakata, korespondensi, leksikostatistik.

PENDAHULUAN

Kesamaan pada umumnya sering kita jumpai dimana saja, apalagi kesamaan dalam suatu bahasa tentunya sering kita jumpai. Selain kesamaan, kemiripan pun sering kita jumpai yaitu kemiripan dari segi bentuk kata atau segi pengucapan, tetapi kesamaan tersebut belum tentu artinya sama. Contohnya kesamaan salah satu kata di bahasa Korea yang sama dengan bahasa Indonesia yaitu kata sarang yang berarti cinta. Kata tersebut berbanding jauh dengan kata sarang di bahasa Indonesia yang berarti tempat yang dibuat unggas atau burung untuk bertelur dan memiara anaknya.

Penelitian ini diawali dengan tertariknya peneliti terhadap kesamaan dan kemiripan bahasa yang terdapat antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog. Berbeda dengan kesamaan yang hanya sebatas sama bentuk dan pelafalan dengan bahasa Korea, pada bahasa Tagalog kita akan menjumpai beberapa bahkan banyak kosakata yang memiliki kesamaan dan kemiripan dari segi bentuk, pelafalan, bahkan kesamaan arti atau makna. Kesamaan tersebut terdapat dari beberapa kosakata dasar seperti kosakata dasar anggota tubuh yang tak lain ialah mata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog

KESAMAAN DAN KEMIRIPAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA DAN BAHASA TAGALOG (LINGUISTIK KOMPARATIF)

Dike Febianti

Universitas Pendidikan Indonesia

dikefebianti@yahoo.co.id ABSTRAK

Kesamaan biasa didasari oleh suatu latar belakang yang sama, tetapi dari kesamaan itu pastinya terdapat sebuah atau sedikit perbedaan. Layaknya anak kembar, tentunya mereka berasal dari latar belakang yang sama yaitu ibu dan ayah kandung yang sama. Perinciannya mereka memiliki muka yang sama, tinggi yang sama, dan warna kulit yang sama. Meski mereka memiliki banyak kesamaan, tentunya mereka pasti memiliki perbedaan. Misalnya mereka memiliki sifat yang berbeda, perilaku yang beda. Begitu pula dengan bahasa yang ada di dunia ini. Beberapa dari mereka memiliki latar belakang yang sama, misalnya rumpun Austronesia. Dalam rumpun Austronesia ini terdapat beberapa bahasa salah satunya yaitu bahasa Indonesia. Dari penelitian awal yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog adalah serumpun yakni rumpun Austronesia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Isidora Dyen “A Lexicostatistical Classivication of the Austronesian Language”, peneliti ingin membuktikan bahwa antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog itu memiliki kesamaan dan kemiripan kosakata. Melalui kajian Linguistik Komparatif peneliti ingin melihat sejauh mana kedekatan kedua bahasa tersebut, dan seberapa banyak kesamaan dan kemiripan kosakata yang dimiliki. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode komparatif. Teori yang digunakan yaitu teori leksikostatistik yang tak lain ialah suatu teknik dalam pengelompokkan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan penoropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Pengelompokan bahasa ini mengerucut pada pengelompokan tipologis yang didasari tipe-tipe atau kesamaan dalam segi fonologi. Sumber penelitian ini melibatkan beberapa informan yang merupakan warga negara asli Filipina. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) bagaimana pendeskripsian kemiripan dan kesamaan kosakata dasar bahasa indonesia dan bahasa Tagalog, (2) berapa persen tingkat kekerabatan yang ada antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog. Untuk mengungkap rumusan masalah tersebut, penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pupuan sinurat dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang telah tergolong dalam daftar swadesh lalu dilihat untuk dianalisis kosakata dasar mana yang tergolong sama dan kosakata dasar mana yang tergolong mirip. Penarikan simpulan didasarkan pada penganalisisan korespondensi antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog dan presentase kekerabatan antara kedua bahasa tersebut dengan perhitungan leksikostatistik.

Kata kunci: kesamaan dan kemiripan kosakata, korespondensi, leksikostatistik.

