• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menghentikan perkara pidana di sistem peradilan pidana Anglo Saxon

Dalam dokumen Hukum Pidana dalam Perspektif. pdf (Halaman 159-161)

Tauik Rachman

3. Menghentikan perkara pidana di sistem peradilan pidana Anglo Saxon

Di negara anglo saxon seperti Inggris, US ataupun Australia, penghentian

perkara pidana merupakan kewenangan diskresi dari Penuntut Umum. Untuk meneruskan perkara pidana atau menghentikan suatu perkara

pidana didasarkan atau dua tes, yakni 1. Is there a reasonable prospect of conviction ? dan 2. Is the prosecution in the public interest?.10 Dua tes ini harus

djawab secara kumulatif dengan jawaban yang bernilai positif untuk menentukan adanya penuntutan terhadap suatu perkara pidana dan penghentian penuntutan atas suatu perkara pidana jika salah satu djawab negatif. Dikatakan tidak ada ‘reasonable prospect of conviction’ biasanya

dikarenakan kurang alat bukti atau bukan perkara pidana. Sedangkan

untuk tes yang kedua, pemaknaan public interest sangatlah vital karena menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penuntutan. Kedua tes ini

9 Ibid hlm. 87-88

10 Corns dan Tudor, Criminal Investigation and Procedure, The Law in Victoria, Thomson Reuters, Australia,2009, hlm. 291

Kepentingan umum dalam mengesampingkan perkara pidana di Indonesia

dapatlah dikatakan sebagai dasar teori penghentian penuntutan maupun

diteruskannya penuntutan oleh Penuntut Umum di Negara Ang- lo Saxon. Penegasan akan dasar teori seperti ini sepengetahuan penulis tidak diketemukan di Negara-negara civil law tradition, namun untuk

menegaskan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Pedoman yang digunakan untuk menjelaskan apa yang dimaksud

dengan kepentingan umum / public interest di Negara anglo saxon diatur secara berbeda dibandingkan dengan di Negara civil law tradition seperti di Belanda ataupun di Indonesia. Dinegara Anglo Saxon, public interest

dimaknai tidak hanya sebatas penuntut umum menghentikan perkara pidana, namun juga ketika penuntut umum melakukan penuntutan

terhadap perkara pidana. Berikut disampaikan makna kepentingan umum dalam hal melakukan penuntutan terhadap perkara pidana dan kepentingan umum dalam hal menghentikan perkara pidana.

Penuntut umum melakukan penuntutan dianggap sesuai dengan

public interest jika:11

A. a conviction is likely to result in signiicant sentence

B. a weapon was used or violence was threatened during the commission of the ofence

C. the ofence was commited against a person serving the public

D. the defendant was in a position of authority or trust

E. the evidence shows that the defendant was a ringleader or an organizer of the

ofence

F. there is evidence that the ofence was premeditated

G. there is evidence that the ofence was carried out by a group

H. the victim of the ofence was vulnerable, has been put in considerable fear, or sufered personal atack, damage or disturbance

I. the ofence was motivated by any form of discrimination against the victim’s ethnic

or national origin, sex, religious beliefs, political views or sexual preference

J. there is a marked diference between the actual or mental ages of the defendant and

the victim, or if there is any element of corruption

K. the defendant’s previous convictions or cautions are relevant to the present ofence

L. the defendant is alleged to have commited the ofence whilst under an order of the

court

M. there are grounds for believing that the ofence is likely to be continued or repeated,

for example, by a history of recurring conduct

N. the ofence, although not serious in itself, is widespread in the area where it was commited

Sedangkan yang dimaksud dengan tidak sesuai dengan kepenting- an umum dan perkara pidana harus dihentikan jika:12

A. the court is likely to impose a very small or nominal penalty

B. the ofence was commited as a result of a genuine mistake or misunderstanding (these factors must be balanced against the seriousness of the ofence)

Tauik Rachman

C. the lose or harm can be described as minor and was the result of single incident, particularly if it was caused by a misjudgment

D. there has been a long delay between the ofence taking place and the date of the trial, unless :

- the ofence is serious

- the delay has been caused in part by the defendant

- the ofence has only recently come to light; or

- the complexity of the ofence has meant that there has been a long investigation E. a prosecution is likely to have a very bad efect on the victim’s physical or mental

health, always bearing in mind the seriousness of the ofence

F. the defendant is elderly or is, or was at the time of the ofence, sufering from signiicant mental or physical ill health, unless the ofence is serious or there is a

real possibility that it may be repeated.

G. The defendant has put right the loss or harm that was caused (but defendants must not avoid prosecution simple because they can pay compensation); or

H. Details may be made public that could harm sources of information, international relations or national security

Karakter Negara common law dalam memberikan batasan jelas

tentang kepentingan umum/ public interest menunjukan bahwa dalam hal

menuntut ataupun tidak menuntut perkara pidana, kepentingan umum/

public interest merupakan hal yang sangat penting. Namun bukan berarti di

Negara civil law tradition seperti Belanda yang tidak mencantumkan apa yang dimaksud kepentingan umum/ public interest dalam hal melakukan penuntutan merupakan pengabaian pertimbangan kepentingan umum/

public interest dalam hal tersebut. Kepentingan umum/ public interest

dianggap telah dipertimbangkan dalam setiap penuntutan perkara pidana.

Kritik yang dapat diajukan adalah apakah semua Jaksa mengetahui bahwa setiap penuntutan adalah demi kepentingan umum/public interest

dan apakah Jaksa mengetahui bahwa pemidanaan merupakan premium remedium dalam suatu system hukum. Bukankah dengan diberikan

pedoman terkait dengan makna kepentingan umum/public interest dalam hal menuntut perkara pidana bukan berarti mengikat setiap Jaksa namun paling tidak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam setiap penuntutan.

4. Mengesampingkan perkara berdasarkan ketentuan Pasal 35

Dalam dokumen Hukum Pidana dalam Perspektif. pdf (Halaman 159-161)