• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memberikan Dorongan Agar Anak Mau Belajar

Dalam dokumen psikologi anak pendidikan x (Halaman 84-86)

Sehubungan dengan t eori mot ivasi di at as t ent unya bisa dikat akan dengan mudah, ayo kit a berikan dorongan agar anak mau belaj ar. Tapi dorongan sepert i apa yang dapat diberikan kepada anak? Berikut ini adalah beberapa buah saran:

1. Berikan insent if j ika anak belaj ar. Insent if yang dapat diberikan ke anak t i dak selalu

harus berupa mat eri, t api bisa j uga berupa penghargaan dan perhat ian. Puj ilah anak saat ia mau belaj ar t anpa mest i disuruh (perist iwa ini mungkin j arang t erj adi, t api j ika saat t erj adi orangt ua memperhat i kan dan menunj ukkannya, hal t ersebut bisa menj adi insent if yang berharga buat anak). Puj ian selain merupakan insent if langsung, j uga menunj ukkan penghargaan dan perhat ian dari orangt ua t erhadap anak. Anak seringkali haus perhat i an dan senang dipuj i. Jadi daripada memberikan perhat ian ket ika anak t i dak mau belaj ar dengan cara marah-marah, dan ket ika belaj ar t anpa disuruh orangt ua t idak memberikan koment ar apapun, at au hanya koment ar singkat t anpa kehangat an, akan lebih ef ekt if perhat ian orangt ua diarahkan pada perilaku-perilaku yang baik.

2. T er angkan dengan bahasa yang dimengert i anak, bahwa belaj ar it u berguna buat anak. Bukan sekedar supaya raport t idak merah, t api misalnya dengan mengat akan "Kalau

Ade raj in belaj ar dan j adi pint ar, nant i kalau ikut kuis di t v bisa menang loh, dapat banyak hadiah. Kan kalau anak pint ar, bisa menj awab pert anyaan-pert anyaannya".

3. Sering mengaj ukan pert anyaan t ent ang hal-hal yang diaj arkan di sekolah pada anak

(bukan dalam keadaan menget es anak, t api misalnya sembari mengisi t t s at au ikut menj awab kuis di t v). Jika anak bisa menj awab, puj i dia dengan menyebut kepint arannya sebagai hasil belaj ar. Kalau anak t idak bisa, t unj ukkan rasa kecewa dan mengat akan "Yah Ade nggak bisa j awab, nggak bisa bant u Mama deh. Ade, di buku pelaj arannya ada nggak sih j awabannya? Kit a lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangt ua, karena orangt ua mau memint a bant uannya.

4. Banyak lembaga pra-sekolah yang mengaj arkan kepada anak pelaj aran-pelaj aran dengan met ode active learning atau learning by doing, atau learning through playing, sal ah sat u

t uj uannya adalah agar anak mengasosiasikan belaj ar sebagai kegiat an yang menyenangkan. Tapi seringkali unt uk anak-anak SD, hal ini agak sulit diprakt ekkan, karena mulai banyak pelaj aran yang harus dipelaj ari dengan menghaf al. Unt uk keadaan ini, hal minimal yang dapat dilakukan adalah menset t ing suasana belaj ar. Jika set iap kali pembicaraan

mengenai belaj ar berakhir dengan omelan-omelan, ia akan mengasosiasikan suasana belaj ar sebagai hal yang t idak memberi perasaan menyenangkan, dengan demikian akan dihindari.

PSIKOLOGI AN AK & PEN DIDIKAN , Halaman 84

Membuat Suasana Belajar Lebih Menyenangkan

Selain t idak sering-sering memarahi anak ket ika belaj ar, ada beberapa hal lain yang perlu diperhat ikan agar suasana belaj ar lebih menyenangkan dan anak mau belaj ar. Hal-hal t ersebut adalah:

1. Anak cenderung meniru perilaku orangt ua, karena it u j adilah contoh buat anak. Ket ika

menyuruh dan mengawasi anak belaj ar, orangt ua j uga perlu unt uk t erlihat belaj ar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi sat u sama lain, mengenai t opik-t opik serius (suasana sepert i anak sedang kerj a kelompok dan diskusi dengan t eman-t eman, j adi anak melihat kalau orangt uanya j uga belaj ar). Dengan demi kian, anak melihat bahwa orangt uanya sampai t ua pun t et ap belaj ar.

2. Pilih waktu belaj ar terbaik unt uk anak, ket ika anak merasa segar. Mungkin sehabis

mandi sore. Anak j uga bisa diaj ak bersama-sama menent ukan kapan wakt u belaj arnya.

