• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahirnya Gerakan Renaissance dan Aliran-aliran Filsafat a. Lahirnya Gerakan Renaissance

c. Makna Modernisme dari Segi Ideologi (pikiran)

2. Lahirnya Gerakan Renaissance dan Aliran-aliran Filsafat a. Lahirnya Gerakan Renaissance

Sebelum membicarakan lebih jauh tentang renaissance, terlebih dahulu penulis akan menggambarkan tradisi pemikiran Barat dimulai dari zaman Yunani kuno. Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah pengamatan pada gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal-mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala sesuatu. Filsuf pada waktu itu mempertanyakan asal-usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat disebut cosmosentris. Kedua, zaman abad pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini adalah theosentris. Ketiga, zaman abad modern. Filsuf pada zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut

37Bambang Q. Anees, Filsafat Untuk Umum, Cet. I (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 321.

38Fran Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis (Yogyakarta: Kanisius, 1985), hlm. 61.

DU MM Y

anthroposentris. Dengan demikian, terdapat perbedaan otoritas kekuasaan politik antara zaman pertengahan dengan zaman modern. Pada zaman pertengahan, otoritas kekuasaan dipegang oleh gereja dengan dogma-dogmanya, sedang pada zaman modern, otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya yaitu akal. Keempat, adalah abad kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskurs filsafat.

Sebelum munculnya renaissance, zaman itu didahului dengan abad pertengahan. Abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran dunia kuno. Abad pertengahan ini biasa pula disebut abad gelap (the dark age). Disebut abad gelap, karena pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Yang berhak melaksanakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi).

Abad pertengahan juga dikatakan sebagai masa yang menggiring manusia ke dalam kehidupan atau sistem kepercayaan yang fanatik, dengan ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Ahli pikir pada saat itu, tidak memiliki kebebasan berpikir. Tujuan pihak gerejani adalah untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh.

Namun di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, keinginan, pikiran, cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri. Pemasungan akal, jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat dan tujuan hidup secara umum adalah bersatu dengan Tuhan. Jadi, dalam hidup ini, rasa itulah satu-satunya yang dituntun oleh kitab suci, pedoman hidup manusia. filsafat rasional dan sains tidak penting. Mempelajarinya merupakan usaha mubazir, menghabiskan waktu secara sia-sia. Orang yang masih menghidupkan filsafat akan dimusuhi. Maka pada tahun 415 M. Hypatia, seorang yang terpelajar, ahli dalam filsafat Aristoteles dibunuh. Kemudian tahun 529 M. Kaisar

DU MM Y

Justinianus mengeluarkan undang-undang yang melarang ajaran filsafat apapun di Athena.39

Dalam pada itu, orang mulai mencari alternatif. Di dalam perenungan mencari alternatif itu, orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani kuno. Sementara itu, abad modern pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, bukan campur tangan Tuhan. Mulailah manusia melepaskan diri dari otoritas gereja, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual. Gerakan menentang gereja inilah yang disebut renaissance.

Istilah renaissance berasal dari bahasa Prancis. Dalam bahasa Latin, re ditambah nasci, berarti lahir kembali (rebith). Istilah ini digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 M dan ke-16 M. Istilah ini mula-mula dipakai oleh sejarawan terkenal Michelet, dan dikembangkan oleh J.Burckhardt.40

Pada zaman ini, manusia seakan-akan lahir kembali dari tidur abad pertengahan. Seluruh kebudayaan Barat dibangunkan dari suatu keadaan statis yang berlangsung seribu tahun. Pertama-tama di Italia, kemudian di negara-negara lain di Eropa, ilmu-ilmu, sastra, seni dan hidup sosial tiba-tiba memperlihatkan suatu perkembangan baru.

Manusia mulai berpikir secara baru, antara lain mengenai dirinya sendiri. Manusia menganggap dirinya sendiri tidak lagi sebagai viator mundi (orang yang berziarah di dunia ini), tetapi sebagai faber mundi (orang yang menciptakan dunianya). Manusia sendiri mulai dianggap sebagai pusat kenyataan. Ini kelihatan pada karya-karya seniman zaman renaissance seperti: Donatello, Botticelli, Migelangelo, Rapael dan Leonardo da vinci. Itu juga nampak pada sastrawan-sastrawan seperti Dante, Petraca, dan Boccacio.41

39Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Op. Cit., hlm. 99.

40Ibid., hlm. 109.

