• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perserikatan adalah sepenanggungan dalam kontribusi,

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 163-168)

Bank dan Bank Islam

Kaedah 3: Perserikatan adalah sepenanggungan dalam kontribusi,

sepenanggungan dalam untung dan sepenanggungan dalam rugi (risiko).

Di dalam perbankan islam/syariah, ada akad kerjasama atau disebut akad bagi-hasil (profit sharing atau revenue sharing). Selain ia juga berlaku dengan penerapan „margin‟, lalu ada yang janggal dari akad bagi-hasil perbankan syariah ini.

Berkaitan dengan margin (keuntungan), berdasarkan kaedah keuntungan Ibnu Arabi; „keuntungan = kontribusi + tanggungan + risiko‟. Di dalam konsep perbankan „inflasi‟ termasuk risiko pasar. Manakala dalam pandangan moral Islam yang sejati yang dapat melihat inflasi yang terjadi pada hari ini yang terjadi berasaskan „sistem penggelembungan‟ bukanlah termasuk risiko pasar yang bisa diterima, karena ia adalah sistem uang fiat yang fraud (curang); mencetak uang tanpa berasaskan cadangan intrinsik. Adapun dalam akad bagi-hasil atau perserikatan yang diterapkan bank syariah/islam dan lembaga keuangan syariah, sebagai mana “keuntungan = kontribusi + tanggungan + risiko”, risiko 100% yang seharusnya menjadi tanggungan bersama, yang terjadi dilapangan malahan risiko hanya diterima oleh klien partner kerjasamanya atau perserikatannya atau risiko yang ditanggung oleh klien partner kerjasamanya lebih tinggi dari share yang semestinya di mana klien menanggung share risiko milik bank syariah/lembaga keuangan syariah. Partner-partner persekutuan seharusnya saling sepenanggungan bagaikan satu tubuh, satu sama lainnya tidak boleh berlaku saling mengkhianati dan berlaku tidak adil kepada yang lainnya (Quran, Surat Al-Maidah 5: 1, Quran, Surat Shaad 38: 24), yaitu sepenanggungan dalam kontribusi, dalam jatah (keuntungan), dalam tanggungan dan dalam risiko (kerugian), yang terjadi dalam sistem perbankan, bank tidak mau menanggung risiko kliennya, sementara memperoleh bagian keuntungannya menetapkan „margin‟; sebagai keuntungan yang dituntut tanpa timbal balik yang setimpal di mana; „keuntungan = tanggungan + kontribusi + risiko‟. Perserikatan yang seperti ini adalah perserikatan yang tidak

jentel, perserikatan yang pengecut, lari dari risiko pasar, mengimunisasi,

mengebalkan diri dari berbagai kemungkinan kerugian. Tidak lain adalah perserikatan yang mencurangi kliennya; maka keuntungan yang diperoleh atasnya adalah riba.

Konsepsi Bank (Konvensional Maupun Syariah) Adalah Batil dan Salah Total (1) Bank adalah usaha jasa keuangan yang berlandaskan dana simpanan (titipan atau tabungan)

Sumber dana utama yang digunakan untuk menjalankan usaha perbankan/jasa keuangan perbankan adalah sumber dana milik masyarakat yang dititipkan kepada

155

bank, dalam bentuk simpanan. Masyarakat yang menitipkannya disebut nasabah. Satu hal yang nasabah ingin pastikan kepada bank adalah uang/harta yang dititipkannya harus aman, tidak boleh sesuatu hal terjadi kepada uang tersebut, misalnya hilang, dirampas, berkurang, dirampok, dan lain-lain.

(2) Konsekuensi dari dana simpanan adalah kepastian dana (terjaminnya dana) Karena bank yang diamanahi harta/uang titipan oleh nasabahnya harus memastikan aman, tidak boleh terjadi apa-apa dengan uang simpanan nasabah tersebut, nasabah menuntutnya demikian. Maka hukum di negara dibuat untuk memastikan uang masyarakat yang dititipkan kepada lembaga keuangan yaitu bank, harus pasti aman. Oleh kerena itu kita bisa melihat institusi „lembaga penjamin simpanan‟.

