• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Qardh-Hasan Yang Memungkinkan

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 130-134)

Beberapa poin sebelumnya yang menjadi poin-poin pokok yang perlu ada untuk mewujudkan penerapan Qardh-Hasan yaitu; perlunya (1) penutupan ongkos atau biaya operasional, (2) perlunya jaminan dana, (3) sistem yang baik (terbebas dari celah-celah kelemahan sistem), (4) dijalankan oleh institusi yang tidak berorientasi profit. Kemudian poin-poin berikut yang harus dipenuhi: (1) pencatatan dan pelaporan keuangan yang lengkap dan terstandar (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 282), (2) adanya jaminan (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 283) dan penjamin (penanggung),

122

(3) adanya sistem yang mencegah gagal bayar, (4) adanya sistem yang mencegah penyalahgunaan dana.

Untuk institusi yang menjalankan penyediaan fasilitas dana Qardh; ada dua pilihan yang tersedia untuk menerapkan Qardh-Hasan, yang pertama; (dalam skala negara atau makro) fasilitas pinjaman Qardh-Hasan merupakan infrastruktur keuangan yang disediakan oleh otoritas Institusi keuangan Khalifah (yaitu Baytulmal), yang didanai dari sumber-sumber keuangan Baytulmal alokasi keperluan umum baik itu dari pajak-pungutan atau dari sedekah dengan biaya-biaya operasionalnya juga ditanggung oleh Baytulmal (lebih lanjut lihat di Bab 9: Permodalan; Infrastruktur Keuangan dan Bab 11: Ekonomi Makro: Kontrol Kebijakan dan Pembangunan). Adapun yang kedua; bila kekhalifahan (serta otoritas keuangan Baytulmal-nya) belum wujud, (dalam skala mikro) alternatif lainnya sebetulnya Qardh-Hasan bisa berjalan berasaskan badan waqaf (berbasis waqaf). Di mana sumber dana diperoleh dari dana waqaf atau hibah para aghniya atau hibah dari institusi tertentu, adapun alokasi dana waqaf umumnya bisa dialokasikan kepada alokasi-alokasi yang beragam; waqaf biasa, waqaf produktif, waqaf tunai. Namun agar badan waqaf bisa menerapkan Qardh-Hasan, beberapa alokasi dana waqaf yang diperlukan yaitu alokasi waqaf produktif dan alokasi waqaf tunai. Alokasi dana waqaf produktif bisa dialokasikan kepada unit-unit usaha yang produktif di mana hasil usahanya dikembalikan untuk membiayai operasional-operasional, adapun alokasi dana waqaf tunai bisa dialokasikan untuk menyediakan dana pinjaman Qardh-Hasan sebagai „dana pinjaman bergulir‟ (revolving loan funds) untuk keperluan mashlahat ummat, atau anggota jamaah tertentu (untuk skala kecil).

Adapun sistem yang dibangunkan, sebagai contohnya. Di antara sistem yang dapat mencegah gagal bayar dan mencegah penyalahgunaan dana adalah sebagai berikut:

a. Adanya jaminan (barang yang dijaminkan) dan penjamin (penanggung) (Quran, Surat Al-Baqarah 2:283)

HR. Bukhari dan Muslim, dari Aisyah ra. :

“Rasulullah ز telah membeli 30 sha‟ barli (jewawut) kepada seorang Yahudi dengan pembayaran tertangguh yang dijamin (digadai) dengan baju besi”

b. Adanya sistem survey yang rutin dan auditor laporan keuangan di mana si peminjam mesti bekerja di bawah pengawasan institusi pemberi fasilitas pinjaman, yaitu badan waqaf penyedia dana Qardh tersebut.

c. Adapun penggunaan dana harus sesuai dengan etika pemanfaatan dana, misalnya;

a) Dibolehkan untuk kebutuhan dasar rumah tangga (baik jangka pendek atau jangka panjang)

123

b) Kegiatan produktif atau usaha yang halal atau sesuai yang digariskan oleh institusi pemberi pinjaman misalnya; khusus untuk usaha pertanian atau usaha perdagangan, atau usaha-usaha yang tidak menyalahi moral-moral tertentu misalnya; untuk usaha yang bersifat mengkonservasi atau memperbaiki lingkungan, kehutanan, dan lain-lain (oleh institusi keuangan yang bergerak dibidang pengkonservasi lingkungan).

c) Dibolehkan untuk talangan utang-piutang perniagaan atau usaha yang halal.

