• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Alam Wujud Islam

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 73-81)

Pandangan alam wujud Islam (ru‟yatul islamu lil wujud), adalah pandangan yang dibangun berdasarkan kontruksi „bangunan ilmu‟ Islam yang dibangun berlandaskan keimanan kepada Allah dan RasulNya, yang menjelaskan hakikat Tuhan, Manusia dan, alam semesta.

65 1

Tuhan (Allah)

Pengutusan Nabi Muhammad ز dan turunnya Al-Quran merupakan kasih sayang Allah untuk seluruh alam (rahmatan lil alamin). Ia memberitahukan manusia kebenaran, jika manusia mencari sendiri menggunakan akal dan inderanya niscaya tidak akan diperoleh pengetahuan yang benar mengenai alam wujud terutama mengenai metafisika; tentang Tuhan dan yang ghaib. Hadirnya Muhammad ز sebagai Utusan Allah dan Al-Quran yang dibawanya memperkenalkan manusia kepada pengetahuan yang benar dan cara hidup yang selamat; cara hidup Islam (Iman-Islam-Ihsan).

Hal-hal penting yang diperoleh pengetahuannya dari Al-quran adalah; Konsep tentang Tuhan di mana Allah subhanahuwata‟ala memperkenalkan dzatNya sendiri, dan hal-hal pokok yang diimani sebagai fondasi keimanan; Allah, Malaikat, Nabi & Rasul, Kitab-kitab Allah (kitab suci), Hari Akhir, Qadha-Qadar. Di dalam kitab-kitabNya, Allah juga memberitakan tentang yang ghaib, jin, malaikat, surga dan neraka. Di antara konsepsi tentang tuhan itu ialah:

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

(QS. Al-Ikhlash: 1-4)

Allah adalah pencipta alam raya dan Dia berkuasa atasnya. Dia tidak meninggalkan ciptaannya berjalan sendirian dan luput dari perhatianNya, Dia tidak tidur, Dia aktif (hidup dan bertindak). Allah satu-satunya Tuhan yang berhak diibadahi, Dia tidak bersekutu dengan siapapun baik dalam hal penciptaan maupun peribadahan makhlukNya.

Allah memiliki 99 nama dan sifat dzatNya. Dia adalah Ar-Rahman: Yang Maha Pengasih/Pemurah. Ar-Rahim: Yang Maha Penyayang. Malik: Yang Maha Raja,

Al-Qudus: Yang Maha Suci, As-Salam: Yang Maha Menyelamatkan, Al-Mu‟min: Yang

Maha Pemelihara Keamanan, Al-Muhaaymin: Yang Maha Menjaga, Al-Aziz: Yang Maha Mulia, Jabbar: Yang Maha Perkasa, Mutakabbir: Yang Maha Megah,

Al-Khaliq: Yang Maha Pencipta, Al-Bari‟u: Yang Maha Membebaskan, Al-Mushawir:

Yang Maha Membentuk, Al-Ghaffar: Yang Maha Pengampun, Al-Qahhar: Yang Maha Pengampun, Al-Wahhab: Yang Maha Pemberi, Ar-Razzaq: Yang Maha Pemberi Rezeki, Al-Fattah: Yang Maha Membukakan, Al-Alim: Yang Maha Mengetahui, Qabidh: Yang Maha Mencabut, Basith: Yang Maha Meluaskan,

Al-Khafidh: Yang Maha Menjatuhkan, Ar-Rafi‟u: Yang Maha Mengangkat, Al-Mu‟izz:

As-66

Sami‟: Yang Maha Mendengar, Al-Bashir: Yang Maha Melihat, Al-Hakam: Yang

Maha Menetapkan Hukum, Al-Adl: Yang Maha Adil, Al-Lathif: Yang Maha Halus,

Khabir: Yang Maha Waspada, Halim: Yang Maha Pengiba/Penyantun, Al-Azhim: Yang Maha Agung, Al-Ghafur: Yang Maha Pengampun, Asy-Syakur: Yang

