• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret Perjalanan Advokasi Warga Bojong Bersama Ustadz Mizar

Dalam dokumen Anonim – Narasi Pembela Ham Berbasis Korban (Halaman 187-190)

Pejuang Lingkungan Yang Bersih

VI. Potret Perjalanan Advokasi Warga Bojong Bersama Ustadz Mizar

Awal keterlibatan lembaga pendamping, yaitu Walhi Jakarta adalah pada saat setelah terjadi bentrok pertama. Beberapa warga ditangkap karena dituduh melakukan provokasi, dan sebagian warga menjadi sasaran target operasi poli- si. Pada saat itu warga sempat trauma dan menguat keinginan untuk menghen- tikan perlawanan terhadap pembangunan TPST Bojong. Warga kesal akibat ti- dak didengarnya penolakan terhadap TPST yang terus disuarakan. Warga juga selalu dipojokkan dan dianggap sebagai pihak yang salah apabila melakukan aksi penolakan.

Melihat hal itu, beberapa warga yang menjadi pengurus di FKMPL (Pak Yos dan Pak Ipang) berinisiatif untuk menghubungi lembaga-lembaga yang dinilai bisa membantu proses advokasi. Lembaga yang didatangi pertama kali adalah Walhi Jakarta. Respon positif dari Walhi Jakarta membuat warga mendapat angin segar. Segera mereka mengkonsolidasikan diri kembali. Walhi Jakarta datang ke lokasi dan langsung melakukan investigasi lapangan untuk menyu- sun rencana advokasi. Setelah memperoleh data-data dan melakukan analisis sosial, ditarik kesimpulan hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pen- gorganisiran dan penguatan struktur organisasi rakyat9. Pelibatan ibu-ibu dan

anak-anak dalam Organisasi rakyat dan menjadi bagian dalam gerakan meru- pakan strategi untuk memperkuat organisasi.

Walhi Jakarta beserta warga kemudian membuat pelatihan-pelatihan dengan materi yang ditujukan untuk menunjang advokasi. Pelibatan warga diper- luas.10 Organisasi rakyat lambat laun berubah menjadi organisasi yang kuat

dengan keanggotaan yang massif, yang terdiri dari warga Bojong yang peduli terhadap ancaman kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangu- nan TPST Bojong. Setelah konsolidasi berlanjut warga Bojong merasa harus ada tindakan kongkret. Kemudian aksi damai dilakukan untuk menyuarakan kembali penolakan warga atas pembangunan TPST Bojong. Pada tanggal 23 Desember 2003 kurang lebih 700 warga Bojong dan sekitarnya turun ke jalan, bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak turut berpartisipasi dalam aksi damai. Warga menduduki jalan yang menghubungkan jalan proyek dengan lokasi proyek. Namun aksi damai berubah menjadi bentrokan. 4 orang warga yang

9 Petikan wawancara dengan Alin, pendamping dari Walhi Eksekutif Nasional.

10 Menurut pengakuan dari Ustadz Mizar, beberapa warga Bojong, serta Pendamping dari Walhi Eksekutif nasional, dahulu FKMPL yang bersifat elitis karena hanya diisi oleh warga Bojong dari kelas menengah ke atas, sekarang melibatkan warga secara terbuka

.

ditangkap yaitu: (Ustadz) Mizar, Rohim, Andi dan Nasim. Mereka diangkut ke Polres Bogor dengan tuduhan menghambat pembangunan.

Pascapenangkapan, kondisi desa mencekam dan warga semakin panik karena apa yang mereka lakukan selama ini tidak berarti apa-apa. Para tokoh masyara- kat diwanti-wanti dan dilarang untuk bertemu dan berdiskusi dengan warga, mereka didatangi kerumah-rumah oleh intel Polres Bogor.

Sebagai salah satu korban dari penangkapan secara sewenang-wenang, Ustadz Mizar kemudian merasa mempunyai keinginan untuk terlibat lebih jauh dalam gerakan tersebut. Dia kemudian semakin giat terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan. Berbagai rapat dan pelatihan selalu dia ikuti. Ustadz Mizar ke- mudian ditunjuk sebagai koordinator sekaligus sebagai ikon gerakan warga Bojong, karena pada saat itu para pengurus FKMPL mengamankan diri agar tidak ditangkap oleh polisi. Dalam perjalanan advokasi, karena menghadapi situasi yang semakin kompleks, kemudian dibentuklah TAWB (Tim Advokasi Warga Bojong) yang diantaranya terdiri dari WALHI Jakarta, WALHI Nasi- onal, PBHI, LBH Jakarta, ICEL, Pan-Indonesia, KPS, KontraS, Elsam, TAPAL, LS-ADI dll. TAWB bertugas untuk melakukan kampanye di media cetak dan elektronik, mempertemukan dengan pihak-pihak terkait, memberikan pelati- han untuk meningkatkan skill advokasi dan pengorganisasian, mendampingi dalam proses litigasi, membantu merencanakan strategi dan taktik advokasi, serta merencanakan aksi-aksi.

