• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mandar Jaya Berjaya

Dalam dokumen Puthut EA – Ekspedisi Cengkeh (Halaman 112-118)

B

ukit Sutra adalah salah satu desa di Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu, yang beberapa dusun di antaranya dihuni para pendatang. Para pendatang ini menghuni daerah-daerah bukit. Salah satunya adalah Dusun Mandar Jaya. Sebagaimana namanya, dusun itu memang dihuni oleh puluhan orang dari daerah Mandar, suku dari Sulawesi Barat.

Sejarah kedatangan mereka adalah sejarah daya-tarik cengkeh yang kuat. Perkembangannya juga mengikuti perkembangan hidup dan matinya cengkeh. Cengkehlah yang ‘memanggil’ mereka untuk datang dan tinggal di daerah yang jauh dari kampung halamannya. Salah seorang penghuni tua dusun Mandar Jaya adalah Haji Hasan. Ia sudah menempati dusun itu selama kurang-lebih 23 tahun.

Jajaran pohon cengkeh muda berusia 2-3 tahun di Mandar Jaya. Warga desa ini terus menanam bibit baru menambah jumlah pohon cengkeh mereka.

Mandar Jaya Berjaya | 85

Usianya kini 68 tahun. Namun ia masih tampak bertenaga. Giginya masih berderet rapi. Ia berkisah, orang yang pertama kali mendatangi tempat itu bernama Haji Zikkir. Haji Zikkir dikenal sebagai orang dengan kemampuan ekonomi cukup tinggi. Jadi dia membeli sekitar 17 hektar lahan, yang rencananya akan ditanam cengkeh.

Maka yang pertama-tama dilakukan Haji Zikkir adalah memantau daerah

tersebut. Saat itu, tentu saja masih berupa hutan belantara. Orang yang memantau ada lima orang. Tak lama setelah pemantauan itu, datanglah gelombang pertama. Gelombang pertama ini berjumlah tujuh orang. Itu pada tahun 1980. Setahun kemudian, 1981,

gelombang kedua kemudian tiba, juga berjumlah tujuh orang. Hanya dalam hitungan beberapa bulan saja setelah gelombang kedua, gelombang ketiga kemudian datang. Gelombang ini cukup besar, kurang-lebih 20 orang.

Sejak kedatangan mereka ke daerah tersebut, hutan kemudian dibabat dan dijadikan lahan cengkeh. Gelombang pertama dan kedua tadi bekerja untuk Haji Zikkir. Keperluan makanan mereka ditanggung oleh Haji Zikkir. Memang keperluan makanan itu tak mencukupi, sebab itulah mereka berinisiatif menanam ubi. Para pekerja Haji Zikkir diberikan masing-masing sejumlah 100 pohon cengkeh. Jika 80 pohon ditanam di atas lahan seluas satu hektar, maka mereka berhasil menanam sekitar 3.100 pohon pada lahan seluas kurang-lebih 17 hektar tersebut. Pengetahuan soal cara menanam dan merawat pohon cengkeh didapat dari seorang insinyur bernama Darwis.

Hanya dalam waktu tiga tahunan, rumah-rumah panggung mulai berdiri, dengan menebang pohon-pohon yang ada di hutan. Di sana

Haji Hasan (kanan) salah seorang penghuni Dusun Mandara Jaya, di rumah panggungnya. M U H A M M A D I M R A N

Mandar Jaya Berjaya | 87 sebetulnya sudah ada beberapa rumah milik penduduk asal, namun tak sampai sepuluh rumah.

Mandar Jaya adalah nama hasil musyawarah dengan sesama pendatang untuk menamai tempat mereka tinggal. Nama ini kemudian jadi nama dusun. Sekarang, sudah ada Sekolah Dasar di Mandar Jaya.

***

Dusun Mandar Jaya kini berusia 33 tahun, terhitung sejak

gelombang pertama pendatang tiba pada 1980. Sepanjang usia itu, warga Mandar Jaya terus berkembang dan meningkat kehidupannya. Sejak produksi pertama tanaman cengkeh mereka secara massal pada 1988, cengkeh telah memanggil lebih banyak lagi orang Mandar berdatangan. Akan tetapi, peningkatan kehidupan itu tak bisa dinilai dari keadaan tempat tinggal mereka semata. Rata-rata rumah warga Mandar Jaya berupa rumah panggung dari kayu.

