• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema anggota keluargaku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema anggota keluargaku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF

DALAM SUB TEMA ANGGOTA KELUARGAKU MENGACU

KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru sekolah Dasar

Oleh:

Dara Pelangi Paramitasari NIM: 151134159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Yang Utama Dari Segalanya

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kedua orang tua tercinta Bapak Mayono dan Ibu Sri Kuniriyah

Yang menjadi orang tua dan telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya

dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Dosen Pembimbing Tugas Akhirku

Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak pak. Bapak adalah dosen favorit saya.

Sahabat dan kekasih yang telah membantu serta memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

(5)

v MOTTO

Usaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan disertai dengan doa

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur” (QS Yusuf: 87)

Tetap mencoba walaupun gagal

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah:

5)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Dara Pelangi Paramitasari

Nomor Mahasiswa : 151134159

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam

Sub Tema Anggota Keluargaku Mengacu Kurikulum 2013 untuk

Siswa Kelas I Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA ANGGOTA KELUARGAKU MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

Dara Pelangi Paramitasari Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan perlunya contoh perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Inkuiri.

Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall yang dikembangkan. Ada 10 langkah pengembangan penelitian menurut Bord dan Dall namun peneliti hanya membatasi 7 (tujuh) langkah yaitu 1) potensi dan masalah (wawancara dan observasi), 2) pengumpulan data (hasil wawancara dan observasi), 3) desain produk, 4) validasi desain , 5) revisi produk, 6) uji coba produk, (7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir yang berupa perangkat pembelajaran inovatif untuk kelas I Sekolah Dasar mengacu Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli pembelajaran inovatif dan penilaian guru Sekolah Dasar kelas I serta penilaian teman sejawat. Kedua validator memberikan skor dengan rata-rata 4,32 dengan katagori “sangat baik” pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Sedangkan pada model pembelajaran Inkuiri memiliki skor 4,30 dengan katagori “sangat baik”. Berdasarkan ujicoba terbatas guru dan teman sejawat memberikan rata-rata skor 4,14 dengan katagori “baik” pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Sedangkan pada model pembelajaran Inkuiri memberikan rerata skor 4,33 dengan katagori “baik”. Peneliti mendapat rerata skor 4,28 dengan katagori “sangat baik”. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif untuk kelas I Sekolah Dasar yang dikembangkan memiliki kualitas “Sangat Baik”.

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING MEDIA IN SUB-THEME "MY FAMILY MEMBERS" IN CURRICULUM 2013 FOR

1ST GRADERS OF ELEMENTARY SCHOOL

Dara Pelangi Paramitasari Sanata Dharma University

2019

This research was done based on an analysis which showed that there was a need of example of innovative learning media which refers to Curriculum 2013 for 1st graders of elementary school. The porpuse of this study is to produce a productin the from of an innovative learning device referring to the Curriculum 2013 for 1st gradeof elementary school students using the learning model of the Pedagogy Reflection Paradigm (PPR) and Inquiry.

The researcher used research and development (R&D) steps by Borg and Gall which have been developed. There were 10 R&D steps but the researcher only used 7 steps which were 1) potential and problem (interview and observation), 2) data collection (the result of interview and observation), 3) design of the product, 4) design validation, (5) product revision, 6) product testing, (7) product revision until producing final product in form of innovative learning media for 1st grader of elementary school based on Curriculum 2013.

The validation was done by innovative learning expert and the assessment by 1st graders elementary school teacher, and also based on peer assessment. Two validators gave 4,32 as the average score which was categorized as "very good" in the Reflective Pedagogical Paradigm. While, inquiry learning model got 4,30 which was included in "very good" category. Based on the limited testing product, the elementary school teacher and peers gave 4,14 in the Reflective Pedagogical Paradigm. While the inquiry learning model got 4,33 as the average score which was included in "good" category. The researcher got 4,28 as the average score which was categorized as "very good". This score showed that the innovative learning media for 1st graders of elementary school has "very good" quality.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Kintan Limiansih, S.Pd.,M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD. 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan peneliti selama menyusun skripsi serta memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

5. Drs. Abu Yamin., selaku Kepala Sekolah SD N Dayuharjo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

6. Daryati, S.Pd., selaku guru kelas I SD N Dayuharjo yang telah membantu peneliti dalam melakukan uji coba produk dan memberi nilai uji coba produk.

