• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPONEN PRODUKS

3.2.3 Metode Penelitian

Percobaan dilaksanaan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal yaitu genotipe tomat yang terdiri atas 30 genotipe dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 90 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman dan hanya 10 tanaman yang dijadikan tanaman contoh. Model linier dalam analisis ragam adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007) :

Yij = µ+ αi + βj + ɛij Keterangan:

Yij = nilai fenotipe pada perlakuan ke-i dan kelompok ke- j µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh genotipe ke- i(1, 2, 3, …, 28) βj = pengaruh kelompok ke- j (1, 2, 3)

ɛij = pengaruh galat percobaan genotipe tomat ke-i kelompok ke-j 3.2.4 Pelaksanaan Percobaan

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan melakukan penyemaian. Benih disemai sebanyak dua butir per lubang tray yang berisi media semai steril. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari. Pemupukan dilakukan satu kali dalam satu minggu setelah bibit berumur dua minggu setelah semai dengan menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 air yang diaplikasikan dengan cara mengocorkan pada pangkal bibit. Upaya pemeliharaan terhadap serangan organisme penganggu tanaman dilakukan jika terlihat gejala serangan pada persemaian dengan penyemprotan pestisida.

Pengolahan lahan dan pembuatan bedengan dilakukan bersamaan saat kegiatan penyemaian. Penanaman dilakukan setelah bibit tomat berumur 30 hari setelah semai. Petak bedengan dibuat dengan ukuran 5 m  1 m untuk setiap satuan percobaan dengan jarak antar bedengan 50 cm. Selanjutnya setiap bedengan diberi pupuk kandang sebanyak 20 kg dan kapur 0.5 kg. Setelah pemberian kapur dan pupuk kandang selama dua minggu, bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan dibuat lubang menggunakan cemplong dengan jarak 50 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari

dengan satu tanaman per lubang tanam. Penyulaman bibit dilakukan satu minggu setelah tanam.

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, pemberian pestisida, dan penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari jika tidak terjadi hujan sebanyak 20 l bedengan-1 atau sampai keadaan tanah menjadi lembab. Pemupukan dilakukan setiap satu minggu sekali setelah tanaman berumur satu minggu setelah tanam (1 MST) dengan menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 sebanyak 250 ml tanaman-1. Penyemprotan pestisida akan dilakukan dua minggu sekali dengan menggunakan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80 % atau Propinep 70 % dengan konsentrasi dua g l-1, insektisida berbahan aktif Profenofos 500 g l-1 dengan konsentrasi dua ml l-1 dan akarisida berbahan aktif Dikofol dengan konsentrasi dua ml l-1. Pengendalian gulma akan dilakukan secara manual. Kegiatan pemanenan dilakukan dengan kriteria buah sudah berwarna kuning kemerah-merahan. Pemanenan akan dilakukan setiap dua kali seminggu selama lima minggu.

3.2.5 Pengamatan

Karakterisasi Genetik 30 Genotip Tomat di Dataran Rendah

Karakter yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif. Karakterisasi mengacu pada Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Tomat, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT 2007), Descriptor for Tomato (Lycopersicon spp.) (IPGRI 1996) dan Tomato: Guidelines for the conduct of test for distinctness, uniformity and stability, International Union for the Protection of New Varieties of Plants (UPOV 2011). Karakter kuantitatif yang diamati meliputi : tinggi tanaman, panjang lebar daun, umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, kekerasan buah, dan kadar air buah.

Karakter kualitatif yang diamati meliputi :

1 Pewarnaan anthocyanin pada hipokotil: (1) tidak ada , (9) ada.

2 Tipe tumbuh: (1) determinate, (2) indeterminate. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari setelah tanam (hst).

3 Jumlah buku pada batang utama (tunas samping ditiadakan), hanya diamati pada varietas determinate.

4 Pewarnaan anthocyanin pada ruas tiga teratas: (1) tidak ada atau sangat lemah, (3) lemah, (5) sedang, (7) kuat, (9) sangat kuat.

5 Letak daun, diamati pada sepertiga tanaman bagian tengah: (3) semi tegak, (5) horizontal, (7) menggantung.

(3) semi tegak (5) horizontal (7) menggantung Gambar 3.1 Letak daun pada sepertiga tanam bagian tengah (UPOV 2011) 6 Pembagian helai daun: (1) menyirip, (2) menyirip ganda.

(1) menyirip (2) menyirip ganda Gambar 3.2 Pembagian helai daun (UPOV 2011)

7 Tipe daun: (1) Tipe 1, (2) Tipe 2, (3) Tipe 3, (4) Tipe 4, (5) Tipe 5, (6) Tipe 6

Gambar 3.3 Tipe daun (IPGRI 2007) 8 Intensitas warna hijau daun: (3) terang, (5) sedang, (7) gelap.

9 Letak anak daun terhadap tulang daun utama: (3) keatas, (5) mendatar, (7) kebawah.

Gambar 3.4 Letak anak daun terhadap tulang daun utama (UPOV 2011) 10 Tipe tandan bunga (pada pelepah daun kedua dan ketiga): (1) secara umum

uniparous, (2) sebagian uniparous sebagian multiparous, (3) secara umum multiparous.