PENDAHULUAN

Kesamaan pada umumnya sering kita jumpai dimana saja, apalagi kesamaan dalam suatu bahasa tentunya sering kita jumpai. Selain kesamaan, kemiripan pun sering kita jumpai yaitu kemiripan dari segi bentuk kata atau segi pengucapan, tetapi kesamaan tersebut belum tentu artinya sama. Contohnya kesamaan salah satu kata di bahasa Korea yang sama dengan bahasa Indonesia yaitu kata sarang yang berarti cinta. Kata tersebut berbanding jauh dengan kata sarang di bahasa Indonesia yang berarti tempat yang dibuat unggas atau burung untuk bertelur dan memiara anaknya.

Penelitian ini diawali dengan tertariknya peneliti terhadap kesamaan dan kemiripan bahasa yang terdapat antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog. Berbeda dengan kesamaan yang hanya sebatas sama bentuk dan pelafalan dengan bahasa Korea, pada bahasa Tagalog kita akan menjumpai beberapa bahkan banyak kosakata yang memiliki kesamaan dan kemiripan dari segi bentuk, pelafalan, bahkan kesamaan arti atau makna. Kesamaan tersebut terdapat dari beberapa kosakata dasar seperti kosakata dasar anggota tubuh yang tak lain ialah mata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog

memiliki kosakata yang sama, begitu pula pada segi penulisan dan pengucapan. Selain kesamaan tersebut terdapat pula beberapa kemiripan kosakata yang hanya berbeda satu atau dua fonem yang tentunya masih sama arti. Kata tersebut ada pada kosakata dasar sayuran yaitu kata terong di Indonesia dan talong di bahasa Tagalog. Selain kosakata dasar tersebut masih terdapat banyak kosakata dasar lainnya yang memiliki banyak kesamaan dan kemiripan yang tentunya akan dikaji di bagian isi penelitian dan setelah ini akan dilakukan penelitian lanjutan untuk skripsi peneliti karena makalah ini adalah studi pendahuluan dari skripsi peneliti. Diharapkan pembaca dapat membantu memberikan saran dan masukan untuk menambah wawasan peneliti terhadap makalah ini dan penelitian selanjutnya.

Sumber penelitian ini melibatkan beberapa informan yang merupakan warga negara asli Filipina. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) bagaimana pendeskripsian kemiripan dan kesamaan kosakata dasar bahasa indonesia dan bahasa Tagalog, dan (2) berapa persen tingkat kekerabatan yang ada antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog. Untuk mengungkap rumusan masalah tersebut, penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian dengan metode pupuan sinurat dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang telah tergolong dalam daftar swadesh lalu dianalisis kosakata dasar mana yang tergolong sama dan kosakata dasar mana yang tergolong mirip. Penarikan simpulan didasarkan pada penganalisisan korespondensi antara bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog dan presentase kekerabatan antara kedua bahasa tersebut dengan perhitungan leksikostatistik.

TEORI & METODOLOGI

Teori yang digunakan ialah teori leksikostatistik. Keraf (1996: 121) mengemukakan bahwa leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokkan bahasa yang cenderung mengutamakan penoropongan pada kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Pengelompokan bahasa ini mengerucut pada pengelompokan tipologis yang didasari tipe-tipe atau kesamaan dalam segi fonologi. Teori kedua yaitu teori korespondensi bunyi yang tak lain merupakan kesejajaran atau kesepadanan bunyi pada posisi yang sama yang terdapat pada bahasa-bahasa cabang yang bersifat horizontal. Kesejajaran atau kesepadanan tersebut terlihat pada kesamaan atau kemiripan bentuk dan arti.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah aktual dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikannya berdasarkan fenomena aktual yang sedang dihadapi (Surachman, 1985: 139). Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode komparatif karena penelitian ini berkaitan dengan dua bahasa yang sekerabat.

