• Tidak ada hasil yang ditemukan

PECAH BUAH

7.3.8 Persen Buah Pecah

Nilai tengah karakter persen buah pecah pada tomat pada semua silangan, tetua jantan (P2) lebih banyak dari populasi tetua betina (P1) (Tabel 7.43). Nilai tengah populasi F1 pada semua berada diantara nilai tengah populasi tetua betina (P1) dan tetua jantan (P2) (Tabel 7.43). Nilai tengah populasi F2 pada semua kombinasi silangan berada diantara nilai tengah populasi tetua betina (P1) dan tetua jantan (P2).

Tabel 7. 43 Nilai tengah populasi karakter persen buah pecah pada tomat

Populasi IPBT64 x IPBT3 IPBT78 x IPBT3 IPBT64 x IPBT73 P1 0.39 ± 1.21 0.30 ± 1.35 0.39 ± 1.21 P2 53.81 ± 10.84 53.81 ± 10.84 51.40 ± 11.63 BCP1 10.25 ± 12.76 5.39 ± 9.26 12.12 ± 10.24 BCP2 23.89 ± 20.98 26.68 ± 23.57 42.48 ± 21.08 F2 16.17 ± 20.35 20.49 ± 22.91 14.63 ± 22.10

P1: tetua betina, P2: tetua jantan, BCP1: Backcross ke tetua betina (F1 x P1), BCP2: Backcross ke tetua jantan (F1 x P2), F2: generasi kedua

Tabel 7. 44 Uji pengaruh tetua betina pada karakter persen jumlah buah pecah pada tomat

Populasi IPBT64 x IPBT3 IPBT78 x IPBT3 IPBT64 x IPBT73 F1 17.12 ± 2.38 5.67 ± 1.91 24.77 ± 2.01 F1R 20.75 ± 2.75 6.16 ± 1.54 24.59 ± 2.19

Prob > f hit 0.52 tn 0.35 tn 0.71 tn

Prob > t hit 0.33 tn 0.84 tn 0.95 tn

tn: tidak nyata pada taraf α 5%

Hasil uji kehomogenan ragam (uji f) dan pengaruh tetua betina dengan menggunakan uji beda nilai tengah (uji t) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara F1 dan F1R pada karakter persen jumlah buah pecahpada tomat (Tabel 7.44). Uji kehomogenan menunjukkan bahwa ragam F1 dan F1R homogen sehingga pada analisis selanjutnya F1 dan F1R dapat

129 digabungkan. Hasil uji t tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh tetua betina dan hanya gen-gen dalam inti yang mengendalikan pewarisan karakter persen jumlah buah pecah pada tomat.

Nilai potensi rasio karakter persen jumlah buah pecah pada semua kombinasi silangan berada pada kisaran 0 sampai -1 (Tabel 7.45). Rata-rata karakter persen jumlah buah pecah pada populasi F1 lebih banyak dari tetua rentan tetapi lebih kecil dari rata-rata kedua tetua. Hal ini menunjukkan bahwa karakter jumlah buah pecah per tanaman dikendalikan oleh aksi gen resesif parsial.

Jumlah gen pengendali karakter persen jumlah buah pecah pada kombinasi silangan IPBT64 x IPBT3 adalah minimal 3 gen, pada kombinasi silangan IPBT78 x IPBT3 adalah minimal 4 gen, dan pada kombinasi silangan IPBT64 x IPBT73 minimal 5 gen (Tabel 7.45).

Persen jumlah buah pecah memiliki nilai skewness positif untuk semua kombinasi silangan dan nilai kurtosis yang berada pada kisaran -3 < kurtosis < 3 yang berbentuk mesokurtic (Tabel 7.45). Berdasarkan informasi tersebut maka karakter persen jumlah buah pecahdikendalikan oleh banyak gen dengan aksi gen aditif dengan pengaruh epistasis komplementer.

Tabel 7. 45 Aksi gen, dan jumlah gen pengendali karakter persen jumlah buah pecah pada tomat

Kombinasi silangan

Potensi

rasio Aksi gen

Jumlah faktor

efektif Skewness Kurtosis IPBT64 x IPBT3 -0.37 Resesif parsial 2.68 1.21 0.36 IPBT78 x IPBT3 -0.80 Resesif parsial 3.96 0.85 -0.31 IPBT64 x IPBT73 -0.04 Resesif parsial 4.89 1.42 0.80 Tabel 7. 46 Uji kecocokan model genetik karakter persen jumlah buah pecah

pada tomat

Model Genetik IPBT64 x IPBT3 IPBT78 x IPBT3 IPBT64 x IPBT73 Chi-square Prob Chi-square Prob Chi-square Prob m d 46.80* 0.000 107.27* 0.000 43.77* 0.000 m dh 23.72* 0.000 7.47 tn 0.058 41.02* 0.000 m dhi 17.88* 0.000 2.39 tn 0.303 18.44* 0.000 m dhj 10.64* 0.005 4.77 tn 0.092 40.53* 0.000 m dhl  20.79* 0.000 3.9 tn 0.142 35.79* 0.000 m dhij 1.38 tn 0.240 1.48 tn 0.224 18.22* 0.000 m dhil 17.31* 0.000 2.33 tn 0.127 2.49tn 0.114 m dhjl 0.19 tn 0.666 3.48 tn 0.062 35.70* 0.000

Prob: Probability pada taraf α 5%; * model tidak sesuai pada taraf α 5%; tn: model sesuai pada taraf α 5%