(3) Konsekuensi dari kepastian dan terjaminnya dana adalah usaha bank yang dijalankan bersumber dari dana tersebut tidak boleh rugi

Karena bank, sebagai yang diamanahi harta simpanan masyarakat di satu sisi ia harus menjamin uang masyarakat tidak hilang, tidak berkurang (kecuali untuk biaya administrasi), tetapi disisi lain kita tidak boleh lupa bank adalah badan usaha, usaha yang bergerak dibidang jasa keuangan, badan usaha tentu saja orientasinya keuntungan. Di mana harta yang dititipkan oleh nasabah kepada bank, harus boleh dipinjam oleh bank dengan bank menjanjikan bunga atau bagi hasil dari uang yang dipinjam tersebut (berasaskan simpan-pinjam), namun bank juga faham ia tidak boleh rugi dari usaha tersebut, karena hukum dan perundangan dibuat menuntutnya demikian yaitu; (walaupun bank boleh menggunakan uang simpanan tersebut untuk usaha, namun) bank harus memastikannya dananya aman; yaitu tidak boleh harta simpanan tersebut berkurang, dengan kata lain; usaha bank (yang sejatinya bermodalkan dana simpanan masyarakat) tidak boleh rugi (bank punya dalih untuk tidak menanggung kerugian; karena dana yang digunakannya adalah dana masyarakat/nasabah yang akan menuntut komplain bila terjadi sesuatu dengan dananya).

(4) Konsekuensi dari usaha yang tidak boleh rugi adalah hanya boleh untung Apabila bank menjalankan usaha dengan cara; tidak boleh rugi dan dengannya bank memperoleh keuntungan. Ia adalah keuntungan yang diperoleh tanpa risiko. Ia adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengebalkan diri (immunize) dari kemungkinan kerugian. Maka sesuatu usaha yang tidak boleh rugi dan harus untung (bisnis anti-rugi), ia adalah intisari cara kerja riba. Ini ciri khas cara kerja yang berlaku pada bank, baik bank konvensional maupun bank islam/syariah.

156

IX.III

Baytusysyirkah

Perbankan jelas sekali bukan bentuk dan kerangka keuangan publik Islam, karena perbankan adalah lembaga keuangan komersil berbasis dana simpanan yang dipinjam dan dipinjamkan, kerangka kerja bank itu mengharuskan bank memperoleh untung dengan cara mengebalkan diri (mengimunisasi) dari kerugian, ini tidak lain adalah cara kerja riba, baik ia bank konvensional atau bank yang dikatakan syariah/islam; yang memodifikasi istilah atau term, skema dan mekanismenya menjadi lebih rumit dan “sepertinya masuk akal” namun beresensi sama (Riba lewat pintu belakang); yaitu „mengebalkan diri dari kerugian‟. Sistem ekonomi Riba itu juga mengakar pada uang fiat yang menyebabkan rusaknya pasar (inflasi) dan bank-bank telah dicipta dan dikonstruksi sebagai institusi yang melengkapi sistem uang fiat tersebut dan berasaskan dengannya; yaitu menciptakan kekayaan palsu dan menjaga kekayaan palsu tersebut tetap berlaku, tetap bernilai dan tetap digunakan masyarakat, sambil merampok nilai uang masyarakat, menguasai dan memperbudak masyarakat.