Maha Pembalas, Al-Aliy: Yang Maha Tinggi, Al-Kabir: Yang Maha Besar, Al-Hafizh: Yang Maha Memelihara, Al-Muqit: Yang Maha Pemberi Kekuatan, Al-Hasib: Yang Maha Menghisab, Al-Jalil: Yang Maha Luhur, Al-Karim: Yang Maha Mulia, Ar-Raqib: Yang Maha Mengawasi, Al-Mujibu: Yang Maha Mengabulkan, Al-Wasi‟u: Yang Maha Luas, Al-Hakimu: Yang Maha Bijaksana, Al-Wadud: Yang Maha Pencinta, Al-Majid: Yang Maha Mulia, Al-Ba‟its: Yang Maha Membangkitkan, Asy-Syahid: Yang Maha Menyaksikan, Al-Haq: Yang Maha Benar, Al-Wakil: Yang Maha Memelihara Penyerahan, Al-Qawiyu: Yang Maha Kuat, Al-Matin: Yang Maha Kokoh, Al-Waliy: Yang Maha Melindungi, Al-Hamid: Yang Maha Terpuji, Al-Muhshiy: Yang Maha Penghitung, Al-Mubdi‟: Yang Maha Memulai, Al-Mu‟id: Yang Maha Mengembalikan,

Al-Muhyiy: Yang Maha Menghidupkan, Al-Mumit: Yang Maha Mematikan, Al-Hayu:

Yang Maha Hidup, Al-Qayyum: Yang Maha Tegak, Al-Wajid: Yang Maha Mengadakan, Al-Majid: Yang Maha Mulia, Al-Wahid: Yang Maha Esa, Al-Ahad: Yang Maha Tunggal, Ash-Shomad: Yang Maha Dibutuhkan, Al-Qadir: Yang Maha Kuasa,

Muqtadir: Yang Maha Menentukan, Muakhir: Yang Maha Mengakhiri, Al-Awwal: Yang Maha Pertama, Al-Akhir: Yang Maha Penghabisan, Azh-Zhahir: Yang

Maha Nyata, Al-Bathin: Yang Maha Tersembunyi, Al-Waliy: Yang Maha Menguasai,

Al-Muta‟aliy: Yang Maha Suci, Al-Barru: Yang Maha Dermawan, At-Tawaabu: Yang

Maha Penerima Taubat, Al-Muntaqimu: Yang Maha Penyiksa, Al-Afuwu: Yang Maha Pemaaf, Ar-Rauf: Yang Maha Pengasih, Al-Malikul Mulk: Yang Maha Merajai Kerajaan-Kerajaan, Dzul Jalali Wal Ikram: Yang Maha Memiliki Kebesaran Dan Kemuliaan, Al-Muqsith: Yang Maha Mengadili, Al-Jami‟: Yang Maha Mengumpulkan, Al-Ghaniy: Yang Maha Kaya, Al-Mughniy: Yang Maha Pemberi Kekayaan, Al-Mani‟u: Yang Maha Menolak/Melarang, Adh-Dhar: Yang Maha Pemberi Bahaya, An-Nafi‟u: Yang Maha Pemberi Manfaat, An-Nur: Yang Maha Bercahaya, Al-Hadiy: Yang Maha Pemberi Petunjuk, Al-Badi‟u: Yang Maha Pencipta Keindahan, Al-Baqiy: Yang Maha Kekal, Al-Warits: Yang Maha Pewaris, Ar-Rasyid: Yang Maha Jenius/Pintar, Ash-Shabur: Yang Maha Penyabar. Tidak ada satu pun dari makhlukNya yang melebihi ke-maha-anNya.

10 Hal Yang Pasti (Wajib)

1. Allah adalah Satu, tidak jamak, tidak terbagi dari sifat dzatNya. 2. Tidak ada yang kedua, yang ketiga atau sekutu dalam keTuhananNya. 3. Dia hidup, dan tidak bergantung kepada apapun atau siapapun.

4. Dia tidak berkurang atau musnah (oleh karena waktu) dan tidak pula lelah atau kantuk atau tidur dapat menghampiriNya.

67

5. Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan Dia pencipta segala sesuatu. 6. Dia memiliki kekuatan, kekuasaan atas segala sesuatu.

7. Dia mengetahui yang zhahir dan yang bathin, tidak sebiji atom pun baik di langit ataupun di bumi luput dariNya.

8. Dia berkehendak atas penciptaan segala sesuatu –baik atau buruk/jahat-, apa yang Dia kehendaki wujud, maka wujud, apa yang tidak Dia kehendaki wujud, tidak pernah wujud.

9. Dia, dzatNya, mendengar, melihat, berbicara tidak menggunakan bagian tubuh atau alat atau indera apapun (yang bisa dibayangkan manusia). Dia mendengar, melihat, berbicara merupakan sifat dzatNya.

