Onset 8-48 jam setelah mengkomsumsi makanan yang terkontaminasi
Demam, diare, dan kram
Kotoran yang encer, volume moderat dan tanpa darah
Sakit kepala, mialgia,dan dapat terjadi gejala sistemik lainnya
Diagnosa bergantung pada organisme yang terisolasi dari kotoran atau makan yang tertelan/dikonsumsi
Bisa juga karena kondisi tertentu yang mendasari (misalnya: aids, penyakit radang usus, dan operasi lambung sebelumnya) memberi kecenderungan pada pasien untuk memiliki penyakit yang lebih parah
Demam/Typhoid
Penyakit demam 5 sampai 7 hari setelah konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi
Menggigil, diaforesis, sakit kepala, anoreksia, batuk, lemas, sakit tenggorokan, pusing dan nyeri otot yang di rasakan/dialami sebelum timbulnya demam Diare merupakan gejala awal dan hanya terjadi pada
50% kasus, perdarahan atau perferasi, leukopenia, anemia,dan subklinis disebarluaskan koagulopati intravaskular dapat di lihat
Kultur kotoran, darah atau sumsum tulang untuk spesies bakteri salmonella sangat membantu
Infeksi Pembuluh Darah dan Bakteri
S. choleraesuis dan S.dublin adalah organisme yang menjadi penyebab paling umum. Resiko bekterimia lebih besar untuk bayi, orang tua dan
immunoccompromised.
Infeski Lokal
Infeski lokal terjadi pada 5%-10% dari kasus dengan jaringan bakteri salmonella. Komplikasi ekstrainteratinal dari salmonella termasuk endokarditis, arteritis, sistem saraf pusat, paru-paru, tulang, sendi, otot/jaringan lunak, limpa dan genitourinari termasuk kedalam tempat perkembangan bakteri.
Penyakit Bawaan/Pembawa Kronis
Keadaan pembawa kronis di definisikan sebagai kotoran positif atau kultur urin yang lebih dari 12
bulan, berkembang dalam 1%-4% orang dewasa dengan demam tipus. Ketahanan organisme dalam banyak kasus, tergantung pada pengangkutan di saluran empedu, dan frekuensi pembawa kronis lebih besar pada orang yang memiliki kelainan empedu.
Salmonella dan Infeksi HIV
Salmonella lebih cenderung menyebabkan infeksi invasif yang parah pada populasi yang terinfeksi HIV berulang, bakteri salmonella nontyphoid merupakan penyakit yang didefinisikan sebagai AIDS.
Resistensi obat adalah masalah yang dialami di benua India, Asia Tenggara seperti Mexico, Teluk Arab dan Afrika. Salmonella thypi yang sudah diisolasi harus diperiksa untuk resistensi asam nalidixic dan resisten fluoroquinolon. Jika menjadi resistensi dengan asam nalidixic, pasien harus diberi ciprofloxacin atau ofloxacin dengan dosisi tinggi (10mg/kg dua kali sehari).
TABEL 73-3Indikasi Antimikroba untuk Salmonella non Thypoid
Kurang dari atau sama dengan 3 bulan, lebih besar atau sama dengan 65 tahun
Demam dan toksisitas sistemik
AIDS dan imunodefisiensi lainnya ( termasuk penggunaan steroid atau transplantasi organ)
Uremia atau hemodialisi atau transplantasi ginjal Keganasan
Anemia sel sabit atau hemoglobinopati Penyakit radang usus
Aneurisma aorta katup jantung prostetik, pembuluh darah atau prostesis ortopedi
Untuk 10-14 hari. Generasi ketiga dari sefalosporin dan azitrimisin (1000 mg sehari sekali diikuti hari kelima menjadi 500 mg sehari) adalah alternatif antimikroba untuk salmonella typi, dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) untuk ciprofloxacin 2mcg/ml atau lebih.