Begitu pula pasar modal atau pasar keuangan, mengakui catatan kertas (yang bernilai ekstrinsik) layaknya asset atau komoditi intrinsik yang bisa diperjualbelikan, padahal sejatinya di dalam Islam catatan di atas kertas hanyalah „alat bukti‟ dan „alat hukum‟ (alat wakil, pemegangnya adalah yang berhak atas harta) untuk menegakkan keadilan, bukan „alat transaksi‟ atau „komoditi‟. Hal ini menimbulkan ilusi harga (gharar) sedangkan kuasa atau kepemilikan harta intrinsiknya boleh berpindah lewat sell & buy dari memprediksi harga sekuritas yang ilusif, ia adalah judi (maysir), pemindahan tangan (hawalah) dan withdraw atas investasi yang sedang berjalan untuk memperoleh keuntungan darinya tidak lain adalah keuntungan ribawi, memperjualbelikan „modal‟ (uang). Pasar keuangan; pasar uang dan pasar modal bukan bentuk sistem keuangan dan permodalan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, ia telah dicipta sebagai instrumen keuangan global untuk menguntungkan para elit predator menguasai aset-aset negara dan masyarakat dengan cara yang manipulatif dan bersifat perjudian.

Oleh karenanya berdasarkan itu semua, perlu kiranya mengusulkan bentuk mediasi baru yang sesuai dengan prinsip Islam, yang dibangun dengan prinsip-prinsip Islam yang bisa menggantikan (men-substitute) sistem permodalan sistem ekonomi riba. Barangkali bentuk baru mediasi yang sesuai dengan Islam itu disebut dengan Baytusysyirkah.

Baytusysyirkah artinya adalah rumah persekutuan/perserikatan. Ia me-mediasi pihak-pihak yang berserikat yaitu pihak pengusaha/pebisnis/pedagang dan pihak pemodal. Namun Baytusysyrikah hanyalah mediator semata, ia tidak perlu terlibat menjadi pihak ke tiga untuk mengambil keuntungan dari pada dua pihak yang

157

berserikat. Baytusysyirkah konsepsinya merupakan infrastruktur (barang publik) yang disediakan oleh pemerintah (khalifah), dimana ia tidak hanya sebagai „rumah perserikatan‟ dari bisnis-bisnis dan perniagaan, Baytusysyirkah juga adalah infrastruktur hukum atau „rumah hukum‟ yang menjadi saksi atau menyediakan persaksian dan mengesahkan akad-akad perserikatan kaum muslimin, kemudian menjamin akad-akad perserikatan tersebut dengan hukum serta mengurai atau menyelesaikan masalah jika terjadi masalah lewat hukum.

Baytusyirkah sebagai „rumah hukum‟, di antara perannnya yaitu: 1. Menjadi tempat perasaksian akad,

2. Pengesah akad-akad,

3. Membuatkan sertifikat (dari akad-akad persekutuan tersebut; musyarakah,

mudharabah/qirad, dan lain-lain),

4. Sebagai mediasi hukum yang menerima laporan, yang menyelesaikan sengketa atau permasalahan-permasalahan kontrak dan bisnis.

5. Mediasi yang menyediakan dan melakukan audit laporan keuangan, melakukan pemantauan (transparansi) laporan keuangan dan menentukan standar bisnis yang layak dan professional.

6. Mediasi yang memfasilitasi pengubahan status kontrak-kontrak bisnis tersebut (likuidasi, pecah kontrak, gabung/merger, atau alih tangan (hiwalah) suatu perusahan/bisnis/usaha)

Secara konsepsinya, selain Baytusysyirkah sebagai „rumah persekutuan‟ dan „rumah hukum‟, Baytusysyirkah juga adalah „rumah informasi‟, yaitu informasi-informasi (list) terkait penawaran:

1. Rekrutmen (tenaga ahli tertentu; akuntan, manajer, dan lain-lain) 2. Penawaran modal (investor)

3. List penawaran bisnis (entry business) dan list bisnis yang telah diratifikasi (running business)

Akad-akad persekutuan di Baytusysyirkah sesuai standar akad persekutuan di dalam Islam, adakah ia musyarakah (persekutuan modal) atau mudharabah/qiradh (modal usaha dan pengelola) dan lain-lain. Akad-akad tersebut bekerja secara periodik, tidak bisa dibatalkan atau di-withdraw atau di-alihtangan-kan (hiwalah) manakala kontrak sudah diakad dan bisnis sedang berlangsung hingga akhir periodenya mengikut periodik bisnisnya (laporan keuangan per tutup buku), hingga akhir periode baru re-kontrak (kontrak ulang) bisa dilakukan saat tutup buku, re-kontrak bisa diajukan kembali ke Baytusysyirkah untuk memperbaharui sertifikat; adakah re-kontrak itu terkait alih nama pemegang share (hiwalah) atau mengubah besaran

