• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masta Hutajulu STKIP Siliwangi

Dalam dokumen Prosiding Semnas STKIP 2014 (Halaman 102-106)

masthahutajulu@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Desain penelitian ini adalah kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pretes dan postes. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan komunikasi matematis,. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas dengan level menengah (sedang). Populasi penelitian ini adalah siswa SMA dengan sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 15 Bandung Propinsi Jawa Barat. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan uji perbedaan rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran matematika dengan pendekatan metaognitif secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di Sekolah Menengah Atas.

Kata Kunci: Kemampuan komunikasi, pendekatan metakognitif

1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang Masalah

Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan National Council of Teacher Mathematics (2000) yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi; (2) belajar untuk bernalar; (3) belajar untuk memecahkan masalah; (4) belajar untuk mengaitkan ide;dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika.

Menurut Sumarmo (Saragih, 2007), kemampuan-kemampuan di atas disebut daya matematis (mathematical power) atau keterampilan matematika (doing math). Keterampilan matematika (doing math) diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik masa kini dan kebutuhan peserta didik di masa yang akan datang. Untuk kebutuhan peserta didik masa kini diharapkan dengan keterampilan matematika yang dimilikinya, siswa mampu memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan maslah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya ketika siswa masih duduk di bangku sekolah.

Untuk mendukung proses pembelajaran yang meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan pada kesadaran tentang pengetahuan dan proses berpikir siswa. Mereka harus memiliki kesadaran bahwa mereka perlu tahu tentang konsep yang melandasi untuk memecahkan suatu masalah, sadar akan kekurangan dan kelebiha yang mereka miliki. Akibatnya dengan kesadaran ini diharapkan siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 89

mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses penyadaran kemampuan kognitif ini merupakan upaya secara metakognitif. 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

b. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

1.3.Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis mengajukan 2 buah hipotesis. Kedua hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional b. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional

2.

Metodologi Penelitian

2.1.Variabel Penelitian

Variabel bebas : Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif Variabel terikat : Kemampuan komunikasi matematis siswa 2.2.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan yaitu: Tes matematika kemampuan komunikasi matematis. 2.3.Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest Postest Control Group Design yang melibatkan dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen yang akan memperoleh perlakuan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dan kelompok kontrol yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Diagram dari desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Eksperimen R O X O

Kelompok Kontrol R O O

R = Pemilihan sampel secara random terhadap kelas XI SMA O = Tes Awal dan tes akhir kemampuan komunikasi Matematis 2.4.Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan pada siswa SMA Negeri 15 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 15 Bandung. Dipilih siswa kelas XI dengan asumsi bahwa mereka tidak disibukkan oleh persiapan ujian akhir seperti kelas XII. Siswa kelas XI dianggap cukup mengenal situasi pembelajaran di sekolah dan memiliki kemampuan yang cukup terhadap materi yang akan disampaikan.

Melalui pemilihan kelompok secara acak terpilih kelas XI IPA 1 (38 siswa) sebagai kelompok eksperimen dan XI IPA 2 (36 siswa) sebagai kelompok kontrol, sehingga tehnik sampling yang dilakukan adalah Cluster Random Sampling (Fraenkel, 1990)

90 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Untuk tes awal kemampuan komunikasi matematis diperoleh thitung = 0,27 sedangkan ttabel = 2,381. Dengan kriteria thitung < ttabel terpenuhi, berarti H0 diterima, dengan demikian kemampuan awal komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metkognitif dan siswa yang belajar secara konvensional mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang sama.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perbedaan Rata-rata Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelompok Eksperimen Kontrol

thitung ttabel Keterangan

s2s2

Tes Awal 6,710 5,346 6,860 5,894 0,270

2,381 H0diterima Tes Akhir 33,970 25,053 38,690 14,847 5,064 H1ditolak Tetapi untuk tes akhir, diperoleh thitung = 5,064 sedangkan ttabel = 2,381. Dengan demikian kriteria thitung < ttabel tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti bahwa kemampuan akhir komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang belajar secara konvensional.

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen Kontrol

thitung ttabel Keterangan

s2s2

Kemampuan Pemahaman Matematis

0,634 0,095 0,506 0,055 2,560 1,667 Lebih Baik

Tes awal kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh thitung = 2,003 sedangkan ttabel =

1,667. Dengan demikian kriteria thitung < ttabel tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan

H1 diterima. Artinya nilai rata-rata gain kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok

kontrol atau peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang belajar secara konvensional.

4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif dan siswa yang belajar secara konvensional diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara

konvensional.

2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

b. Saran

Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di Sekolah Menengah Atas.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 91

DAFTAR PUSTAKA

Cai, J.L, dan Jakabcsin, M.S. (1996). The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assessing Students‘ Mathematical Reasoning and Communication. Dalam Portia C. Elliot (Eds). Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

Cochran, R. et al.(2007). The Impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledge and Classroom Practice.[Online]. Tersedia: http://www.rume.org/crume2007/papers/cochran-mayer-mullins.pdf.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Fraenkel,J.R. dan Wallen, N.E.(1993). Second Edition. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc-Graw Hill International.

Gulo. W. (2008). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Grasindo.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/ sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

NCTM. (2000). Princip And Standards For School Mathematics. Reston : Virginia.

Ruseffendi, H. E. T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Cetakan Pertama. Bandung : IKIP Bandung Press.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: UPI.

Widdiharto. R. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.

92 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Dalam dokumen Prosiding Semnas STKIP 2014 (Halaman 102-106)