41Harry Hamersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern, Cet. IV (Jakarta:

Gramedia, 1990), hlm. 3.

DU MM Y

Ahli waris zaman renaisance, melahirkan zaman modern yang bercorak anthroposentris (manusia menjadi pusat perhatian).

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa pada zaman Yunani kuno, manusia menemukan unsur-unsur kosmologi sebagai prinsip induk (cosmosentris), sedang abad pertengahan, Tuhan sendiri adalah prinsip ini (theosentris) dan dalam zaman modern peranan Tuhan diambil alih oleh manusia (anthroposentris). Oleh karena itu, zaman modern disebut zaman pembentukan subjektivitas. Aku sebagai subjek pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan.

Selain dari itu, zaman ini pula disebut sebagai zaman humanisme.

Maksudnya adalah manusia diangkat dari abad pertengahan, karena pada abad pertengahan manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja (Kristen), bukan ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia. Ciri utama renaissance ialah humanisme, individualisme lepas dari agama, (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, rasionalisme.42 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dampak yang diperoleh dari watak itu ialah, ilmu pengetahuan rasional berkembang.

Filsafat berkembang bukan pada zaman renaissance, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme, sedangkan agama (Kristen) semakin ditinggalkan, karena semangat humanisme. Jadi, semangat tersebut membuat peran agama semakin terpinggirkan.

Tokoh-tokoh renaissance yang menonjol antara lain: Nicollo Machiavelli, lahir tahun 1469 M di Florence, Italia dan meninggal pada tahun 1527 M dalam usia 58 tahun. Machiavelli termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan, bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya, haruslah menggunakan tipu muslihat, licik, dan dusta, digabung dengan penggunaan kekuasaan dan kekuatan. Dalam bukunya The Prince dikatakan bahwa, seorang pangeran lebih baik ditakuti dari pada dicintai. Kalau dicintai, diikat oleh kewajiban yang membuat seseorang mementingkan diri sendiri,

42Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Op. Cit., hlm. 111.

DU MM Y

dan ikatan itu akan putus apabila berhadapan dengan kepentingan.

Sedangkan kalau ditakuti, didorong oleh kecemasan kena hukuman.

Lebih lanjut, dikatakan bahwa seorang penguasa yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan dengan kepentingannya.43

Tampaknya, Machievelli memisahkan antara etika dan politik.

Selain itu, ada Francis Bacon, lahir di London Inggris tahun 1561 M dan meninggal tahun 1626 M ia terkenal dengan penemuannya di bidang metode ilmiah (induksi modern). Seluruh filsafatnya bersifat praktis, yaitu untuk menjadikan manusia menguasai kekuatan-kekuatan alam dengan perantaraan penemuan-penemuan ilmiah. Ia mengatakan, bahwa tujuan ilmu adalah penguasaan manusia terhadap alam. Ilmu harus mempunyai kegunaan praktis dan menambah superioritas manusia terhadap alam semesta. Semboyan Francis Bacon adalah knowledge is power. Dengan ilmu manusia dapat menundukkan alam. Ilmu yang ada sekarang ini, tidak berguna untuk menyuburkan penemuan-penemuan, dan logika sekarang tidak berguna untuk mencapai tujuan membangun ilmu.44

Selanjutnya, yang berkaitan dengan teologi harus dipisahkan dari filsafat. Ia mengatakan bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah swt. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain, hanya dapat dikenal melalui wahyu. Diakui bahwa keimanan adalah yang terbesar, tetapi dogma agama, tampak ada yang tidak masuk diakal, disebabkan karena tidak adanya keselarasan antara akal dan kebenaran. Betapa banyaknya keyakinan-keyakinan yang hingga kini hanya diterima sebagai idola, gambaran-gambaran yang menyesatkan. Pandangan-pandangan yang keliru. Oleh karenanya, semua itu harus dibasmi. Tugas yang sebenarnya dari ilmu pengetahuan adalah mengusahakan penemuan-penemuan yang meningkatkan kemakmuran dan hidup yang enak. Hingga kini, penemuan yang terjadi hanya kebetulan saja. Mulai sekarang penemuan-penemuan harus dilakukan karena tugas dan secara metodis.45

43Ali Maksum, Pengantar Filsafat, Op. Cit. hlm. 115-117.

44Ibid., hlm. 121.

45Harun Hadiwijono, Sari Sejarah, Op. Cit., hlm. 15.

DU MM Y