• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Strategis Sedekah Terhadap Riba

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 124-127)

Sedekah (shadaqah) dalam makna umumnya bisa dipahami sebagai perbuatan baik apa saja yang dikorbankan oleh seseorang secara sukarela baik kecil atau besar, bahkan dzikir dan puji-pujian kepada Allah; tasbih, tahmid, tahlil bernilai sedekah, sedekah bisa juga berbentuk derma atau pertolongan dari seorang manusia kepada manusia lainnya dalam bentuk apapun, bahkan sekedar menampakkan senyum pun kepada saudara sesamanya adalah sedekah. Tetapi sedekah dalam makna khusus ia adalah derma dalam bentuk uang atau harta.

Sedekah dalam bentuk uang yang digunakan untuk keperluan-keperluan disebut sebagai sedekah infaq (pengeluaran), baik keperluan individu atau kelompok atau umum. Sedekah harta atau sedekah infaq yang diwajibkan oleh Allah menjadi syariat ialah zakat, di mana ketentuan-ketentuannya ditentukan oleh syariat (nisab, kadar dan haul, jenis harta dan lain-lain) dan ia berfungsi untuk membersihkan

116

harta dan jiwa seorang muslim dari kekikiran, ke-bakhil-an dan kekotoran, karena Allah telah menetapkan di dalam suatu harta ada hak untuk orang-orang lemah, faqir dan miskin (Quran, Surat Adz-Dzariyat 51: 19, Quran, Surat Al-Ma‟arij 70: 24).

Sedekah infaq berupa harta atau asset yang tidak sekali habis sekali dikonsumsi dan dapat memberikan manfaat secara terus menerus dan berkelanjutan ia disebut sedekah waqaf. Misalnya; pembelian sumur yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah Utsman Bin Affan ر dari orang yahudi, dan sumur itu disedekahkan kepada masyarakat Madinah dan ia terus menerus memberikan manfaat, tanpa pernah kehabisan manfaatnya, ia adalah sedekah waqaf. Atau perkebunan yang diwaqafkan untuk umum, dan selama perkebunan itu terus dirawat dan produktif menghasilkan, hasil perkebunan itu digunakan untuk menyedekahi faqir dan miskin, ia adalah sedekah waqaf.

Selain dari pada itu, ayat-ayat Al-Quran telah banyak menganjurkan kaum beriman untuk meminjamkan harta kepada Allah (harta di jalan Allah) (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 225, 278-280, Quran, Surat Al-Maidah 5: 12, Quran, Surat Al-Hadid 57: 10-11, 18, Quran, Surat At-Taghabun 64: 16-17, Quran, Surat Al-Muzzammil 73: 20), ia disebut sebagai Qardh-ul Hasan (pinjaman kebaikan). Pinjaman kebaikan dapat pula diberikan kepada saudara se-iman atau saudara kemanusiaan, ia adalah suatu pinjaman yang ikhlas tanpa mengharap imbalan, atau suatu pinjaman yang ikhlas tanpa tempo tertentu yang diberikan kepada orang lemah (faqir dan miskin), sehingga bila ia mampu melunasinya sajalah baru dikembalikan, atau malah diikhlaskan sama sekali bila ia tak mampu membayarnya. Bila dipandang dari sudut pandang sedekah, pinjaman Qardh-ul Hasan juga merupakan perbuatan baik, ia juga adalah sedekah.

Dalam kegiatan bermuammalah pada dasarnya, hutang-piutang itu hampir tidak dapat dihindari dan sering terjadi. Misalnya adalah pada jual-beli sering didapati jual-beli tertangguh (kredit), baik yang tertangguh itu adalah barangnya atau uangnya. Kasus jual-beli tertangguh ini sejatinya adalah sebuah fenomena hutang-piutang. Oleh karena ia adalah perkara yang sering terjadi dan hampir tidak dapat dihindari, itulah mengapa perkara utang di dalam Al-Quran, peraturan yang Allah turunkan mengenainya sangat ketat (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 282-283) untuk memastikan tidak terjadi kezaliman (ketidakadilan) bahkan ia menjadi ayat yang paling panjang dari seluruh ayat di dalam Al-Quran.

Riba di sisi lain, telah dimanfaatkan mereka yang menghalalkannya, ia menyusup kedalam kegiatan utang piutang ini (Riba Dayn) untuk memperoleh keuntungan. Riba menjadi senjata dan bersifat strategis dan efektif bagi penggunanya untuk membangun kekuasaan dan kekuatan untuk memperhamba manusia, tetapi

117

kekuasaan yang dibangun lewat Riba adalah kekuasaan yang zalim dan menindas, yang disetir oleh sifat tamak (gila) kekuasaan dan kekayaan.

Di satu sisi bila kita merujuk kepada ayat-ayat Al-Quran (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 260-280), ia mengisyaratkan bahwa Allah telah meng-unggul-kan sedekah dari pada Riba. Karena kalimat ayat-ayat Allah memperlihatkan pertentangannya, di mana sedekah merupakan anti-thesis terhadap Riba, dan bukan hanya pertentangan tetapi juga sedekah lebih baik dari pada Riba. Seolah memperlihatkan bahwa sedekah bukan hanya solusi, alternatif, subtituer (pengganti) dari pada Riba, tetapi ia bisa melawan dan mengatasi Riba, bila Riba telah digunakan oleh syaitan sebagai strategi untuk membangun kekuasaan, menaklukan dan memperhamba manusia dan orang-orang beriman, sedekah bisa mengatasi kerusakan-kerusakan (fasad) yang dibuat oleh sistem Riba itu. Lalu sedekah jenis manakah yang bisa berfungsi sebagai solusi, subtituer, senjata yang digunakan untuk melawan Riba secara langsung? Maka kiranya bila kembali kepada Al-Quran, Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan

sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika

kamu mengetahui. (Quran, Surat Al-Baqarah 2: 278-280)

Sedekah yang bisa berfungsi sebagai solusi, subtituer, senjata yang digunakan untuk melawan Riba (Dayn atau Qardh) secara langsung adalah pinjaman kebaikan (Qardh

Hasan). Hal ini karena bentuk sedekah yang diberikannya adalah pinjaman tanpa

imbalan (bunga), sementara Riba Dayn atau Riba Qardh berlaku dengan imbalan (bunga), bila saja keduanya bertarung dalam suatu pasar, maka tentu saja pinjaman tanpa bunga akan membuat pinjaman berbunga tidak laku, dan membuat usaha pinjaman ribawi collaps. Tetapi syaratnya, bila saja Qardh Hasan berlaku secara massif dan luas sama besarnya dengan perbankan dan lembaga keuangan yang ada pada saat ini di mana ia berlaku secara massif dan luas.

Begitupun dengan sedekah-sedekah dalam bentuk yang lain, juga akan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang dibuat oleh sistem riba seperti; ketimpangan sosial, kemiskinan, kriminalitas (amoral), kekufuran. Bila saja sedekah zakat, sedekah infaq dan sedekah waqaf berlaku secara massif dan luas.

118

VII.V

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 124-127)