(11)

xi

8. Gabriella Primandari, selaku penilai teman sejawat yang telah membantu peneliti dalam melakukan uji coba produk dan memberi nilai uji coba produk.

9. Kedua orang tua, ayah tercinta Maryono dan ibunda tersayang Sri Kuniriyah, S.Pd yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada peneliti.

10.Lejar Pamungkas, yang telah membantu dan memberikan semangat setiap harinya dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat saya Dipta, Mia, Anugrah, Dinda yang selalu memberi dukungan dan motivasi.

12.Seluruh teman-teman mahasiswa payung perangkat pembelajaran inovatif yang selalu memberi bantuan dan motivasi kepada peneliti.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 6

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013... 11

2. Keterampilan Dasar Abad 21 ... 18

3. Perangkat Pembelajaran ... 19

4. Pembelajaran Inovatif ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian ... 49

(13)

xiii

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Setting Penelitian ... 53

C. Prosedur Pengembangan ... 54

D. Uji Coba Terbatas ... 57

1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 57

2. Instrumen Penelitian ... 57

3. Teknik Pengumpulan Data ... 66

4. Teknik Analisis Data ... 67

E. Jadwal Penelitian ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Analisis Kebutuhan ... 73

1. Hasil wawancara analisis kebutuhan ... 73

2. Pembahasan Hasil Wawancara dan Analisis Kebutuhan ... 78

B. Deskripsi Produk awal ... 79

C. Validasi Ahli dan Revisi Produk ... 83

1. Data Validasi Pakar Kurikulum 2013... 83

2. Revisi Produk ... 92

D. Uji Coba Terbatas ... 94

1. Data uji coba terbatas ... 94

2. Revisi Produk ... 100

E. Kajian Produk Akhir ... 101

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 105

1. Hasil Penelitian ... 105

2. Pembahasan ... 106

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Keterbatasan Pengembangan ... 114

C. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN ... 119

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 58

Tabel 3.2 Observasi Guru ... 59

Tabel 3.3 Observasi Siswa ... 60

Tabel 3.4 Lembar Validasi Model Pembelajaran Inkuiri ... 61

Tabel 3.5 Lembar Validasi Model Pembelajaran PPR... 64

Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima ... 69

Tabel 3.7 Konversi Skala Lima ... 70

Tabel 3.8 Tindak Lanjut Katagori Penilaian Produk ... 71

Tabel 3.9 Jadwal penelitian ... 72

Tabel 4.1 Komentar pakar dan revisi model pembelajaran (PPR) ... 88

Tabel 4.2 Komentar pakar dan revisi model pembelajaran Inkuri ... 90

Tabel 4.3 Komentar Guru SD dalam uji coba kelas IB dan revisi Model Pembelajaran PPR ... 98

Tabel 4.4 Komentar teman sejawat dalam uji coba kelas IB dan revisi Model Pembelajaran PPR ... 98

Tabel 4.5 Komentar Guru SD dalam uji coba Kelas IB dan revisi Model Pembelajaran Inkuri ... 99

Tabel 4.6 Komentar teman sejawat dalam uji coba Kelas IB dan revisi Model Pembelajaran Inkuri ... 99