(1) (2) (3) Gambar 3.5 Tipe tandan bunga (UPOV 2011)

11 Cabang pada tandan bunga (bunga pertama pada tandan bunga): (1) tidak ada, (9) ada.

13 Warna bunga: (1) kuning, (2) orange. 14 Lapisan absisi: (1) tidak ada, (9) ada.

Gambar 3.6 Lapisan absisi pada tangkai buah (UPOV 2011)

15 Panjang Pedisel (dari lapisan absisi terhadap calyx): (3) pendek, (5) sedang, (7) panjang.

Gambar 3.7 Panjang pedisel (UPOV 2011)

16 Ukuran buah: (1) sangat kecil (<3cm), (3) kecil (3-5 cm), (5) sedang (5,1-8 cm), (7) besar (8,1-10 cm), (9) sangat besar (>10 cm).

17 Bentuk buah dalam penampang membujur: (1) pipih, (2) agak pipih, (3) bulat, (4) persegi, (5) silinder, (6) bentuk hati, (7) bentuk telur sungsang, (8) bentuk telur, (9) bentuk pear, (10) bentuk pear lancip.

Gambar 3.8 Bentuk buah dalam penampang membujur (PPVT 2007) 18 Tulang buah pada ujung batang: (1) tidak ada atau sangat lemah, (3) lemah,

(5) sedang, (7) kuat, (9) sangat kuat.

19 Irisan melintang: (1) tidak bulat, (2) bulat.

20 Depresi buah pada ujung tangkai buah: (1) tidak ada atau sangat lemah, (3) lemah, (5) sedang, (7) kuat, (9) sangat kuat.

Gambar 3.10 Depresi buah pada ujung tangkai buah (UPOV 2011)

21 Bentuk ujung buah: (3) melekuk, (4) melekuk agak datar, (5) datar, (6) datar meruncing, (7) meruncing.

(1) (3) (5)

Gambar 3.11 Bentuk ujung buah (UPOV 2011)

22 Ukuran lapisan gabus disekeliling parut tangkai buah: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar.

23 Ukuran parut pada bekas tangkai putik: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar.

24 Ukuran bagian tengah buah dalam irisan melintang: (1) sangat kecil, (3) kecil, (5) sedang, (7) besar, (9) sangat besar.

Gambar 3.12 Ukuran bagian tengah buah dalam irisan melintang (UPOV 2011) 25 Jumlah rongga buah: (1) dua, (2) dua dan tiga, (3) tiga dan empat, (4) lebih

(1) (2) (3) (4) Gambar 3.13 Jumlah rongga buah (UPOV 2011)

26 “Bahu buah hijau” sebelum masak: (1) tidak ada, (9) ada.

(1) (9)

Gambar 3.14 “Bahu buah hijau” sebelum masak (UPOV 2011) 27 Luas “bahu buah hijau”: (3) kecil, (5) sedang, (7) besar.

Gambar 3.15 Luas bahu buah hijau (UPOV)

28 Intensitas warna hijau buah pada bahu buah: (3) lemah, (5) sedang, (7) kuat. 29 Intensitas warna hijau buah sebelum matang: (3) terang, (5) sedang, (7) gelap. 30 Warna buah masak: (1) kuning, (2) oranye, (3) merah muda, (4) merah. 31 Warna daging buah: (1) kuning, (2) oranye, (3) merah muda, (4) merah. 32 Penampilan warna keperakan pada buah: (1) tidak ada, (9) ada.

Kriteria Seleksi Terhadap Komponen Produksi Karakter kuantitatif yang diamati meliputi :

1 Tinggi tanaman (cm), diamati pada umur 6 MST yang diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi.

2 Diamater batang (mm), diamati pada umur 6 MST yang diukur pada batang utama pada 5 cm dari permukaan tanah.

3 Panjang daun (cm), diamati pada umur 6 MST pada daun yang berada pada 1/3 bagian tanaman, diukur dari pangkal daun hingga ujung daun.

4 Lebar daun (cm), diamati pada umur 6 MST pada daun yang berada pada 1/3 bagian tanaman, diukur pada bagian daun terlebar.

5 Umur berbunga (hst), dihitung setelah 50 % populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari berbunga, yaitu apabila bunga ketiga pada tandan kedua mekar sempurna.

6 Umur panen (hst), dihitung setelah 50 % populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari panen, yaitu jika ada satu buah yang sudah berwarna kuning.

7 Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.

8 Diameter buah (cm),diukur pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.

9 Ukuran buah (mm), diukur dengan rumus menurut Purwati 2008, yaitu :

Ukuran buah = Panjang buah + diameter buah x %

10 Tebal daging buah (mm), diukur dengan merata-ratakan bagian terlebar dan tersempit pada buah yang dibelah secara melintang terhadap 10 buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat setiap bedengan

11 Jumlah rongga buah (lokul), diukur pada 10 buah yang dipanen pada panen kedua hingga keempat dengan merata-ratakan jumlah lokul yang terbentuk dari setiap buah yang diamati.

12 Kekerasan buah (kg cm-1), diukur dengan menggunakan handpenetrometer. 13 Kadar Air (%), diukur dengan mengeringkan buah pada suhu 100oC

menggunakan oven selama 2 x 24 jam. Buah tomat dipotong menjadi beberapa bagian dan dimasukkan ke dalam amplop kertas dan ditimbang sebagai berat basah. Setelah dioven, buah tomat kembali ditimbang bersama amplop sebagai berat kering. Kadar air diitung dengan rumus :

Kadar air % = B BB −B B Ke x %

14 Total padatan terlarut (obrix), diukur dengan menggunakan handrefraktometer

15 Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung setiap kali panen dengan merata- ratakan jumlah buah yang dipanen pada setiap tanaman.

16 Bobot per buah (g), dihitung dengan menimbang buah satu persatu kemudian dirata-ratakan.

17 Bobot buah per tanaman (g), dihitung setiap kali panen dengan merata- ratakan bobot buah yang dipanen setiap tanaman.