Pasien dengan komplikasi demam thypi (contohnya metastatic , ileal perforasi, dan sebagainya) seharusnya menerima terapi secara parental dengan ciprofloxacin 400 mg sehari dua kali atau ceftriaxone 2000 mg sehari sekali. Terapi antimikroba bisa diselesaikan dengan sediaan oral setelah kontrol awal pada gejala demam tipus. Seseorang dengan penyakit
AIDS dan pertama kali terserang salmonella bacteremia, terapi antibiotik lebih panjang (1-2 minggu terapi parenteral diikuti dengan 4 minggu floroquinolol oral) direkomendasikan untuk mencegah kambuhnya bakteremia. Tiga vaksin tipus tersedia saat ini digunakan di Amerika serikat. (1) oral vaksin dari virus yg dilemahkan ( Berna-TM vaccine, Swiss Serum dan Lembaga vaksin), (2) vaksin fenol parenteral panas yang tidak aktif (vaksin tipoid, Wyeth-Ayerst), dan (3) vaksin polisakarida parentelar kapsular ( Tyhim Vi, Pasteur Merieux). Imunisasi hanya dianjurkan untuk wisatawan yang akan ke daerah endemis seperti Amerika Latin, Asia dan Afrika serta keluarga yang memiliki anggota keluarga pengidap penyakit kronis, dan pekerja di laboratorium yang sering bekerja dengan S. typhi.
Pembawa Penyakit Kronis
Pada pasien degan fungsi kandung empedu normal, amoxicillin (3 g sehari tiga kali untuk orang dewasa selama 3 bulan), trimethoprim sulfametoksazole (satu tablet dengan kekuatan ganda dua kali sehari selama 3 bulan), dan ciprofloksasin (750mg dua kali sehari selama 4 minggu) merupakan agen efektif untuk pengobatan penyakit kronis. Pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti empedu atau batu ginjal, pengobatan dikombinasikan dengan terapi antibiotik yang diindikasikan.
Campylobacteriosis
Epidemiologi
Camphylobacter jejuni adalah bakteri penyebab diare yang paling umum diseluruh dunia yang telah diidentifikasi. Organisme ini memberikan 2,1-2,4 juta kasus penyakit di Amerika Serikat setiap tahun. Faktor risiko untuk infeksi Camphylobacter diantaranya konsumsi ayam, sosis, daging merah, dan air yang terkontaminasi, bepergian ke luar negeri, penerimaan agen antimikroba, dan kontak dengan hewan peliharaan (terutama burung dan kucing). Antara 25% dan 50% infeksi C. jejuni di Amerika Serikat tampaknya terkait dengan paparan dan konsumsi ayam.
Infeksi campylobacter memiliki ciri yang khas dibandingkan patogen lainnya. Di negara berkembang, ada dua puncak usia: lebih muda dari usia 1 tahun dan 15-44 tahun. Ada dominasi ringan pada laki-laki di antara orang yang terinfeksi. Alasan untuk perbedaan pembagian umur dan jenis kelamin ini masih belum diketahui. Epidemiologi infeksi Campylobacter sangat berbeda di negara-negara berkembang, diare campylobacter merupakan penyakit utama pada anak anak di negara-negara berkembang.
Patogenesis
Campylobacter spp, merupakan basil gram negatif yang memiliki bentuk melengkung atau spiral. Campylobacter sensitif terhadap keasaman lambung; sehingga, penyakit atau obat yang bekerja sebagai penyangga keasaman lambung dapat meningkatkan risiko infeksi. Data menunjukkan bahwa dosis infeksi untuk C. jejuni adalah hampir sama dengan Salmonella spp. Setelah masa inkubasi, infeksi sudah dihilangkan di jejunum, ileum, usus besar, dan rektum.
Presentasi Klinis dan Diagnosis
Masa inkubasi 1 sampai 7 hari Kram perut, demam, dan diare
Disentri terlihat pada sekitar 50% kasus Diare berair atau dengan berdarah
Beberapa pasien datang terutama dengan kram perut, nyeri dan diare
Leukosit dan sel darah merah yang terdeteksi dalam kotoran 75% dari orang yang terinfeksi. Diagnosis Campylobacter dilihat dari kultur tinja. Infeksi ekstraintestinal C. jejuni, termasuk septic
arthritis, kolesistitis, pankreatitis, meningitis, endocardtitis, osteomyelitis, dan sepsis neonatal, dapat hadir dalam tiga cara yang berbeda:
Bakteremia sementara dengan enteritis Campylobacter akut pada host normal bersifat jinak
Bakteremia berkelanjutan atau fokus dalam infeksi pada host normal sebelumnya yang merespon terapi antimikroba
Bakteremia yang berkelanjutan atau infeksi dalam host dikompromikan
Komplikasi sesudah infeksi paling penting dari C. jejuni adalah Sindrom Guillain Barre (GBS). Risiko mengembangkan GBS sangat kecil (kurang dari satu kasus GBS per 1.000 C. jejuni). GBS biasanya terjadi 1-3 minggu setelah diare.