10. Dia, DzatNya, tidak menyerupai segala sesuatu apapun. 10 Hal Yang Mustahil

1. Dia mewujud di dalam dimensi waktu adalah mustahil, di mana Dia dikuasai oleh waktu.

2. Ketidakber‟ada‟anNya adalah mustahil, Dia wujud dan Dia memiliki nama dan sifat (kerja/action), mengawasi dan menghakimi segala sesuatu ciptaanNya apa yang dilakukan ciptaanNya. Dia tidak memiliki awal dan akhir, tetapi „Dia lah Yang Awal dan Yang Akhir‟

3. Adanya Tuhan lain selain Dia adalah mustahil. „jika ada Tuhan lain selain Allah di langit atau di bumi, maka Tuhan-Tuhan itu akan berperang satu sama lainnya‟.

4. Adalah mustahil bahwa Dia bergantung (atau tidak merdeka) atas semua ciptaannya, dan mustahil Dia membutuhkan penyokong atas kerajaanNya. 5. Adalah mustahil suatu urusan bisa melalaikanNya atas urusan yang lain

ketika Ia memberi titah dan perintahNya kepada makhlukNya.

6. Adalah mustahil ada suatu ruang di langit atau di bumi yang memuatNya di dalam, tetapi Dia sudah ada sebelum penciptaan ruang.

7. Adalah mustahil dia memiliki dzat yang seperti tubuh atau bentuk apapun yang menyerupai makhlukNya atau ciptaanNya, akan tetapi Dia adalah tunggal, abadi, berdiri sendiri, Dia tidak dilahirkan, tidak pula melahirkan, tidak ada sesuatu apapun yang setara dengan Dia.

8. Adalah mustahil kejadian dan perubahan, merubahNya, atau merusak dzatNya dan kemudharatan atau kecelakaan atau kerugian menghampiriNya.

9. Adalah mustahil ketidakadilan dalam dzat diriNya, akan tetapi setiap segala sesuatu titahNya adalah kebijaksanaan dan keadilan.

10. Adalah mustahil setiap perbuatan (makhluk) ciptaanNya adalah tanpa izinNya, tanpa perbuatan penciptaanNya dan kehendakNya. Akan tetapi „kalimat atau kehendak Allah adalah sempurna, Ia adalah kebenaran dan keadilan, tidak satupun yang dapat mengubah kalimatNya, „Dia menyesatkan siapa yang dikehendakiNya sesat dan Dia memberi hidayah

68

siapa yang Dia kehendaki‟, „Dia tidak ditanya mengenai apa yang Dia lakukan, tetapi mereka (makhluk atau ciptaan) akan ditanya mengenai apa yang diperbuatnya‟.

10 Hal Yang Ada Yang Telah Terjadi

1. Allah, Yang Maha Agung, mengirim Nabi dan RasulNya kepada hamba-hambaNya (manusia)

2. Dia menurunkan bukti atau tanda-tandaNya dan kitabNya kepada para Nabi dan Rasul; supaya manusia percaya dan yakin akan kebenaran yang datang dari Allah.

3. Dia menutup pengutusan-pengutusanNya (risalah kebenaran) dengan Nabi Muhammad ز.

4. Dia menurunkan pada Rasulullah Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dengan bukti nyata dan terang, ia adalah petunjuk dan pembeda (al-furqon). 5. Ia adalah kalam/firman/perkataan Tuhan, bukan ciptaan dan diciptakan

(bukan makhlukNya, bukan pula diciptakan manusia). 6. Nabi Muhammad, apa yang dia katakan adalah benar.

7. HukumNya (syariat) adalah pembatal, pencabut semua hukum yang ada dan yang pernah ada (hukum yang paling tinggi).

8. Surga dan neraka adalah nyata.

9. Keduanya (surga dan neraka) wujud, disiapkan untuk manusia yang celaka dan manusia yang beruntung.

10. Para malaikat adalah nyata, beberapa dari mereka mencatat perbuatan hambaNya, dari mereka ada yang menjadi utusanNya kepada „manusia yang menjadi Nabi dan RasulNya‟, dan beberapa dari mereka adalah malaikat yang kasar nan keras untuk menghukum siapa yang tidak mentaati perintahNya mengenai apa yang harus dilakukan, kepada siapa perintah itu diberikan.

10 Hal Yang Akan Terjadi

1. Dunia ini akan berakhir, segala sesuatu yang ada akan berakhir.

2. Manusia akan diuji (ditanyai) di dalam kubur dan dia akan diberi ketentraman dan ada yang diberi siksaan.

3. Allah akan mengumpulkan manusia semuanya pada hari kebangkitan – manusia akan disusun ulang jasad tubuhnya dari yang sudah tercerai berai di dalam tanah.

