• Tidak ada hasil yang ditemukan

PECAH BUAH

7.3.3 Tebal Daging Buah

Nilai tengah populasi tebal daging buah pada tomat untuk silangan IPBT64 x IPBT3, IPBT78 x IPBT3, dan IPBT64 x IPBT73, tetua betina (P1) lebih tebal dari populasi tetua jantan (P2) (Tabel 7.13). Nilai tengah populasi F1 pada

112

kombinasi silangan IPBT64 x IPBT3 dan IPBT64 x IPBT73 berada diantara nilai tengah kedua tetua. Nilai tengah populasi F1 silangan IPBT78 x IPBT3 lebih tebal dari nilai tengah populasi tetua tertebal (Tabel 7.14). Nilai tengah populasi F2 pada silangan IPBT64 x IPBT3 dan IPBT64 x IPBT73 berada diantara nilai tengah kedua tetua. Nilai tengah populasi F2 silangan IPBT78 x IPBT3 lebih tebal dari nilai tengah tetua tertebal.

Tabel 7. 13 Nilai tengah populasi karakter tebal daging buah pada tomat

Populasi IPBT64 x IPBT3 IPBT78 x IPBT3 IPBT64 x IPBT73 P1 5.56 ± 0.62 4.39 ± 0.58 5.56 ± 0.62 P2 3.44 ± 0.61 3.48 ± 0.32 4.28 ± 0.69 BCP1 5.10 ± 0.86 4.77 ± 0.63 4.75 ± 0.89 BCP2 4.65 ± 0.85 4.74 ± 0.62 4.67 ± 0.84 F2 4.95 ± 0.91 4.62 ± 0.72 4.73 ± 0.91

P1: tetua betina, P2: tetua jantan, BCP1: Backcross ke tetua betina (F1 x P1), BCP2: Backcross ke tetua jantan (F1 x P2), F2: generasi kedua

Hasil uji kehomogenan ragam (uji f) dan pengaruh tetua betina dengan menggunakan uji beda nilai tengah (uji t) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara F1 dan F1R pada karakter tebang daging buah (Tabel 7.14). Uji kehomogenan menunjukkan bahwa ragam F1 dan F1R homogen sehingga pada analisis selanjutnya F1 dan F1R dapat digabungkan. Hasil uji t tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh tetua betina dan hanya gen- gen dalam inti yang mengendalikan pewarisan karakter tebal daging buah tomat. Tabel 7. 14 Uji pengaruh tetua betina pada karakter tebal daging buah pada tomat

Populasi IPBT64 x IPBT3 IPBT78 x IPBT3 IPBT64 x IPBT73

F1 4.86 ± 0.17 4.71 ± 0.12 4.92 ± 0.18

F1R 4.98 ± 0.17 4.79 ± 0.17 4.92 ± 0.17

Prob > f hit 0.87 tn 0.14 tn 0.96 tn

Prob > t hit 0.59 tn 0.69 tn 0.97 tn

tn: tidak nyata pada taraf α 5%

Nilai potensi rasio karakter tebal daging buah pada kombinasi silangan 64 x 3 berada pada kisaran 0 sampai 1 yaitu 0.34, nilai pada kombinasi silangan IPBT78 x IPBT3 lebih besar dari 1 (1.72) dan kombinasi silangan IPBT64 x IPBT73 lebih kecil berada diantara 0 dan -1 (-0.01) (Tabel 7.15). Tebal daging buah populasi F1 64 x 3 lebih tebal dari rata-rata kedua tetua tetapi lebih kecil dari rata-rata tetua terbesar. Rata-rata F1 IPBT78 x IPBT3 lebih besar dari rata-rata tetua terbesar, sedangkan rata-rata F1 IPBT64 x IPBT73 lebih besar dari rata-rata tetua terkecil tetapi lebih kecil dari rata-rata kedua tetua. Hal ini menunjukkan bahwa tebal daging buah pada kombinasi IPBT64 x IPBT3 dikendalikan oleh aksi gen dominan parsial, pada kombinasi silangan IPBT78 x IPBT3 dikendalikan oleh aksi gen overdominan dan pada silangan IPBT64 x IPBT73 dikendalikan oleh aksi gen resesif parsial. Jumlah gen pengendali karakter tebal daging buah pada semua kombinasi silangan adalah minimal satu gen (Tabel 7.15).