Peningkatan kapasitas, memperkuat struktur organisasi rakyat serta mem- bangkitkan kesadaran masyarakat akan HAM menjadi agenda utama yang disusun oleh FKMPL bersama dengan TAWB. Pelibatan dan perluasan dukun- gan masyarakat juga menjadi target dalam setiap kampanye. Perluasan terse- but termasuk juga melibatkan para korban pelanggaran HAM di kasus-kasus yang lain. Hal ini intensif difasilitasi oleh organisasi pendamping

Organisasi pendamping mempunyai peran besar dalam memfasilitasi perte- muan dengan korban-korban pelanggaran HAM di daerah lain. Contoh seperti korban kasus Talang sari, Tanjung Priok, Munir, Penculikan, dll. Sempat be- berapa kali Ustadz Mizar dipertemukan dalam sebuah forum yang tujuannya adalah sharing pengalaman dalam melakukan advokasi di tempat masing-ma- sing. Hasilnya adalah warga Bojong menjadi terinspirasi dengan pengalaman dari kawan-kawan di daerah lain yang sekian lama berjuang untuk mendapat- kan keadilan dan memperjuangkan HAM. Ustadz Mizar mengemukakan pen- galaman warga Bojong dalam menolak pembangunan TPST kepada para kor- ban pelanggaran HAM lainnya. Kemudian Ustadz Mizar juga meminta kepada para korban pelanggaran HAM lainnya untuk memberikan dukungan solidari- tas kepada warga Bojong.

Paska berhasil menutup TPST, Ustadz Mizar beserta warga Bojong terlibat juga dalam berbagai advokasi penuntasan kasus pelanggaran HAM di tempat lain. Namun Ustadz Mizar cenderung bersifat pasif dalam menjalin komunikasi. Apabila dibutuhkan dan diundang dalam berbagai agenda, Ustadz Mizar akan memenuhi undangan dari korban pelanggaran HAM lainnya. Beberapa kali Ustadz Mizar dan warga Bojong mengikuti aksi damai yang dilakukan sebagai bentuk dukungan dan solidaritas sesama korban pelanggaran HAM.

Menurut pengakuan Ustadz Mizar, pelanggaran HAM yang terjadi di tempat lain harus dibantu. Namun karena keterbatasan warga Bojong, dukungan yang diberikan hanya sebatas kemampuan warga Bojong. Keterlibatan Ustadz Mizar dalam kasus lain adalah mengikuti aksi solidaritas. Diantaranya adalah aksi solidaritas untuk kasus Munir, kasus penolakan tambang pasir di Desa Mam- pir, kasus pengungkapan orang hilang, perjuangan kaum buruh, perjuangan Serikat Petani Pasundan terhadap pencaplokan lahan pertanian, solidaritas aksi hari HAM, hari Bumi, hari Buruh, hari Tani dan lain-lain. Peran pendu- kung yang dilakukan oleh HRD, menurutnya sudah maksimal. Karena bebera- pa keterlibatannya dalam kasus lain terkendala masalah dana dan waktu. Beberapa kasus yang advokasinya diikuti secara intens adalah kasus Munir dan kasus penolakan tambang pasir di Desa Mampir. Beberapa kali Ustadz Mi- zar “mengerahkan” warga Bojong untuk mengikuti persidangan kasus Munir. Hal ini kemudian difasilitasi oleh KontraS dan KASUM. Menurut Ustadz Mi- zar, Munir merupakan sosok pejuang HAM yang telah mendapatkan ketida- kadilan oleh negara, oleh karena itu, dia merasa terpanggil untuk mengikuti kasus tersebut dan menuntaskannya sampai akhir.

Dalam kasus penolakan tambang pasir di desa Mampir11, TAWB memang

mendesain agar FKMPL diposisikan sebagai lembaga pendamping. Pengala- man dan pengetahuan yang didapat dalam proses advokasi penolakan pem- bangunan TPST Bojong merupakan modal awal untuk melakukan pendampin- gan terhadap warga Mampir. Sempat diadakan pertemuan secara rutin antara warga Mampir dengan FKMPL untuk membicarakan proses advokasi peno-

11 Kasus Mampir adalah merupakan penolakan terhadap penambangan pasir di Desa Mampir. Karena menimbulkan kerusakan lingkungan serta polusi udara, warga Mam- pir kemudian merasa terganggu dengan keberadaan penambangan tersebut. Dalam perjalanannya, Ustadz Mizar bersama FKMPL mendampingi proses advokasi peno- lakan tambang pasir desa Mampir. Namun akhirnya proses pendampingan warga Mampir oleh FKMPL tidak dilanjutkan karena terjadi peristiwa perkelahian antara pre- man bayaran perusahaan tambang dengan beberapa warga Bojong, diantaranya adalah adik Ustadz. Perkelahian tersebut mengakibatkan kematian. Adik Ustadz Mizar men- jadi salah satu pelakunya bersama dengan beberapa warga Bojong lainnya, dan divonis bersalah oleh pengadilan

.

lakan tambang pasir. Kesadaran warga Bojong yang terbangun, lambat laun ditransfer kepada warga Mampir. Namun proses tersebut terputus ditengah jalan.

Secara umum Ustadz Mizar merupakan sosok yang mengetahui kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di tempat lain, tetapi hal ini lebih dikarenakan peran lembaga pendamping yang selalu berusaha melibatkannya dalam advo- kasi di tempat lain. Pemahaman Ustadz Mizar belum sepenuhnya terbangun, masih bersifat etis, hanya membalas jasa organisasi pendamping yang mem- bantu perjuangan warga Bojong. Beberapa aksi yang dilakukan oleh warga Bojong bukan karena kesadaran akan pelanggaran HAM yang terjadi, namun masih didasari faktor “perasaan tidak enak” dengan lembaga pendamping yang mengajak.

Dalam dokumen Anonim – Narasi Pembela Ham Berbasis Korban (Halaman 187-190)