3. Anak but uh suat u kepast ian, hal-hal yang dapat diprediksi. Jadi jadikan belaj ar sebagai rutinitas yang pasti. Misalnya ket ika sudah dit ent ukan, wakt u belaj ar adalah 2 j am set iap

hari, pukul 17. 00-19. 00, maka pada j am t ersebut harus digunakan secara konsist en sebagai wakt u belaj ar. Kecuali disebabkan hal-hal yang mendesak, misalnya anak baru sampai rumah pukul 16. 30, t ent unya t i dak bij aksana memaksa anak harus belaj ar pukul 17. 00, karena masih lelah.

4. Anak punya daya konsent rasi dan rent ang perhat ian yang berbeda-beda. Misalnya ada anak yang bisa belaj ar t erus-menerus selama 1 j am, ada yang hanya bisa selama set engah j am. Kenali pola ini dan susunlah suatu j adwal belaj ar yang sesuai. Bagi anak yang hanya

mampu berkonsent rasi selama 30 menit , maka berikan wakt u ist irahat 5-10 menit set elah ia belaj ar selama 30 menit . Demikian unt uk anak yang mampu belaj ar lebih lama.

5. Dalam art ikel di Tabloi d Nova edisi Maret 2002, disarankan agar orangt ua menemani anak ketika belajar. Dalam hal ini orangt ua t i dak perlu harus t erus-menerus berada di

samping anak karena mungkin Anda sebagai orangt ua memiliki pekerj aan. Namun paling t idak ket ika anak mengalami kesulit an, Anda ada di dekat nya unt uk membant u.

Demiki an hal-hal yang dapat disarankan unt uk membant u orangt ua memberikan mot ivasi anak agar mau belaj ar. Semoga berguna dan dapat berhasil dit erapkan. Orangt ua senang, t i dak lelah bert eriak-t eriak dan marah-marah, anak pun senang t idak dimarahi dan merasa menyukai kegiat an belaj ar.

39. Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan

Anak Malas Belajar

Bulan-bulan tertentu menjelang Ebtanas dan UMPTN, setiap tahun, adalah musimnya orangtua mengkonsultasikan anak-anaknya untuk tes bakat pada psikolog. Persoalan orangtua (belum tentu persoalan anak juga) adalah bahwa anaknya, walaupun sudah kelas 3 SMU, belum jelas mau memilih jurusan apa di perguruan tinggi. Karena takut bahwa anaknya gagal di tengah jalan, maka orangtua pun mengkonsultasikan anaknya kepada psikolog.

Sementara itu, dari pengamatan di ruang praktek, di pihak anaknya sendiri kurang nampak ada urgensi pada permasalahan yang sedang dihadapinya. Rata-rata anak memang ingin lulus UMPTN di Universitas-universitas favorit (UI, ITB), tetapi tidak terbayangkan betapa ketatnya persaingan yang harus dihadapinya1. Kalau tidak lulus UMPTN, pilihan untuk PTS (Perguruan Tinggi Swasta) masih banyak. Kalau tidak diterima di Trisakti atau Atmajaya, masih banyak PTS yang lain. Bagi yang orangtuanya mampu, kuliah di luar negeri2 bahkan lebih banyak lagi peluangnya.

Tidak adanya perasaan urgensi (kegawatan) lebih nampak lagi pada hampir-hampir tidak adanya persiapan yang serius. Kebanyakan anak tidak mempunyai kebiasaan belajar yang teratur, tidak mempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos (dari sekolah maupun dari les), seringkali lebih mengharapkan bocoran soal ulangan/ujian atau menyontek untuk mendapat nilai yang bagus.

Di sisi lain, cita-cita mereka (yang karena kurang baiknya hubungan anak-orangtua, sering dianggap tidak jelas) adalah sekolah bisnis (MBA). Dalam bayangan mereka, MBA berarti menjadi direktur atau manajer, kerja di kantor yang mentereng, memakai dasi atau blazer dan pergi-pulang kantor mengendarai mobil sendiri. Hampir-hampir tidak terbayangkan oleh mereka proses panjang yang harus dilakukan dari jenjang yang paling bawah untuk mencapai posisi manajer atau direktur tsb. Sikap "jalan pintas" ini bukan hanya menyebabkan motivasi belajar yang sangat kurang, melainkan juga menyebabkan timbulnya gaya hidup yang mau banyak senang, tetapi sedikit usaha, untuk masa sepanjang hidup mereka. Dengan perkataan lain, anak-anak ini selamanya akan hidup di alam mimpi yang sangat rawan frustrasi dan akibat dari frustrasi ini bisa timbul banyak masalah lain3.

Dalam dokumen psikologi anak pendidikan x (Halaman 84-86)