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ... 120

Lampiran 2 : Pedoman Observasi ... 121

Lampiran 3 : Rangkuman Hasil Wawancara ... 123

Lampiran 4 : Hasil Observasi Guru ... 130

Lampiran 5 : Hasil Observasi Siswa ... 133

Lampiran 6 : Pernyataan validasi produk perangkat pembelajaran inovatif ... 134

Lampiran 7 : Pernyataan uji coba produk pada guru ... 140

Lampiran 8 : Pernyataan uji coba produk pada siswa ... 141

Lampiran 9 : Hasil Validasi Produk Pakar 1 ... 142

Lampiran 10 : Hasil Validasi Produk Pakar 2 ... 155

Lampiran 11 : Hasil uji coba dinilai guru SD ... 170

Lampiran 12 : Hasil uji coba dinilai teman sejawat ... 174

Lampiran 13 : Surat Wawancara dan Observasi ... 177

Lampiran 14 : Surat Izin Penelitian ... 179

Lampiran 15 : Surat Pernyataan Kepala Sekolah ... 179

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengubah jati diri seseorang peserta didik lebih maju. Melalui pendidikan, proses mengubah jati diri seseorang peserta didik bisa terlaksanakan dengan fasilitas-fasilitas pendidikan lainnya. Selain itu, kurikulum dalam pendidikan juga mempengaruhi berubahnya jati diri seseorang. Kurikulum di Indonesia saat ini sudah menggunakan Kurikulum 2013 yang sangat menekankan pendidikan berkarakter. Menurut Mulyasa (2013: 7) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter diharapkan mampu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Peserta didik dapat menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari seperti yang dijelaskan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan RI.

Guru sebagai peranan utama dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan maka dalam Kurikulum 2013 guru dituntut harus mampu menerapkan pembelajaran inovatif dalam pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2013: 99), dalam Kurikulum 2013 untuk mewujudkan implementasiya, guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

(18)

mengeluarkan informasi yang telah diolah tersebut. Demikian konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat benar-benar terwujud, sehingga arah informasi dalam pembelajaran tidak hanya satu arah dari guru ke siswa, tetapi bisa dua arah dengan peran aktif peserta didik. Metode, model dan teknik pembelajaran dapat diwujudkan melalui perangkat pembelajaran yang digunakan guru.

Zuhdan, dkk (2011: 16) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis, dan sistematis. Persiapan mengajar yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan rutinitas untuk memenuhi kelengkapan administrative. Persiapan mengajar merupakan cermin dari pandangan, sikap dan keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk persiapan mengajar yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis (Darmadi, 2009:117).

(19)

melakukan wawancara dan observasi di SD N Dayuharjo pada kelas IB dan SD N Kledokan pada kelas I.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi guru yang dilakukan di kedua sekolah tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan yang dialami kedua guru hampir sama yaitu belum mengetahui mengenai perangkat pembelajaran inovatif khususnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menerapkan beberapa model dan metode dengan baik dan terperinci. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan informasi, kurangnya contoh-contoh penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) inovatif dan alat serta media pembelajaran yang tidak memadai. Padahal kedua guru tersebut sama-sama sudah melakukan pelatihan Kurikulum 2013 namun, masih belum paham secara mendalam mengenai perangkat pembelajaran khususnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, ketika peneliti menanyakan bagaimana cara guru membuat indikator yang disesuaikan dengan tingkatan kata kerja operasional yang telah direvisi, kedua guru menjawab mengikuti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah ada dan hanya meniru dari buku guru. Kedua guru juga jarang menggunakan pendekatan saintifik 5M yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

Hal tersebut menyebabkan guru hanya menggunakan perangkat pembelajaran yang sudah ada dan mengakibatkan cara mengajar di kelas hanya menggunakan metode ceramah tanpa ada komunikasi antar guru dan siswa. Pengetahuan guru dari SD N Dayuharjo dan guru SD N Kledokan hampir sama yaitu mengetahui model dan metode pembelajaran inovatif tetapi mereka tidak dapat menerapkan serta membuat perangkat pembelajaran yang inovatif.

(20)

perangkat pembelajaran inovatif yang diterapkan peneliti yaitu pada siswa kelas I dalam subtema anggota keluargaku. Peneliti memilih subtema anggota keluargaku karena dalam subtema anggota keluargaku secara garis besar membahas tentang anggota keluarga di rumah. Anggota keluarga yang dibahas dalam sub tema ini yaitu ayah, ibu, kakak dan adik, sehingga siswa dapat menerima informasi-informasi mengenai materi yang disampaikan guru dengan bantuan tugas-tugas pendukung. Hal tersebut dapat memudahkan siswa dalam menghafal anggota keluarga inti yang ada.