Nilai skewness untuk karakter tebal daging buah tomat adalah negatif pada kombinasi IPBT64 x IPBT3 dan IPBT64 x IPBT73, dan positif untuk kombinasi silangan IPBT78 x IPBT3. Nilai kurtosis pada semua kombinasi berbentuk

113 mesokurtic (-3 < kurtosis < 3) (Tabel 7.15). Berdasarkan informasi tersebut maka karakter tebal daging buah tomat untuk kombinasi silangan IPBT64 x IPBT3 dan IPBT64 x IPBT73 dikendalikan oleh banyak gen dengan aksi gen aditif dengan pengaruh epistasis duplikat, dan untuk kombinasi silangan IPBT78 x IPBT3 dikendalikan oleh banyak gen dengan aksi gen aditif pengaruh epistasis komplementer.

Tabel 7. 15 Aksi gen, dan jumlah gen pengendali karakter tebal daging buah pada tomat

Kombinasi silangan

Potensi

rasio Aksi gen

Jumlah faktor

efektif Skewness Kurtosis IPBT64 x IPBT3 0.34 Dominan parsial 1.04 -0.40 0.36 IPBT78 x IPBT3 1.72 Overdominan 0.39 0.03 -0.46 IPBT64 x IPBT73 -0.01 Resesif parsial 0.38 -0.15 -0.66 Tabel 7. 16 Uji kecocokan model genetik karakter tebal daging buah pada tomat

Model Genetik IPBT64 x IPBT3 IPBT78 x IPBT3 IPBT64 x IPBT73 Chi-square Prob Chi-square Prob Chi-square Prob m d 20.30* 0.000 83.26* 0.000 76.83* 0.000 m dh 15.09* 0.002 31.25* 0.000 25.85* 0.000 m dhi 10.93* 0.004 23.11* 0.000 1.42tn 0.492 m dhj 5.02 tn 0.081 21.04* 0.000 25.67* 0.000 m dhl  11.68* 0.003 10.70* 0.005 4.43tn 0.109 m dhij 0.35 tn 0.552 14.94* 0.000 0.85tn 0.356 m dhil 10.80* 0.001 8.36* 0.004 0.56tn 0.454 m dhjl 0.66 tn 0.418 3.086tn 0.079 3.98* 0.046

Prob: Probability pada taraf α 5%; * model tidak sesuai pada taraf α 5%; tn: model sesuai pada taraf α 5%

Model genetik yang sesuai untuk karakter tebal daging buah pada kombinasi silangan IPBT64 x IPBT3 adalah aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x dominan (m[d][h][j]), aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan aditif x dominan (m[d][h][i][j]) dan aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x dominan dan dominan x dominan (m[d][h][j][l]). Model yang sesui untuk kombinasi IPBT78 x IPBT3 adalah aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x dominan dan dominan x dominan (m[d][h][j][l]). Model yang sesuai untuk kombinasi IPBT64 x IPBT73 adalah aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif (m[d][h][i]), aditif-dominan dengan pengaruh interaksi dominan x dominan (m[d][h][l]), aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan aditif x dominan (m[d][h][i][j]), aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan dominan x dominan (m[d][h][i][l]) (Tabel 7.16). Model yang paling sesuai untuk kombinasi IPBT64 x IPBT3 adalah m[d][h][j][l] karena memperlihatkan nilai yang nyata untuk semua komponen genetik, sedangkan pada model (m[d][h][i][j]) memiliki nilai chi-square terkecil tetapi terdapat satu komponen genetik yang tiadk nyata. Model genetik yang paling sesuai pada kombinasi IPBT64 x IPBT73 adalah m[d][h][i][j], karena hanya memiliki dua nilai komponen genetik yang tidak nyata, sedangkan pada model (m[d][h][i][l])

114

memiliki nilai chi-square terkecil tetapi pengaruh interaksi pada semua komponen genetik tidak nyata.

Komponen genetik pada kombinasi IPBT64 x IPBT3 dan IPBT78 x IPBT3 untuk karakter tebal daging buah memiliki nilai komponen aditif dan dominan yang nyata, akan tetapi nilai aksi gen dominan lebih tinggi dibanding nilai aksi gen aditif sehingga aksi gen dominan lebih berpengaruh dari aksi gen aditif. Pengaruh interaksi menunjukkan bahwa aksi gen aditif x dominan berpengaruh nyata dan lebih tinggi dari interaksi dominan x dominan (Tabel 7.16). Aksi gen dominan (positif) berlawanan arah arah dengan interaksi aditif x dominan yang bernilai negatif sehingga aksi gen tersebut bersifat duplikat. Hal ini menunjukkan bahwa aksi gen yang lebih berpengaruh pada tebal daging buah pada kombinasi IPBT78 x IPBT3 adalah aksi gen epistasis aditif x dominan yang bersifat duplikat Tabel 7. 17 Pendugaan komponen genetik karakter tebal daging buah pada tomat