4. Hari Perhitungan, Hari Penghakiman, Timbangan adalah nyata. 5. Jalan (sirat) yang melintang diatas neraka ke surga adalah nyata. 6. Telaga (untuk minum meredakan dahaga) adalah nyata.

7. Manusia yang benar amalannya akan masuk ke surga.

69

9. Orang-orang mukmin akan melihat Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Besar, dengan kedua matanya di dunia selanjutnya.

10. Allah Yang Maha Mulia akan menghukum dengan apiNya siapa yang dikehendakiNya bagi orang-orang yang melakukan perbuatan jahat yang serius (dosa-dosa besar), di antara orang yang beriman akan diampuni bagi siapa yang dikehendakiNya. Dia akan mengeluarkannya dari neraka dan memasukannya ke surga, dengan rahmat kasihNya dan dengan permohonan/bantuan/perantara Nabi-Nabi dan hamba-hamba yang shalih, sehingga tidak ada lagi orang yang beriman di neraka jahannam, yang tersisa hanya orang kafir selamanya. „Allah tidak mengampuni segala sesuatu yang disekutukan denganNya, tetapi Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, selain dari pada itu‟.

Hal yang terpenting dari berita atau pengetahuan mengenai Tuhan ini adalah; kaitannya dengan manusia. Posisi manusia terhadap Tuhan. Bahwa manusia adalah ciptaanNya, dan hambaNya. Jalan yang selamat bagi manusia dan jalan yang menjauhkan manusia dari mudharat, kerugian, kecelakaan adalah mengikuti kebenaran, mentaati Allah, menyelaraskan diri manusia dengan Allah Yang Maha Kuasa dan tidak sekali-kali menjadi musuhNya, melawanNya dan meragukanNya, dengan menjalankan cara hidup Islam; mentaati syariatNya. Di mana syariatNya menjadi panduan moral kehidupan; tatanan moral untuk kehidupan. Di sini hubungan manusia dengan Tuhan adalah tentang morale code yang harus dijalankan manusia (sebagai kewajiban) kepada Tuhan; yaitu mentaati syariatNya, menegakkan syariatNya, menjalankan morale code kehidupan itu sendiri (taqwa).

2 Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, sama seperti sebelumnya Allah menciptakan Malaikat dari cahaya, Allah menciptakan Jin dari api, kemudian Allah

subhanahu wa ta‟ala menciptakan Manusia dari tanah. Adam alaihissalam manusia

pertama yang diciptakan Allah, Bapak seluruh manusia.

Tujuan penciptaan manusia sama seperti penciptaan makhluk-makhluk lainnya adalah agar manusia itu menjadi abd (hamba) Allah Yang Maha Tinggi (Quran, Surat Adz-Dzariyat 51: 56). Maksudnya, manusia harus menegakkan ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia, dan mentaati syariatNya yang telah diturunkan kepada manusia, sehingga ibadah itu mencakup ibadah yang ritualis (mahdhoh) dan ibadah yang bersifat menyokong ibadah ritualis tersebut (ghairu

mahdhoh; ibadah muammalah), seperti menegakkan tulang punggung kehidupan dan

aktivitas-aktivitas yang diperlukan terhadapnya juga termasuk ibadah, karena kemudian hidup itu sendiri digunakan untuk tujuan ibadah, oleh karenanya bernilai ibadah.

70

Bersamaan dengan pengetahuan dan kebijaksanaan Allah subhanahu wata‟ala. Sebelum Allah menciptakan Adam. Allah telah bermaksud memberikan manusia suatu peran atau tugas. Tugas yang dimaksud adalah menjadi khalifah. Arti khalifah secara bahasa adalah penerus atau wakil Allah di muka bumi, khalifah ditafsirkan sebagai yakhlufu ba‟dhuhum ba‟dho, di mana seorang manusia menguasai manusia lainnya, dan digantikan oleh penggantinya, secara berterusan (secara estafet); yakni suatu kuasa kepemimpinan (kenegaraan atau kerajaan) di muka bumi. (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 30)

Ketika Allah menciptakan Adam dengan memberinya potensi unik yang tidak dimiliki makhluk lainnya yang pernah diciptakan (yakni akal dan kemampuan mengembangkan ilmu), Dia membekali Adam dengan pengetahuan dan menciptakan pasangannya; Hawa, mereka tinggal di surga, kemudian Allah menguji untuk yang pertama kali dengan perintah; „janganlah dekati pohon ini‟ (pohon khuldi), ketika Adam dan Hawa gagal melewati ujian ini, maka keturunan manusia seluruhnya sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah untuk melewati ujian yang serupa; yaitu menahan diri dari surga di dunia yang sementara; menahan diri dari apa yang dilarang Allah, sambil melaksanakan tugas dan perannya yang paling utama sebagaimana maksud semula Allah menciptakan manusia sebagai abd (Allah) dan sebagai khalifah (penerus atau wakil Allah).