Peneliti memilih penelitian siswa kelas I karena di kelas I model pembelajaran dapat diterapkan dengan asyik dan menyenangkan. Terutama pada siswa kelas I yang hampir seluruh materi dapat didesain dengan proses pembelajaran yang bervariasi agar tidak membosankan. Pembelajaran yang bervariasi seperti bernyanyi, menggambar, menempel, mewarnai, dan membuat karya. Semua kegiatan tersebut dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran dengan kongkrit, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa dalam belajar. Peneliti memiliki beberapa alasan melakukan uji coba di SD N Dayuharjo. Melalui wawancara dan observasi ketika guru mengajar, terlihat sekali guru belum menerapkan pembelajaran inovatif di kelas. Selain itu, siswa kelas IB terlihat kurang berinteraksi dengan guru. Berdasarkan alasan tersebut peneliti ingin melakukan uji coba di SD N Dayuharjo, agar pembelajaran di kelas dapat sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013 dan mengembangkan keterampilan abad 21.

(21)

informasi yang siswa peroleh berdasarkan pengalaman belajar secara mandiri lebih autentik. Pengalaman belajar yang autentik terjadi ketika siswa menemukan sendiri jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang juga mereka ajukan sendiri saat proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tersebut siswa menjadi terlatih dan terbiasa menghadapi permasalahan yang ditemui.

Selain menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri peneliti juga akan menerapkan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan pola pikir pribadi manusia dan menekankan pendidikan karakter pada siswa dari dini. Siswa dapat berorientasi pada nilai-nilai pendidikan yang menuntut (1) proses pembelajaran dalam kerangka moral dan intelektual, (2) proses yang bergulat dengan isu-isu penting, (3) nilai-nilai kehidupan yang kompleks. Dalam model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) siswa dapat mengambil peran yang penting dalam kegiatan belajarnya. Siswa berefleksi, menimbang, dan memilih pengalaman-pengalamannya untuk menemukan dirinya yang asli. Melalui cara tersebut siswa dapat mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan hati nuraninya.

Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif sebagai sarana pendukung guru mengajar di kelas dengan produk berupa program tahunan (Prota), program semester (Promes), silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penilaian, LKPD, rangkuman materi, media, dan lembar refleksi.

B. Rumusan Masalah

(22)

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema Anggota Keluargaku Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengimplementasikan dan mempraktekkan perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013.

2. Bagi guru

Guru memiliki panduan dalam menerapkan perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013.

3. Bagi sekolah

Sekolah dapat memiliki referensi contoh perangkat pembelajaran inovatif mengacu kurikulum 2013.

E. Batasan Istilah

1. Pembelajaran Inovatif merupakan pembelajaran yang memberikan variasi dalam belajar dan mewajibkan agar siswa menerima pengetahuan secara mandiri dari aktivitas yang dilakukan yang bertujuan memfasilitasi siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalamannya di kelas.

2. Perangkat Pembelajaran Inovatif merupakan perangkat yang digunakan guru sebagai pegangan ketika melakukan proses belajar mengajar yang dikembangkan sesuai dengan ide-ide baru untuk mendukung proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini peneliti membatasi perangkat pembelajaran inovatif adalah Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus.

(23)

sebelumnya. Dalam kurikulum 2013 mengembangkan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.

4. Model pembelajaran inovatif yang peneliti gunakan yaitu Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

5. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran dengan kegiatan yang memfokuskan siswa aktif untuk memiliki pengalaman belajar dalam mencari konsep-konsep tertentu. Langkah dalam model inkuiri ada 5 yaitu identifikasi, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, mengambil kesimpulan.

6. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan model pembelajaran yang secara tidak langsung membentuk pendidikan karakter siswa dari pengalaman-pengalaman belajar di lingkungan melalui refleksi dan aksi. Terdapat 5 tahapan dalam Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Cover

(24)

2. Ukuran kertas

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

3. Format tulisan

Produk ditulis menggunakan theme font “Times New Roman” dengan spasi 1,5 supaya terlihat jelas.

4. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusun produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman. 6. Produk yang dikembangkan dalam perangkat pembelajaran terdiri dari

Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

7. Perangkat Pembelajaran Program tahunan (Prota)

Rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi antara lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Prota dibuat sesuai dengan kalender tahun pelajaran baru. Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan: Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan Format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu).