Sebetulnya, Mandar Jaya tidak selalu ramai sepanjang tahun. Ada kalanya dusun itu sepi, ada kalanya riuh oleh para pemetik cengkeh. Karena, yang benar-benar tinggal secara permanen, kata Haji Hasan, hanya berkisar 13 rumah. Sementara para pendatang lainnya, setelah musim berbuah dan penen cengkeh usai, akan meninggalkan Mandar Jaya pulang ke kampung halaman asal mereka. Jelang musim panen

Tempat petani ini beristirahat adalah beberapa pokok cengkeh tertua di Dusun Mandar Jaya. Pohon-pohon tua tetap berbuah, sementara bibit cengkeh yang baru ditanam dan dikembangkan. M U H A M M A D I M R A N

di bulan Juni, mereka pun berdatangan kembali.

Jadi penghuni tetap Mandar Jaya ‘hanya’ 13 rumah. Mereka menetap secara permanen dengan berbagai alasan. Yang paling utama adalah sebagian mereka tidak lagi punya lahan di kampung asal, dan sebagian lagi tidak punya keluarga inti di daerah asal. Maka itu, mereka memilih untuk menetap di Mandar Jaya.

Cengkeh di Mandar Jaya tak selamanya berjaya. Ada saat nasibnya untung, ada saat nasibnya buntung. Haji Hasan mengenang, cengkeh di Mandar Jaya biasa juga didatangi masalah. Yang paling tak bisa ia lupakan adalah saat harga cengkeh turun dengan sangat drastis. Itu pada tahun 1990-an. “Saat itu cengkeh tidak ada harganya. Jatuh harga sampai Rp 2.500,” katanya.

Akibatnya, lanjut Haji Hasan, beberapa warga Mandar Jaya menebang pohon cengkeh mereka. Mereka pun beralih ke tanaman cokelat. Tapi tak lama kemudian, harga cengkeh naik lagi. Warga pun menanam kembali cengkeh.

Masalah berikutnya yang dihadapi warga Mandar Jaya adalah bencana alam berupa longsor. Hampir setiap tahun, ancaman longsor

selalu datang. Pada 2009 silam, dusun ini terkena longsor. Bencana itu termasuk yang paling besar, karena memakan korban jiwa hingga lima orang. “Rumahku saja bergeser dibawa longsor. Rumpun bambu di depan rumah itu awalnya berasal dari atas bukit,” kisah Haji Hasan. “Mencekam sekali saat itu, “lanjutnya, “ada warga yang kaget tiba-tiba letak rumahnya jadi berubah sehabis longsor.”

Keberadaan cengkeh di Mandar Jaya rupanya turut mengundang para pencuri. Anehnya, aksi mencuri itu kadang dilakukan pada siang hari. Seorang warga berkisah, pernah pada satu hari Jumat, saat buah cengkeh dijemur di depan rumah-rumah warga, para pencuri ini beraksi. Waktunya memang sangat tepat: para warga tengah melakukan salat Jumat berjamaah di masjid desa. “Sehabis salat itu, kami kaget, tiba-tiba cengkeh yang dijemur di depan rumah kami, semuanya dicuri,” cerita seorang warga.

Cengkeh milik warga yang telah kering akan dibawa ke Larompong. Harga tahun ini (2013) relatif bagus. September ini memang sedikit turun, dari harga sebelumnya Rp 140.000 per kilogram, sekarang turun menjadi Rp 125.000. Setelah cengkeh itu terjual, pada bulan Oktober, mereka ramai-ramai meninggalkan Mandar Jaya, pulang ke

Bentang alam Dusun Mandar Jaya. Tampak atap-atap seng rumah panggung penghuni Dusun Mandar Jaya di antara pohon cengkeh dan kelapa.

kampung halaman mereka. Sementara yang tinggal secara permanen terkadang juga pulang, biasanya pada musim-musim lebaran.

Kini, beberapa bukit yang terbentang di dusun ini kini mulai ditumbuhi tanaman cengkeh tanpa ada tanaman sela, seperti cokelat. Kalau pun ada, itu adalah tanaman tua. Barangkali tak berlebihan jika dikatakan, cengkeh di Mandar Jaya akan semakin berjaya di masa datang. v

Mandar Jaya Berjaya | 89

M U H A M M A D I M R A N

Dalam dokumen Puthut EA – Ekspedisi Cengkeh (Halaman 112-118)