Pengobatan dan Pemantauan
Hidrasi dan keseimbangan elektrolit, sering kali disebut sebagai ORT adalah dasar dari pengobatan. Penggunaan antibiotik seharusnya sudah dipertimbangkan pada keadaan seperti demam tinggi, tinja berdarah lebih dari satu minggu, kehamilan, infeksi pada HIV, dan penyakit imunitas lainnya.
Bahkan beberapa tahun yang lalu fluoroquinolon adalah obat pilihan utama untuk campylobacteriosis . Namun, masalah utama dari campybacteri adalah resistensi yang terjadi diseluruh dunia. Resistensi fluoroquinolon dari isolasi C.Jejuni pada manusia, di Amerika Serikat terjadi sekitar 18% dan tingkat resisten, di Barcelona dan Thailand lebih dari 80%. Flouroquinolon sebaiknya tidak boleh digunakan terkecuali pada rentang yang ditentukan.
Eritromycin dianggap sebagai obat yang optimal untuk pengobatan infeksi campybacteri .tingkat resistensi campybactery untuk erytromisin masih lemah. Keuntungan lain dari penggunaan obat ini yaitu mudah pembeliannya, biaya murah, efek samping rendah, dan memiliki aktifitas spektrum sempit. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 250 mg/oral sehari empat kali atau 500 mg/oral sehari dua kali selama 5-7 hari. Bagi pasien yang menderita sakit, diindikasikan Pengobatan dengan gentamisin, imipenem, cefotaxime, atau kloramfenikol, tetapi harus dilakukan tes kerentanan
.
Enterohemorrhagic Eschericia coli (EHEC)
Epidemiologi
EHEC merupakan jenis patogen yang memproduksi Stx-e.coli (STEC) . Pendarahan akut radang usus besar dapat dikaitkan dengan serotype O157;H7 . Serotype ini bertanggung jawab terhadap infeksi wabah besar ini, serta memiliki komplikasi yang sangat tinggi, dan muncul menjadi patogen yang banyak bahkan bukan dari EHEC STEC strains. ❷Spektrum penyakit yang
berhubungan dengan E coli O157;H7 diantaranya diare berdarah didapat sebanyak 95% pasien, Diare tidak berdarah, hemolytic uremic syndrome (HUS) , dan thrombotic thrombocytopenic purpura.
Sekitar 70.000 kasus dari penyakit EHEC terjadi setiap tahun di negara maju. Insiden tertinggi adalah pada pasien usia 5-9 tahun dan 50-59 tahun. Wabah diare karena O157;H7 E.coli dan STECs telah menyebar pada daging sapi yang telah terkontaminasi, dan humburger, makanan siap saji, susu mentah, dan produk susu lainnya, sayur-sayuran (contoh : toge, bunga kol, dan selada) dan pada jus apel. Yang terpenting penyimpanan dari E.coli O157;H7 adalah saluran gastrointestinal pada sapi. Penyebaran dari orang ke orang mungkin juga terjadi karena infeksi. Terdapat kontaminasi di bak pemandian bayi, atau danau yang terkontaminasi atau meminum air yang juga dapat menimbulkan faktor resiko. Telah dilakukan diagnosa terhadap terjadinya infeksi E.coli O157:H7 menyatakan bahwa di amerika lebih besar resikonya dibandingkan penduduk di perdesaan. Infeksi E.coli O157;H7 terjadi di musim panas dan musim gugur.
Patogenesis
Dosis menular dari EHEC sangat rendah, antara 1 dan 100 unit pembentuk koloni (CFUs). Dua faktor virulensi utama untuk EHEC adalah produksi dua shigalike sitotoksin (Stx I dan II) dan adhesi yang menyebabkan penipisan luka (A / E). Stx sitotoksin ini bertanggung jawab atas kerusakan pembuluh darah dan efek sistemik seperti HUS. Mediasi adhesi diletakan pada awal EHEC ke sel epitel usus. Peletakan berikut, organisme ini menghasilkan luka A / E pada sel epitel usus individu. Luka A / E menginfeksi usus kecil atau besar dan menyebabkan diare.
Pengobatan dan Pemantauan
Satu-satunya pengobatan saat infeksi EHEC yang mendukung adalah penggantian cairan elektrolit, sering dalam bentuk ORT. Kebanyakan penyakit diselesaikan dalam waktu 5 sampai 7 hari. Pasien harus dipantau untuk pengembangan HUS. Penggunaan Antibiotik pada infeksi saat ini dikontraindikasikan karena dapat menginduksi ekspresi dan pelepasan racun. Agen Antimotility harus dihindari karena dapat menunda
pembersihan patogen dan toksin. Pada akhirnya , dapat meningkatkan risiko komplikasi sistemik.