158

Standar bisnis yang layak dan professional harus bisa menerbitkan laporan keuangan yang baik dan berstandar, maka dari itu juga Baytusysyirkah mengakomodasi dan menyediakan rekrutan tenaga akuntan. Bila ada sengekta tertentu misalnya perolehan share yang tidak sesuai saat kontrak atau apapun masalahnya, maka ia dapat diajukan kepada Baytusysyirkah untuk diaudit dan menetapkan sanksi tertentu.

Baytusysyirkah sebagai rumah informasi akan menampilkan informasi-informasi yang dibutuhkan bagi para pemodal dan para pebisnis yang sedang melakukan pekerjaan professionalnya, list-list rekrutmen, list-list penawaran modal, dan list-list bisnis serta profil-profilnya dan kontak-kontak tertentu. Di antara penawaran bisnis tersebut ada dua kategori; penawaran bisnis baru (entry business) dan bisnis yang sedang berjalan atau telah berjalan (running business), di-antara bisnis yang sedang berjalan tersebut akan diratifikasi secara tingkat kesehatan keuangan atau tingkat produktifitasnya, secara rutin periodik (up to date) dan akumulatif semenjak perusahan/usaha tersebut didirikan.

Selain Baytusysyirkah menyediakan badan audit dan rating, Baytusysyirkah juga menyediakan informasi mengenai outlook ekonomi dan bisnis kedepan yang bisa menjadi panduan para professional pebinis dan pemodal, serta professi-professi lainnya, Baytusysyirkah menyediakan badan hukum dan penyelesaian masalah, dan bahkan Baytusysyirkah bisa juga menyediakan rekening kas untuk bisnis (berasaskan sistem cadangan 100% dan terintegrasi dengan sistem survey zakat), baytusysyirkah juga menyediakan ruang presentasi, ruang demonstrasi ilmiah dan inovatif (inovasi dan teknologi baru yang menjadi potensi bisnis baru oleh peneliti atau akademisi).

Mediasi Ekstensi: Sekolah Ekonomi-Bisnis dan Permagangan

Di bawah Baytusysyirkah ada media pembelajaran ia adalah institusi sekolah dan permagangan (edukasi atau pembelajaran teori dan praktik) terkait ekonomi dan bisnis. Keberadaan institusi ini penting yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan berikut:

- Para professional (pebisnis, pedagang, investor, dan lain-lain) harus memenuhi prasyarat dasar; memahami ilmu iqtishad, fiqih dan batasan-batasan halal-haram muammalah.

- Untuk memproduksi tenaga akuntan dan permagangan tenaga-tenaga akuntan.

- Untuk memfasilitasi permagangan keahlian bisnis dan manajerial.

- Untuk memproduksi tenaga-tenaga manajer berpengalaman (lewat permagangan).

159

Mereka-mereka yang ingin terjun sebagai professional keuangan, ekonomi dan bisnis, harus terlebih dahulu mengetahui dasar-dasar ilmu yang perlu diketahui baik dalam ekonomi (ilm al-iqtishad) ataupun dalam fiqih (batasan-batasan, halal-haram muammalah), seni bisnis dan manajemen, mengetahui standar-standar pelaporan keuangan dan memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam memenuhi prasyarat, misalnya; kemampuan membuat laporan keuangan bisnis.

IX.IV

Dalam dokumen Rekonsepsi Ekonomi Islam - Al-Iqtishad (Halaman 163-168)