Kombinasi silangan Komponen genetik m d h i j l IPBT64 x IPBT3 4.50* 1.06* 1.30* - -1.23* -0.94* IPBT78 x IPBT3 3.93* 0.46* 2.22* - -8.80* -1.44* IPBT64 x IPBT73 4.59* 0.64* 0.24tn 0.30tn -1.13* -

m: nilai tengah; d: pengaruh aditif; h: pengaruh dominan; i: pengaruh interaksi aditif x aditif; j: pengaruh interaksi aditif x dominan; l: pengaruh interaksi dominan x dominan; tn: tidak berbeda nyata pada taraf ᾰ 5%

Komponen genetik pada kombinasi IPBT64 x IPBT73 untuk karakter tebal daging buah memiliki nilai komponen aditif yang nyata dan dominan tidak nyata. Hal in menunjukkan bahwa aksi gen aditif lebih berpengaruh dibandingkan dengan aksi gen dominan. Pengaruh interaksi gen menunjukkan bahwa hanya aksi gen aditif x dominan yang nyata. Komponen genetik pada kombinasi IPBT64 x IPBT3 dan IPBT78 x IPBT3 untuk karakter tebal daging buah memiliki nilai komponen aditif dan dominan yang nyata, akan tetapi nilai aksi gen dominan lebih tinggi dibanding nilai aksi gen aditif sehingga aksi gen dominan lebih berpengaruh dari aksi gen aditif. Pengaruh interaksi menunjukkan bahwa aksi gen aditif x dominan berpengaruh nyata dan lebih tinggi dari interaksi dominan x dominan (Tabel 7.17). Aksi gen dominan (positif) berlawanan arah arah dengan interaksi aditif x dominan yang bernilai negatif sehingga aksi gen tersebut bersifat duplikat. Hal ini menunjukkan bahwa aksi gen yang lebih berpengaruh pada tebal daging buah pada kombinasi IPBT78 x IPBT3 adalah aksi gen epistasis aditif x dominan yang bersifat duplikat (Tabel 7.17). Aksi gen aditif (positif) berlawanan arah arah dengan interaksi aditif x dominan yang bernilai postif sehingga aksi gen tersebut bersifat duplikat. Hal ini menunjukkan bahwa aksi gen yang lebih berpengaruh pada tebal daging buah pada kombinasi IPBT64 x IPBT73 adalah aksi gen epistasis aditif x dominan yang bersifat duplikat.

Nilai heritabilitas dalam arti luas (h2bs) karakter tebal daging adalah sedang hingga tinggi dan nilai heritabilitas dalam arti sempit (h2ns) adalah sedang (Tabel 7.18). Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa tebal daging buah dikendalikan oleh faktor genetik. Proporsi ragam aditif terhadap ragam genetik total pada kombinasi IPBT78 x IPBT3 dan IPBT64 x IPBT73 masih cukup tinggi yaitu masing-masing 84.90 dan 57.77. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh aditif lebih besar dari pengaruh dominan, sehingga tebal daging buah dikendalikan

115 oleh gen yang bekerja secara aditif pada kombinasi tersebut. Sedangkan pada kombinasi IPBT64 x IPBT3 proporsi ragam aditif terhadap ragam genetik total tergolong sedang sehingga ragam aditif dan dominan memiliki peran pada karakter tebal daging buah.

Tabel 7. 18 Komponen ragam dan heritabjilitas karakter tebal daging buah pada tomat

Komponen IPBT64xIPBT3 IPBT78xIPBT3 IPBT64xIPBT73

Ragam P1 0.39 0.34 0.39 Ragam P2 0.38 0.10 0.48 Ragam F1 0.53 0.27 0.50 Ragam BCP1 0.74 0.40 0.74 Ragam BCP2 0.72 0.39 0.70 Ragam F2 0.82 0.51 0.83

Heritabilitas arti luas (h2bs) 0.47 0.53 0.45 Heritabilitas arti sempit (h2ns) 0.22 0.45 0.26

(h2ns / h2bs) x 100% 46.80 84.90 57.77

P1: tetua betina; P2: tetua jantan; F1: turunan pertama; BCP1: backcross ke tetua betina; BCP2: backcross ke tetua jantan; F2: turunan kedua.