TEMUAN & PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian dengan metode pupuan sinurat yang berdasarkan daftar tanyaan 200 kosakata dasar daftar swadesh, peneliti menemukan 16 kosakata dasar yang dikategorikan mirip dan sama. Kosakata dasar tersebut yaitu aku, anak, angin, balik, batu, empat, itu, kami, kanan, langit, lelaki, lima, mata, minum, putih, dan telinga. Dari keenam belas kosakata dasar tersebut setelah dianalisis 7 kosakata dasar tergolong sama dan sisanya 9 kosakata dasar tergolong mirip. Berikut tabel analisisnya: No BI BT Kategori 1 Aku Ako M 2 Anak Anak S 3 Angin Hangin M 4 Balik Balik S

5 Batu Bato M 6 Empat Apat M 7 Itu Ito M 8 Kami Kami S 9 Kanan Kanan S 10 Langit Langit S 11 Lelaki Lalaki M 12 Lima Lima S 13 Mata Mata S 14 Minum Inom M 15 Putih Puti M 16 Telinga Tenga M

BI : Bahasa Indonesia S : Sama

BT : Bahasa Tagalog M : Mirip

Analisis Kemiripan dan kesamaan Fonologis BI dan BT

Gloss BI BT

Aku aku ako

[aku] [ako]

Dapat dilihat pada gloss aku (BI) dan gloss ako (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /u/ pada gloss aku dan fonem /o/ pada gloss ako sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Angin angin hangin’ [aηIn] [haηIn]

Berikutnya ialah gloss angin (BI) dan hangin (BT). Pada gloss ini terjadi zeroisasi fonem /h/ yang tidak ada pada gloss angin, sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Batu batu bato

[batu] [bato]

Gloss ketiga ialah batu (BI) dan bato (BT). Terdapat perbedaan fonem /u/ pada gloss batu dan fonem /o/ pada gloss bato, sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Empat empat apat [əmpat] [apat]

Gloss keempat ialah empat (BI) dan apat (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /e/ pada gloss empat dan fonem /a/ pada gloss apat. Terdapat pula zeroisasi fonem /m/ yang tidak ada pada gloss apat sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Itu itu ito

[itu] [ito]

Gloss kelima ialah itu (BI) dan ito (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /u/ pada gloss itu dan fonem /o/ pada gloss ito sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

5 Batu Bato M 6 Empat Apat M 7 Itu Ito M 8 Kami Kami S 9 Kanan Kanan S 10 Langit Langit S 11 Lelaki Lalaki M 12 Lima Lima S 13 Mata Mata S 14 Minum Inom M 15 Putih Puti M 16 Telinga Tenga M

BI : Bahasa Indonesia S : Sama

BT : Bahasa Tagalog M : Mirip

Analisis Kemiripan dan kesamaan Fonologis BI dan BT

Gloss BI BT

Aku aku ako

[aku] [ako]

Dapat dilihat pada gloss aku (BI) dan gloss ako (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /u/ pada gloss aku dan fonem /o/ pada gloss ako sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Angin angin hangin’ [aηIn] [haηIn]

Berikutnya ialah gloss angin (BI) dan hangin (BT). Pada gloss ini terjadi zeroisasi fonem /h/ yang tidak ada pada gloss angin, sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Batu batu bato

[batu] [bato]

Gloss ketiga ialah batu (BI) dan bato (BT). Terdapat perbedaan fonem /u/ pada gloss batu dan fonem /o/ pada gloss bato, sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Empat empat apat [əmpat] [apat]

Gloss keempat ialah empat (BI) dan apat (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /e/ pada gloss empat dan fonem /a/ pada gloss apat. Terdapat pula zeroisasi fonem /m/ yang tidak ada pada gloss apat sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Itu itu ito

[itu] [ito]

Gloss kelima ialah itu (BI) dan ito (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /u/ pada gloss itu dan fonem /o/ pada gloss ito sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Lelaki lelaki lalaki [ləlaki] [lalak]

Gloss keenam ialah lelaki (BI) dan lalaki (BT). Terdapat perbedaan fonem antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /e/ pada gloss lelaki dan fonem /a/ pada gloss lalaki sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Minum minum inom

[minUm] [inom]

Gloss ketujuh ialah minum (BI) dan inom (BT). Pada gloss inom terdapat zeroisasi fonem /m/ yang ada pada gloss minum, terdapat pula perbedaan antara kedua gloss tersebut yaitu fonem /u/ pada gloss

minum dan fonem /o/ pada gloss inom sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar

beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Putih putih puti [putIh] [puti?]