8. Perangkat pembelajaran program semester (Promes)

(25)

9. Perangkat pembelajaran silabus

Merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

10. Perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun lengkap terdiri dari 1) identitas RPP; 2) kompetensi inti; 3) kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pebelajaran; 4) pendekatan, tipe dan metode; 5) sumber belajar; 6) langkah pembelajaran; 7) penilaian; 8) lampiran yang berisi materi pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), media dan rubrik penskoran yang berjumlah enam set.

11. Mengandung karakteristik Kurikulum SD 2013

Karakteristik pembelajaran terpadu memuat unsur keterpaduan antara mata palajaran yang akan diajarkan, saintifik yang dikembangkan adalah 5M yaitu : mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan yang akan diaplikasikan di dalam kegiatan inti. Kemudian adanya penilaian otentik yaitu penilaian proses dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Kurikulum 2013 terdapat pendidikan karakter pada siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu menerapkan taksonomi bloom mulai dari C4 sampai C6. 12. Mengembangkan keterampilan dasar abad 21

(26)

13. Sesuai dengan karakteristik setiap model pembelajaran inovatif yang digunakan.

Adanya dua model yang dikembangkan yaitu Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Empat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri dan dua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

14. Post Test mengacu pada panduan penilaian untuk sekolah dasar Terpadat enam set post test untuk setiap satu subtema yang diberikan pada akhir pembelajaran.

15. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

(27)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Sanjaya (dalam Yani, 2014: 06) kurikulum merupakan masalah yang tidak sebatas pada merumuskan desain atau program pembelajaran di kelas, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar dalam arti yang lebih luas. Sedangkan menurut Arifin (2011: 1) Kurikulum merupakan salah satu alat ukur untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis jenjang pendidikan.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang meningkatkan dan menyeimbangkan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi, sikap, keterampilan Fadilla (2014: 16). Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat akan pendidikan karakter. Penggunaan istilah baru dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti atau KI. Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Awalnya, kompetensi sikap hanya ada satu rumusan saja, namun setelah ada pendalaman materi maka arti sikap dibedakan antara sikap spiritual dan sikap sosial Yani (2014:54).

(28)

telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan kompetensi siswa.

Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian ahli di atas kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Dalam Kurikulum 2013 mengembangkan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.

a. Pembelajaran Terpadu

Menurut Hadisubroto (dalam Murfiah 2017: 10) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan belajar anak, maka pembelajaran menjadi bermakna. Susanto (2013: 94) menyebutkan pembelajaran terpadu memungkinkan serta ilustrasi pembelajaran yang dapat mencapai beberapa target konsep yang dalam beberapa mata pelajaran.

Menurut Joni (dalam Murfiah 2017: 10) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa autentik atau eksplorasi topik/ tema menjadi pengendali dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/ peristiwa tersebut, siswa belajar belajar tentang proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

(29)

bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Kecenderungan pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice). Pembelajaran terpadu lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dam pembuatan keputusan. Pendekatan ini lebih mungkin menjadi sesuatu yang dikemukakan oleh John Dewey dengan konsep Learning by Doing-nya (dalam Tim Pengembang PGSD, 2001: 7)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang memfokuskan siswa lebih aktif menemukan konsep pengetahuan secara holistik, bermakna, otentik dalam menggabungkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

b. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya Megawangi (dalam Kesuma, 2002: 5). Hal lain dikatakan oleh Koesoma (2015: 124) pendidikan karakter adalah pola pendidikan yang lebih berkaitan dengan bagaimana menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik di sekolah.

(30)

pembentukkan karakter. Sesuai dengan kompetensi inti (KI) yang telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan kompetensi siswa.

Menurut pengertian ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan siswa mempunyai karakter dan diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan yang bersifat mulia.

c. Pendekatan Saintifik

1) Pengertian Pendekatan Saintifik

Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan (mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” Hosnan (2014:34).

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber (Sani, 2014: 51).

(31)

yang mempelajari rahasia alam, sehingga dapat diungkap dan dipahami oleh manusia.