Model genetik yang sesuai untuk karakter persen jumlah buah pecah pada kombinasi silangan IPBT64 x IPBT3 adalah aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan aditif x dominan (m[d][h][i][j]) dan aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x dominan dan dominan x dominan (m[d][h][j][l]). Model genetik yang sesuai untuk kombinasi IPBT78 x IPBT3 adalah aditif-dominan (m[d][h]) karena pada ini sudah menunjukkan model yang

130

sesuai yang ditandai dengan chi-square yang tidak nyata. Model genetik yang sesuai untuk kombinasi IPBT64 x IPBT73 adalah aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan dominan x dominan (m[d][h][i][l]) karena memperlihatkan nilai chi-square terendah dan satu-satunya model yang tidak nyata (Tabel 7.46). Model genetik yang paling sesuai untuk kombinasi IPBT64 x IPBT3 adalah m[d][h][j][l] karena memperlihatkan nilai chi-square terendah dan tidak nyata serta semua komponen genetiknya nyata.

Komponen genetik pada kombinasi IPBT64 x IPBT3 untuk karakter persen jumlah buah pecah memiliki nilai komponen aditif dan dominan yang nyata, akan tetapi nilai aksi gen aditif lebih tinggi dibanding nilai aksi gen dominan sehingga aksi gen aditif lebih berpengaruh dari aksi gen dominan. Pengaruh interaksi menunjukkan bahwa aksi gen aditif x dominan berpengaruh nyata dan lebih tinggi dari interaksi dominan x dominan. Aksi gen aditif bernilai negatif berlawananarah dengan interaksi aditif x dominan yang bernilai positif sehingga aksi gen tersebut bersifat duplikat. Hal ini menunjukkan bahwa aksi gen yang lebih berpengaruh pada persen jumlah buah pecah untuk kombinasi IPBT64 x IPBT3 adalah aksi gen epistasis aditif x dominan yang bersifat duplikat (Tabel 7.47).

Tabel 7. 47 Pendugaan komponen genetik karakter persen jumlah buah pecah pada tomat Kombinasi silangan Komponen genetik m d h I j l IPBT64 x IPBT3 27.1* -26.71* -31.87* - 27.00* 21.90* IPBT78 x IPBT3 27.15* -26.78* -18.88* - - - IPBT64 x IPBT73 -19.74* -26.38* 92.95* 46.49* - 48.44*

m: nilai tengah; d: pengaruh aditif; h: pengaruh dominan; i: pengaruh interaksi aditif x aditif; j: pengaruh interaksi aditif x dominan; l: pengaruh interaksi dominan x dominan; tn: tidak berbeda nyata pada taraf ᾰ 5%

Komponen genetik untuk karakter persen jumlah buah pecah pada kombinasi IPBT78 x IPBT3 dikendalikan oleh aksi gen aditif dominan dengan nilai aksi gen aditif adalah -26.78 dan nilai aksi gen dominan adalah -18.88. Aksi gen aditif lebih tinggi dari aksi gen dominan. Hal ini menunjukkan bahwa karakter persen jumlah buah pecah per tanaman pada kombinasi ini dikendalikan oleh aksi gen aditif (Tabel 7.47).

Komponen genetik pada kombinasi IPBT64 x IPBT73 untuk karakter persen jumlah buah pecah memiliki nilai komponen aditif dan dominan yang nyata. Nilai aksi gen dominan nyata bernilai positif dan lebih tinggi dari nilai aksi gen aditif sehingga aksi gen dominan lebih berpengaruh dibandingkan dengan aksi gen aditif. Pengaruh interaksi gen menunjukkan bahwa aksi gen dominan x dominan berpengaruh nyata dan lebih tinggi (48.44) dari pengaruh aditif x aditif (46.49), sehingga aksi gen interaksi dominan x dominan lebih berpengaruh. Aksi gen dominan searah dengan interaksinya yang bernilai positif sehingga aksi gen tersebut bersifat komplementer. Hal ini menunjukkan bahwa aksi gen yang lebih berpengaruh pada persen jumlah buah pecah per tanaman pada kombinasi IPBT64 x IPBT73 adalah aksi gen epistasis dominan x dominan yang bersifat komplementer (Tabel 7.47).

Nilai heritabilitas dalam arti luas (h2bs) karakter persen jumlah buah pecah per tanaman adalah tinggi dan nilai heritabilitas dalam arti sempit (h2ns) juga

131 tinggi (Tabel 7.48). Hal ini menunjukkan bahwa karakter persen jumlah buah pecah lebih dikendalikan oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan. Proporsi ragam aditif terhadap ragam genetik total masih sangat tinggi sehingga pengaruh aditif lebih besar dari pengaruh dominan. Karakter persen jumlah buah pecah dikendalikan oleh gen yang bekerja secara aditif.

Tabel 7. 48 Komponen ragam dan heritabilitas karakter persen jumlah buah pecah pada tomat

Komponen IPBT64xIPBT3 IPBT78xIPBT3 IPBT64xIPBT73

Ragam P1 1.47 1.84 1.47 Ragam P2 117.51 117.51 135.20 Ragam F1 112.85 73.16 80.74 Ragam BCP1 162.84 85.81 104.78 Ragam BCP2 440.16 555.38 444.25 Ragam F2 414.42 524.79 488.53

Heritabilitas arti luas (h2bs) 0.81 0.88 0.85 Heritabilitas arti sempit (h2ns) 0.54 0.78 0.88

(h2ns / h2bs) x 100% 66.66 88.63 103.52

P1: tetua betina; P2: tetua jantan; F1: turunan pertama; BCP1: backcross ke tetua betina; BCP2: backcross ke tetua jantan; F2: turunan kedua.