• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama Kekasih di Bebatuan

Dalam dokumen Novie Chamelia. Sulur Pustaka (Halaman 105-110)

P

ertama kali sampai di Jabal Rahmah, salah satu destinasi ziarah kota Mekkah, membuat saya keheranan. Me-ngapa tempat yang dianggap suci itu, lantaran tempat terpecahnya rindu Adam dan Hawa setelah bertahun-tahun terpisah, begitu kotor dengan coretan kata yang tertulis di batu sepanjang mata memandang? Saya pun mencoba membaca beberapa tulisan, sambil menaiki bukit menuju puncak. Di sana tertulis beberapa nama dengan disertai kalimat cinta nun romantis, seperti kalimat, ‘Semoga selalu bahagia hingga maut memisahkan’, atau ‘Semoga segera bertemu dengan sang jodoh’, dan lain-lain.

Saya tidak tahu mengapa Jabal Rahmah dianggap sebagai tempat harapan dikabulnya sebuah doa untuk para kekasih? Saya hanya menduga, mungkin para kekasih itu berharap agar kisah cintanya sama dengan kisah cinta Adam dan Hawa, yang meski terpisah jauh dan kemudian bertemu dalam waktu yang sangat lama, namun mereka masih saling

mencintai hingga abadi. Apakah mencintai itu memang sulit hingga harus didoakan? Apakah mencintai adalah sesuatu yang misteri, hingga harus dibuktikan dengan tulisan yang tersebar di beberapa batu sekitar Jabal Rahmah? Lalu bagaimana cinta kita pada Sang illahi, jika kita sendiri membiarkan alamnya penuh dengan kekotoran? Apakah keyakinan kita sudah berkurang pada Sang Illahi tentang jodoh hingga harus diyakinkan dengan tulisan ?

Salah satu produk Sang Illahi adalah cinta, yang diberikan pada semua makhlukNya dengan tujuan agar cinta mampu menghapus semua permusuhan, kebencian, dan menciptakan kedamaian di dunia. Cinta dan jodoh bukanlah hal yang bisa diketahui oleh manusia, karena keduanya adalah misteri Illahi. Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta. Di mana pun dan kapan pun kita bisa jatuh cinta. Entah kemudian apakah cinta itu berubah menjadi sebuah kepemilikan dengan realisasi sebuah pernikahan, atau hanya menjadi cinta sesaat?

Banyak asumsi, bahwa pernikahan adalah jodoh, namun nyatanya banyak pasangan pernikahan yang kemudian bercerai dengan dalih, bahwa mereka tak lagi berjodoh, atau ‘barangkali jodohnya sampai disini, sementara Tuhan telah menyiapkan jodoh yang tepat di kemudian hari dengan orang yang berbeda’. Kisah lainnya, banyak pula pasangan kekasih yang saling mencintai namun begitu sulit untuk bersama, hingga kemudian mereka berpisah dan menikah dengan orang lain, meski masih menyimpan cinta.

Cinta dan mencintai itu bukan perkara mudah, hingga tak sedikit kisah cinta menjadi kisah sepanjang masa, seperti halnya kisah cinta Adam dan Hawa. Lantaran sebuah kesalahan, keduanya diusir oleh Tuhan dari surga, kemudian diturunkan ke bumi. Namun keduanya berada di belahan bumi yang berbeda. Konon, Adam diturunkan di tanah Arab, sementara Hawa diturunkan di tanah India, kemudian mereka saling mencari, berjalan kaki menyusuri padang pasir, lautan dan gunung, hingga kemudian mereka bertemu di Jabal Rahmah setelah berpuluh-puluh tahun lamanya. Bayangkan saja, untuk bisa bertemu dan bersama sang kekasih, dibutuhkan sebuah pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah. Apalagi saat ini, meski teknologi telah berkembang pesat dan mudahnya akses transportasi untuk bertemu banyak orang, namun untuk bertemu dengan sang kekasih saja, atau untuk mempertahakan cintanya, masih terus di semogakan dengan doa, sekalipun dengan tulisan di bebatuan Jabal Rahmah.

Saya terus menaiki bukit Jabal Rahmah melalui tangga yang sengaja direnovasi oleh pihak pemerintah Arab Saudi dengan tujuan mempermudah orang-orang yang ingin menaiki bukit Jabal Rahmah, yang tingginya berhasil membuat nafas saya tersenggal. Tak bisa saya bayangkan, jika sendainya tak ada tangga, mungkin akan jauh lebih sulit jika menaiki bukit melalui bebatuan.

Sesampainya di atas bukit, saya banyak melihat orang berdoa -entah apa isi doanya- dengan sambil memeluk

sebuah prasasti berbentuk bangunan tak ber-ruang. Pra-sasti itu berbentuk kubus segi empat seperti bentuk ka’bah dengan ukuran lebih kecil. Luas bangunannya seukuran empat orang yang membentuk lingkaran. Sebenarnya jika membaca tulisan arab di bangunan tersebut, hanyalah sebuah simbol, yang memberi penjelasan tentang Jabal Rahmah. Seperti prasasti yang tertulis sebuah pernyataan ‘diresmikan oleh siapa’ di beberapa masjid, atau di bangu-nan bersejarah lainnya.

Saya pun mulai menyisiri lokasi dengan mengelilingi bangunan tersebut, dan seperti lazimnya terjadi pada bebatuan yang ada di sekitar tangga menuju bukit Jabal Rahmah, terdapat banyak tulisan dengan berbagai macam warna. Ada warna hitam, putih, dan merah. Tulisan itu adalah kalimat yang terdiri dari beberapa nama, tanda tangan, tanggal penulisan, dan juga kalimat harapan untuk para kekasih.

Sesekali saya melirik pada raut wajah para peziarah yang khusuk berdoa dengan berbagai bahasa. Air mata pecah dengan lantunan doa yang tak begitu keras ter-dengar. Otak saya pun menduga, apakah para peziarah itu memiliki masalah dengan cinta yang sulit, hingga begitu bersungguh-sungguhnya berdoa? Jika peziarah yang masih muda, mungkin mereka ingin dipertemukan dengan jodohnya. Dan jika peziarah yang sudah terlihat tua, mungkin mereka berharap diberinya kesabaran dalam mempertahankan cinta. Atau bisa jadi, dugaan saya salah.

yang telah menciptakan kamera pada handphone, yang cukup memotret sebuah tulisan yang tertulis pada secarik kertas untuk para terkasih –keluarga, sahabat, dan kekasih– dengan backgroud Jabal Rahmah, kemudian foto tersebut dikirim kepada empunya, hingga tak lagi menambah kotor di bebatuan Jabal Rahmah. Namun, jumlah peziarah yang datang ke Jabal Rahmah dengan membawa seperangkat doa semakin hari semakin banyak, sehingga tulisan-tulisan di bebatuan, tetap menjadi pilihan utama dalam menyimpan dan menyampaikan doa.

Saya teringat pada perkataan seorang sahabat, “Kamu tahu? Mengapa urusan jodoh itu ada di tangan Tuhan? Saya pun menggeleng dan ia kembali berkata, “Karena kita tak kan mampu mengetahui kebenarannya. Cukup kita serahkan saja pada Tuhan, sementara kita tetap melakukan hal yang kita ketahui saja….”. Iya, seandainya urusan cinta mencintai itu adalah perkara mudah, mungkin batu-batu di Jabal Rahmah tak lagi kotor dengan tulisan-tulisan yang disemogakan untuk para kekasih.

Dalam dokumen Novie Chamelia. Sulur Pustaka (Halaman 105-110)