2) Karakteristik Pendekatan Saintifik

Daryanto (2014:53) metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa, (2) melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip, (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, (4) dapat mengembangkan karakter siswa.

3) Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan saintifik menurut Daryanto (2014:60) dalam proses pembelajaran disajikan sebagai berikut :

1. Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan pembelajaran (meaning full learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik merasa senang dan tertantang dan mudah pelaksanaannya.

2. Menanya

(32)

3. Menalar

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif secara deduktif dalam menyimpulkan.

4. Mencoba

Hal yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

5. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menekankan aktifitas siswa secara langsung melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

d. Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (HOTS)

Menurut Saputra (2016:91) HOTS ini sendiri merupakan suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari beberapa konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran pembelajaran seperti metode problem solving. Menurut Gunawan dalam (Anugrah 2012:171) menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) adalah proses berpikir yang

(33)

dalam cara tertentu yang memberikan mereka pengertian atau implikasi baru.

Berdasarkan pembahasan pengertian keterampilan berpikir tingkat tinggi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tinggi merupakan cara seseorang menggabungkan informasi baru dengan informasi yang sudah ada dalam ingatannya dan serta mengembangkan informasi tersebut untuk menemukan suatu atau mencapai tujuan dalam memecahkan masalah yang sulit dipecahkan.

e. Penilaian Autentik

Penilaian autentik merupakan bentuk penilaian yang melibatkan peserta didik dalam persoalan yang berguna atau pertanyaan penting sehingga peserta didik harus menggunakan pengetahuan untuk menunjukkan kinerja secara efektif dan kreatif Grant Wiggins (dalam Sani, 2016: 23).

Menurut Muslich (dalam Hosnan, 2014: 387) Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman belajar siswa perlu diketahui oleh guru setiap saat agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.

Penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan Hosnan (2014:387).

(34)

2. Keterampilan Dasar Abad 21

Abad ke 21 adalah abad yang penuh harapan dan juga ancaman. Penuh pengharapan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dibandingkan dengan empat abad sebelumnya, sehingga manusia dapat memperoleh kemudahan dan memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya (Yani dan Mamat, 2018: 41). Tuntutan dunia masa depan menurut anak untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan pemecahan masalah, kecakapan berpikir kritis, kolaborasi, kecakapan berkomunikasi, dan kecakapan kreativitas (Hosnan, 2014: 87).

Model pembelajaran yang diharapkan dikembangkan untuk era kekinian/ abad 21 menurut Hosnan (2014: 87) adalah sebagai berikut: a. Communication Skill

Model ini siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Siswa diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari gurunya.

b. Collaboration Skill

Siswa menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama kelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan cara lain, menempatkan empati pada tempatnya menghormati perspektif berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibilitas secara pribadi, pada tempat belajar dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain.

c. Critical Thinking And Problem Solving Skill

(35)

memahami interkoneksi antar sistem. Siswa juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang di hadapinya dengan mandiri, siswa juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.

d. Creativity and Innovation Skill

Model dan metode serta keterampilan yang akan digunakan dalam pembelajaran masa kini dituntut untuk lebih bersifat multimodel dan multimetode dan real world problem, sehingga model pembelajaran berbasis proyek lebihh banyak dituntut. Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa serta meninggalkan perlakuan yang bersifat menyamakan semua siswa, tetapi lebih bersifat individual. Kecakapan yang bersifat multi intelegensi menuntut guru untuk mampu mengakomodasi semua perbedaan yang dimiliki siswa. Pembelajaran yang kompetitif bergeser menjadi pembelajaran yang kolaboratif. Kondisi anak sekarang adalah digital native, sedangkan guru masih bersifat digital immigrant.

3. Perangkat Pembelajaran

Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Ibrahim (dalam Trianto, 2010: 96) berpendapat bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Intrumens Evaluasi, serta media pembelajaran.

(36)

kegiatan proses pembelajaran dinamakan dengan perangkat pembelajaran.

Inovatif adalah kemampuan memperkenalkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, baik berupa ide maupun materi. Menurut UU No. 19 Tahun 2002, inovatif adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau pun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.