d) Pemberian pinjaman tidak boleh digunakan untuk: i. Bermewah-mewahan

ii. Tabdzir

iii. Bermaksiat (melanggar larangan Allah atau meninggalkan yang wajib)

iv. Membina kekuatan untuk memerangi Islam v. Dan lain-lain

e) Apabila pinjaman digunakan untuk hal yang ilegal atau tidak sesuai ketentuan di atas maka:

i. Berlaku pelunasan pinjaman instan tanpa tempo waktu (uang pinjaman ditarik kembali)

ii. Bila pelunasan tidak terjadi maka berlaku pencairan asset (yang dijaminkan) untuk pelunasan sesuai nilai pinjamannya.

iii. Bila tidak ada asset yang dicadangkan/dijaminkan maka penanggungnya yang melunasinya

iv. Bila tidak ada juga jaminan dan penjaminnya maka diserahkan kepada penegak hukum (bila didukung oleh hukum)

f) Ketentuan peminjam reguler atau umum (untuk kaum yang berpunya): i. Kewajiban melunasi pinjaman saat tempo yang ditentukan ii. Menjaminkan asset tertentu untuk mencegah gagal bayar

iii. Boleh mengajukan permohonan tambahan tempo atas syarat dan

udzur yang dibenarkan

iv. Pencairan asset untuk pelunasan pinjaman yang gagal dibayar sesuai jumlah pinjamannya

g) Ketentuan peminjam khusus (untuk kaum dhuafa atau tak berpunya): i. Kewajiban melunasi pinjaman saat tempo yang ditentukan

ii. Pengajuan pinjaman tanpa perlu menjaminkan asset bila tidak ada asset yang dijaminkan

iii. Boleh mengajukan permohonan tambahan tempo atas syarat dan

udzur yang dibenarkan

iv. Pembebasan pinjaman atau utang apabila adanya udzur yang dibenarkan (sah) dan sebagai jalan terakhir.

124

Itulah sebagai contohnya, yang demikian hanyalah contohnya saja. Dengan pinjaman Qardh-Hasan merupakan murni pinjaman kebaikan, bunga 0%, yang ongkos operasionalnya ditanggung oleh; Baytulmal pemerintah (khalifah) (untuk penerapan secara makro), atau ditanggung oleh unit usaha waqaf produktif (untuk penerapan secara mikro).

Sifat Strategis Infrastruktur Dana Qardh (Qardh-Hasan Revolving Loan Funds) Apabila fasilitas dana Qardh bisa disediakan dan bisa berjalan maka ia bisa berfungsi strategis sebagai:

1. Insentif Ekonomi (baik diterapkan untuk skala kecil dan mikro atau makro) 2. Subtitutor atau pengganti fasilitas pinjaman keuangan ribawi

3. Sebagai strategi (atau senjata) ekonomi dan keuangan untuk memerangi

125

VIII

BAYTULMAL

VIII.I

Baytulmal

nstitusi keuangan yang otentik dan asli dalam tradisi Islam adalah Baytulmal. Baytulmal artinya „rumah keuangan‟ atau „rumah harta‟, fungsi dan kegunaan Baytulmal adalah menampung harta atau keuangan yang bersifat publik yang digunakan untuk keperluan publik untuk menyediakan pelayanan atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban masyarakat Islam, negara Islam (khilafah) dan agama Islam.

Kebutuhan keberadaan Baytulmal pertama kali dalam masa awal-awal Islam adalah ketika ummat muslim memperoleh ghanimah (harta hasil perang) untuk pertama kali, dan bersilang pendapat mengenai pembagiannya (Quran, Surat Al-Anfal 7: 1). Kemudian seiring berjalannya masyarakat Islam, berkembang fungsinya juga untuk mengelola (pemasukan dan pengeluaran) semua jenis keuangan publik masyarakat Islam, di antaranya yang paling utama adalah pengelolaah sedekah-wajib; Zakat. Institusi Baytulmal adalah Institusi keuangan yang unik yang berbeda dari semua Institusi keuangan yang pernah ada. Baytulmal sejatinya bukan semata-mata pengelola dana amal bukan juga lembaga keuangan komersil. Baytulmal adalah otoritas keuangan publik tertinggi di dalam sistem keuangan Islam yang diwewenangi langsung oleh Khalifah. Baytulmal memiliki sistem perpajakan yang unik yang tidak sama dengan sistem fiskal modern, Baytulmal bahkan bisa memperankan peran kebijakan moneter modern; stabilitas ekonomi dan keuangan, dan melonggarkan atau mengetatkan suplai jumlah uang beredar lewat infrastruktur keuangan; fasilitas qardh.

VIII.II

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 130-134)