Untuk menjadi abd (hamba Allah) tentu saja manusia harus mentaati Tuannya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya (melaksanakan syariatNya) dan untuk menjadi khalifah manusia harus menegakkan hukum yang benar dan adil (yaitu hukum yang Allah turunkan sebagai wahyu kepada RasulNya kemudian untuk kaum atau manusia yang diseru terhadapnya).

                               

Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan (QS. Shaad: 26) Hal yang penting kaitannya hubungan antara manusia dengan manusia adalah kewajiban moral yang harus dijaga antar manusia; adalah menegakkan haq dan

al-adl, di mana tiada terjadi kezaliman; la tadzhlimu, wala tudzhlamu, sebagai tatanan

71 3

Alam Semesta (Alam Dunia; Material Universe)

Alam dunia dan seisinya, yakni bumi bersama-sama dengan matahari, bulan, bintang. Adalah tempat tinggal manusia, tempat hidup manusia. Dia adalah tanah, air dan laut, bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup tinggal di dalamnya, dan juga terdapat berbagai macam batuan dan mineral. Dalam pandangan alam wujud Islam. Dunia ini adalah tempat tinggal sementara, manusia akan kembali kepada Tuhannya, menghadapi hari penghakiman dan akan sampai pada tempat tinggal manusia yang abadi di akhirat.

Tempat tinggal manusia sejatinya adalah surga yaitu; kebun yang hijau yang menghasilkan berbagai macam makanan dan buah-buahan sebagai kebutuhan hidup manusia. Alam semesta dunia ini juga merupakan surga yaitu kebun yang hijau yang menyediakan kebutuhan hidup manusia, akan tetapi alam semesta dunia ini hanyalah surga yang terbatas dan sampai waktu yang ditentukan, manusia harus mengolah dan bekerja di dalamnya, tidak selalunya di alam semesta dunia ini menyediakan kesenangan kepada manusia adakalanya manusia diuji dengan kelaparan, ketakutan, peperangan dan lain-lain, termasuk ujian dari padanya adalah manusia menahan diri dari surga kesenangan-kesenangan di dunia yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta‟ala, kecuali kesenangan yang sudah diberi koridornya, bila manusia mampu melewati ujian ini maka balasannya akan memperoleh surga yang sebenarnya, surga yang abadi di akhirat kelak.

Selain dari pada itu, alam dunia ini juga tempat bagi manusia untuk menjalankan tugas dan perannya untuk menjadi abd dan menjadi khalifah, yaitu dengan mentaati ketentuan Allah dan menegakkan al-haq (kebenaran) dan al-adl (keadilan). Kaitannya manusia dengan alam dunia ini ada aturan moral yang manusia harus menjaganya, kewajiban moral yang harus dilaksanakan manusia itu ialah; tidak merusak (berbuat fasad terhadap) alam dunia ini (beserta seluruh makhluk hidup yang ada padanya), supaya alam dunia ini tetap bisa menyokong kehidupan dan kehidupan digunakan untuk mengabdi kepada Allah semata-mata, bila ia tidak diindahkan maka alam dunia yang rusak akan meruntuhkan kebenaran dan keadilan di mana ia menjadi sebab munculnya kezaliman-kezaliman.

Oleh karena itu semua, dengan demikian dalam pandangan alam wujud Islam kehidupan ini adalah „tatanan moral‟, yaitu mengenai hak dan kewajiban antara manusia kepada Allah, manusia kepada manusia lainya dan manusia kepada alam dan seluruh makhluk hidup yang ada padanya. Maka dari itu, hanya dengan melaksanakan „tatanan moral‟ yang benar manusia akan memperoleh kehidupan yang selamat dan terhindar dari bahaya, kerugian dan kecelakaan.

72

II.IV

Implikasi Pandangan Alam Wujud Islam Terhadap

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 73-81)