Sesuai pemaparan ahli di atas perangkat pembelajaran inovatif merupakan perangkat yang digunakan guru sebagai pegangan ketika melakukan proses belajar mengajar yang dikembangkan sesuai dengan ide-ide baru untuk mendukung proses pembelajaran di kelas.

Perangkat pembelajaran inovatif dimulai dari manapun sesuai di dalam siklus pengembangan perangkat. Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang dapat dilakukan dalam suatu produk yang meliputi: Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan model yang berbeda dari perangkat pembelajaran pada biasanya.

Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif berupa: (1) Program Tahunan (Prota), (2) Program Semester (Promes), (3) Silabus, dan (4) RPP.

a. Program Tahunan (Prota)

(37)

lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Program Tahunan dipersiapkan sebelum tahun pelajaran karena Program Tahunan merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, seperti Program Semester, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kemendikbud (2016: 36).

Langkah-langkah perancangan Program Tahunan (Prota) : 1. Menelaah jumlah tema dan subtema pada suatu kelas.

2. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif pada kalender akademik.

3. Menghitung jumlah Minggu Belajar Efektif (MBE) dalam satu tahun.

4. Mendistribusikan alokasi waktu Minggu Belajar Efektif (MBE) ke dalam subtema.

Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan (Prota) : a. Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) b. Format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Program Tahunan (Prota) adalah program satu tahun penuh tahun pelajaran yang berisi rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk melihat kegiatan yang akan dicapai dalam satu tahunan melihat minggu efektif serta minggu tidak efektif dalam satu tahun.

b. Program Semester (Promes)

(38)

garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut Kunandar (2014: 3).

Program Semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan Kemendikbud (2016: 38).

Langkah-langkah perencanaan Program Semester (Promes) :

1. Menelaah kalender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan.

2. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu pembelajaran efektif, dan waktu pembelajaran efektif (per minggu).

3. Menghitung jumlah Hari Belajar Efektif (MBE) dan Jam Belajar Efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun.

4. Menghitung jumlah Jam Pembelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada struktur kurikulum yang berlaku. 5. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk satuan

subtema serta mempertimbangkan waktu untuk penilaian serta review materi.

Komponen-komponen dalam menyusun Program Semester (Promes):

a. Identitas (antara lain satuan pendidikan, muatan pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran)

b. Format isian (antara lain tema, sub tema, pembelajaran ke alokasi waktu, dan bulan yang terperinci per minggu, dan keterangan yang diisi kapan pelaksanaan pembelajaran berlangsung).

(39)

c. Silabus

Silabus adalah rencana pelaksanaan pembelajaran untuk satu tahun pembelajaran. Silabus didefinisikan sebagai sebagai garis besar, ringkasan, ihktisar atau pokok-pokok isi materi pelajaran. Silabus berisi materi kurikulum yang telah diseleksi, dikelompokkan, diurutkan dan diukur kedalamnya berdasarkan pertimbangan jenjang dan kelas (Yani dan Mamat, 2018: 139). Menurut (Majid dan Rochaman, 2014: 243-244) menyatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Trianto (2014: 246) menyebutkan bahwa silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian.

Langkah dalam menyusun silabus menurut Warwanto (2009: 64): 1. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar

2. Merumuskan indikator dan kompetensi siswa 3. Menentukan materi pokok

4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran 5. Menentukan jenis penilaian

6. Menentukan sumber belajar dan media belajar 7. Menentukan alokasi waktu

(40)

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya dijelaskan bahwa RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. (Majid dan Rochman 2014: 261) menyebutkan bahwa RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Menurut Warwanto (2009: 65), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam silabus.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar Hosnan (2014: 98).

Komponen RPP menurut Hosnan (2014: 98) adalah sebagai berikut:

1) Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan. 2) Identitas mata pelajaran atau tema/ subtema. 3) Kelas/ semester.

4) Materi pokok.

(41)

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

8) Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. 9) Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang ditentukan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

10) Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.

11) Sumber belajar dapat berupa buku media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup

13) Penilaian hasil belajar.

Menurut pengertian ahli di atas dapat disimpulkan bahwa RPP merupakan pedoman pembelajaran yang berisikan kegiatan pembelajaran dalam satu pertemuan yang bertujuan mencapai kompetensi yang ditentukan.