Gloss kedelapan ialah putih (BI) dan puti (BT). Pada gloss ini terdapat zeroisasi fonem /h/ yang terdapat pada gloss puti sehingga kedua gloss tersebut termasuk dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Gloss BI BT

Telinga telinga tenga [telIηa] [teηa]

Gloss kesembilan ialah telinga (BI) dan tenga (BT). Pada kedua gloss tersebut tidak terdapat perbedaan fonem, yang ada hanya zeroisasi fonem /l/ dan /i/ pada gloss tenga sehingga kedua gloss tersebut tergolong dalam kosakata dasar beda fonologis (mirip).

Klasifikasi

1. Perbedaan antara fonem o dan u

gloss aku-ako, batu-bato, itu-ito, dan minum-inom,. 2. Perbedaan antara fonem e dan a

gloss empat-apat dan lelaki-lalaki 3. Zeroisasi

gloss angin-hangin, empat-apat, minum-inom, putih-puti, dan telinga-tenga. Leksikostatistik

Setelah melakukan analisis dengan metode korespondensi dengan pengumpulan data berdasarkan 200 kosakata dasar Swadesh, dapat ditarik kesimpulan melalui presentase kekerabatan antara bahasa Indonesia dan bahasa tagalog melalui rumus leksikostatistik. Rumus yang digunakan adalah jumlah kata yang sama dan yang mirip dibagi jumlah kata yang diteliti dikali 100%.

Jumlah kata mirip+jumlah kata sama x 100% Jumlah kata yang diteliti

= 9+7 x 100% 200 = 16 x 100% 200 =0,08 x 100% = 1%

Klasifikasi Bahasa

Dengan mempergunakan dasar-dasar leksikostatistik, Swadesh mengusulkan suatu klasifikasi untuk menetapkan kapan dua bahasa disebut dialek, kapan sekelompok bahasa disebut keluarga bahasa (Language Family), bilamana sekelompok bahasa termasuk rumpun bahasa (stock), dan sebagainya. Klasifikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tingkat Pengelompokan Presentase Kekognatan

Bahasa (Language) 100-81

Keluarga (Family) 81-36

Rumpun (Stock) 36-12

Mikrofilum 12-4

Mesofilum 4-1

Makrofilum 1-kurang dari 1%

Klasifikasi Swadesh seperti yang dikemukakan di atas pada (Keraf, 1996: 135), dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog termasuk ke dalam klasifikasi Makrofilum atau merupakan bahasa yang agak jauh kekerabatannya dan termasuk dalam kelompok yang lebih besar (Keraf, 1996: 134). Keinginan peneliti untuk membuktikan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog adalah satu rumpun atau adalah bahasa kerabat sudah terpenuhi dan terbukti pula penelitian Isidora Dyen yang mengemukakan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog termasuk ke dalam rumpun Austronesia.

KESIMPULAN & SARAN

Berdasarkan hasil analisis dengan metode pengumpulan awal pupuan sinurat yang berupa pengiriman angket berisi daftar tanyaan dan penganalisisan data menggunakan teori korespondensi dengan penghitungan leksikostatistik, ditemukan beberapa kemiripan dan kesamaan kosakata antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Tagalog. Terdapat 9 kosakata mirip dan 7 kosakata sama. Perbedaan antara masing-masing gloss terdapat pada fonem o dan fonem u yaitu pada gloss aku-ako, batu-bato, itu-ito,

dan minum-inom, serta fonem e dan fonem a pada gloss empat-apat dan gloss lelaki-lalaki. Selain

perbedaan bunyi tersebut terdapat zeroisasi pada lima gloss yaitu gloss angin-hangin, empat-apat,

minum-inom, putih-puti, dan telinga-tenga. Berdasarkan hasil penghitungan kekerabatan dengan

menggunakan penghitungan leksikostatistik tingkat kekerabatan yang dihasilkan ialah 1%, termasuk dalam klasifikasi Makrofilum atau merupakan bahasa yang agak jauh kekerabatannya dan termasuk dalam kelompok yang lebih besar (Keraf, 1996: 134).

Pada penelitian ini pengkajian hanya sebatas membandingkan kedua bahasa tanpa meneliti sejarah kedua bahasa tersebut. Diharapkan penelitian selanjutnya akan membahas mengenai sejarah kedua bahasa, masa pisah, tingkat kognet, dan lainnya. Penelitian ini jauh dari kata sempurna, peneliti berharap dari penelitian ini akan membuat manfaat bagi khalayak terutama dalam lingkup humaniora. DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Goris. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.

Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta:

Erlangga

Crowley, Terry. 1992. An Introduction to Historical Linguistics. Oxford University Press.

Lehmann, Winfred P. 1992. Historical Linguistics: an introduction. Routledge: London and New York.

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Y A 3. Malang.

Klasifikasi Bahasa

Dengan mempergunakan dasar-dasar leksikostatistik, Swadesh mengusulkan suatu klasifikasi untuk menetapkan kapan dua bahasa disebut dialek, kapan sekelompok bahasa disebut keluarga bahasa (Language Family), bilamana sekelompok bahasa termasuk rumpun bahasa (stock), dan sebagainya. Klasifikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tingkat Pengelompokan Presentase Kekognatan

Bahasa (Language) 100-81

Keluarga (Family) 81-36

Rumpun (Stock) 36-12

Mikrofilum 12-4

Mesofilum 4-1

Makrofilum 1-kurang dari 1%

Klasifikasi Swadesh seperti yang dikemukakan di atas pada (Keraf, 1996: 135), dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog termasuk ke dalam klasifikasi Makrofilum atau merupakan bahasa yang agak jauh kekerabatannya dan termasuk dalam kelompok yang lebih besar (Keraf, 1996: 134). Keinginan peneliti untuk membuktikan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog adalah satu rumpun atau adalah bahasa kerabat sudah terpenuhi dan terbukti pula penelitian Isidora Dyen yang mengemukakan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Tagalog termasuk ke dalam rumpun Austronesia.

KESIMPULAN & SARAN

Berdasarkan hasil analisis dengan metode pengumpulan awal pupuan sinurat yang berupa pengiriman angket berisi daftar tanyaan dan penganalisisan data menggunakan teori korespondensi dengan penghitungan leksikostatistik, ditemukan beberapa kemiripan dan kesamaan kosakata antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Tagalog. Terdapat 9 kosakata mirip dan 7 kosakata sama. Perbedaan antara masing-masing gloss terdapat pada fonem o dan fonem u yaitu pada gloss aku-ako, batu-bato, itu-ito,

dan minum-inom, serta fonem e dan fonem a pada gloss empat-apat dan gloss lelaki-lalaki. Selain

perbedaan bunyi tersebut terdapat zeroisasi pada lima gloss yaitu gloss angin-hangin, empat-apat,

minum-inom, putih-puti, dan telinga-tenga. Berdasarkan hasil penghitungan kekerabatan dengan

menggunakan penghitungan leksikostatistik tingkat kekerabatan yang dihasilkan ialah 1%, termasuk dalam klasifikasi Makrofilum atau merupakan bahasa yang agak jauh kekerabatannya dan termasuk dalam kelompok yang lebih besar (Keraf, 1996: 134).

Pada penelitian ini pengkajian hanya sebatas membandingkan kedua bahasa tanpa meneliti sejarah kedua bahasa tersebut. Diharapkan penelitian selanjutnya akan membahas mengenai sejarah kedua bahasa, masa pisah, tingkat kognet, dan lainnya. Penelitian ini jauh dari kata sempurna, peneliti berharap dari penelitian ini akan membuat manfaat bagi khalayak terutama dalam lingkup humaniora. DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Goris. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.

Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta:

Erlangga

Crowley, Terry. 1992. An Introduction to Historical Linguistics. Oxford University Press.

Lehmann, Winfred P. 1992. Historical Linguistics: an introduction. Routledge: London and New York.

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Y A 3. Malang.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Rineka Cipta: Jakarta.

Muchlis, Masnur. 2010. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriftif Sistem Bunyi Bahasa

Indonesia.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Llamzon, Teodoro A. 1969. A Subgrouping of Nine Philippine Languages. The Hague-Matinus Nijhoff.

Wiyanti, Sri. 2002. “Fonologi Bahasa Sunda dan Bahasa Rejang Dalam Kajian Linguistik Histois

Komparatif Ditinjau dari Refleksi Proto Austronesia, Presentase Kekerabatan, dan Masa Pisah”.Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Rismanto, Rendi. 2012. “Kekerabatan Kosakata Bahasa Sunda dengan Bahasa Melayu Betawi di

Kota