Memasak makanan dengan baik dan pencucian tangan bagi anak anak penting dilakukan karena memungkinkan berkurangnya penyebaran dari orang ke orang.
Presentasi Klinis dan Diagnosis
Masa inkubasi 3 sampai 5 hari Tinja berdarah
Biasanya di sertai demam Leukositosis
Nyeri perut
HUS di 2% sampai 10% dari pasien (terutama anak-anak 1-5 tahun dan orang tua di rumah jompo). Berkembang rata-rata 1 minggu setelah timbulnya diare
EHEC milik serotipe 015: H7 bersifat tidak memfermentasi sorbitol, sedangkan lebih dari 70% dari flora usus E.coli melakukan. Untuk memeriksa EHEC dalam kasus diare dengan benar, tinja sebaiknya ditempatkan pada agar sorbitol MacConkey spesial. Koloni E.coli 0157: H7, yang tidak memfermentasi sorbitol, dapat diidentifikasi dengan mudah dan dikonfirmasi oleh serotipe dengan antisera spesifik. di samping itu, tinja harus diuji secara langsung untuk kehadiran Stx I dan II dengan immunoassay enzim (EIA).
Kolera
Epidemiologi
Kolera, pertama kali menjadi penyakit endemik di sekitar benua Asia Selatan, terutama di daerah Delta ganga. Tipe hidup dari vibrio kolera bertanggung jawab atas penyakit serogroup O1 (EL Tor) dan serogroup O139. Kolera dapat menyebar dari air atau makanan yang terkontaminasi dengan air yang terkontaminasi, makanan laut tanpa proses pemasakan. Vibrio kolera tumbuh baik pada temperatur hangat, menyebabkan insiden kolera ditandai secara musiman.
Patogenesis
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif (-) berbentuk bantang. Vibrio mendiami disepanjang aliran pencernaan sampai ke usus halus. Vibrio melakukan perpanjangan protein dengan mengikat reseptor yang ada di atas lapisan mukosa, dan Vibrio ini mempercepat pergerakan usus dengan berpenetrasi ke lapisan mukus. Kolera enterotoksik terdiri dari dua subunit, pertama subunit A adalah penyampaian kedalam sel dan memyebabkan kenaikan siklik AMP, yang mengatur cairan masuk ke usus halus. Terjadi kenaikan volume cairan mengakibatnya diare berair yang menunjukan karakteristik dari penyakit kolera. Diare menyebabkan kehilangan elektrolit yang kaya cairan isotonik akibatnya volume darah menurun diikuti dengan menurunnya tekanan darah dan shock. Untuk catatan cairan diare ini sangat beresiko menyebabkan penularan infeksi kolera.
Pengobatan dan Pemantauan
Pertolongan pertama pengobatan kolera dengan penggantiaan cairan. Dengan tidak adanya pengobatan akan meningkatkan angka kematian karena kolera kurang lebih 50%. Untuk kolera, ORT yang berbasis nasi lebih baik dari pada ORT yang berbasis glukosa karena bisa mengurangi banyaknya kotoran. Pasien dengan penyakit yang serius, seharusnya mendapatkan konseling rangkaian antibiotik 1-3 hari untuk mempersingkat waktu sakit dan pengurangan angka kritis. Obat pilihan utama yang dapat digunakan adalah Doxycyklin 300 mg sehari dan antibiotik lain yang dapat digunakan adalah erytromycin, azitromycin, trimetroprim-sulfametoxazol dan ciprofloxacin. Resistensi antibiotik telah terjadi pada V.cholera pada tahun 1977. Antibiotik profilaksis sudah tidak digunakan.
Presentasi Klinis dan Diagnosis
Masa inkubasi dari 18 jam sampai 5 hari Mendadak diare berair dan muntah Volume buang air besar berlebih
Dehidrasi, atau lebih parah. Pasien yang menderita
dehidrasi berat karena kehilangan cairan cepat beresiko kematian dalam beberapa jam dari onset penyakit.
Kram otot parah di kaki karena ketidakseimbangan elektrolit yang disebabkan oleh hilangnya cairan. Kram ini harus diselesaikan dengan pengobatan. Asidosis metabolik