4. Pembelajaran Inovatif

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif

(42)

dalam pembelajaran. Pada Kurikulum 2013 guru dituntut harus mampu menerapkan pembelajaran inovatif, agar siswa mampu menerima materi-materi yang disampaikan dan mampu bertindak aktif di kelas. Selain itu siswa juga akan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mendiri (Self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peeer mediated instruction). Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma kontruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru Darmadi (2017: 92).

Menurut Suyatno (2009: 06) mengemukakan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Hal lain dikatakan Nurdin dan Hamzah (2015: 106) berpendapat bahwa pembelajaran inovatif merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional).

Sesuai dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang memberikan variasi dalam belajar dan mewajibkan agar siswa menerima pengetahuan secara mandiri dari aktivitas yang dilakukan yang bertujuan memfasilitasi siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalamannya di kelas.

b. Prinsip Pembelajaran Inovatif

(43)

mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip (1) pembelajaran, bukan pengajaran (2) guru sebagai fasilitator, bukan instruktur (3) siswa sebagai subjek, bukan objek (4) multimedia, bukan monomedia (5) sentuhan manusiawi, bukan hewani (6) pembelajaran induktif, bukan induktif (7) materi bermakna siswa, bukan sekedar dihafal (8) keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.

c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif

Menurut Anggar (2011) pembelajaran Inovatif memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

Pembelajaran inovatif melatih siswa untuk berpikir kreatif sehingga siswa mampu memunculkan ide-ide baru yang positif. Di dalam pembelajaran ini siswa dapat mengembangkan kreativitasnya, sehingga bisa menemukan hal-hal baru di era globalisasi ini.

2) Menuntut kreativitas guru dalam mengajar.

Dalam hal ini guru dituntut untuk tidak monoton, maksudnya guru harus memunculkan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Kreativitas guru sangat diperlukan agar proses pembelajaran tidak membosankan.

3) Hubungan antara siswa dan guru menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun.

Guru dan siswa bersama-sama membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kelas sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran bisa terwujud.

4) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

(44)

5) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Dunia pendidikan akan lebih berwarna, tidak monoton dan akan terus berkembang menjadi semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi dunia kerja yang nantinya akan dijalani setiap orang.

6) Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar

Siswa harus bisa menempatkan diri dengan baik, siswa tidak boleh hanya diam tapi harus merusaha memotivasi dirinya sendiri agar berkembang. Pembelajaran inovatif akan membangkitkan semangat siswa untuk menjadi yang terbaik. d. Pembelajaran Inovatif yang Dikembangkan

1) Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR)

A. Pengertian Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR)

(45)

agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut (Penerbit Kanisius, 2008: 39).

Paradigma yang digunakan adalah dalam bentuk pribadi, siswa melakukan pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan refleksi yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengalaman tersebut, dan selanjutnya siswa diberikan pertanyaan aksi agar siswa dapat membuat niat atau berbuat sesuai dengan hati nurani.

Dapat disimpulkan model pembelajaran PPR merupakan model yang secara tidak langsung membentuk pendidikan karakter siswa dari pengalaman-pengalaman belajar di lingkungan melalui refleksi dan aksi.

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran, tetapi Paradigma Pedagogi Reflektif dapat dijadikan suatu model pembelajaran, metode pembelajaran dan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Menurut pendapat berbagai ahli di bawah yang menyatakan setiap pengertian yang dapat peneliti simpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif dapat dijadikan sebagai model pembelajaran, karena dalam Paradigma Pedagogi Reflektif juga terdapat beberapa sintaks atau tahapan untuk menerapkannya.

Pendekatan adalah suatu jalan cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola (Lefudin, 2017: 237).

(46)

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar Soekamto (dalam Shoimin, 2014: 23).

Strategi pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan lingkungan sebagai sumber belajar (Lefudin, 2017: 16).

Metode pembelajaran merupakan teknik bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas yang baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik (Darmadi, 2012:175).

B. Tujuan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR)

Pelaksanaan pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan upaya mempertajam model-model pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya, dengan memasukkan unsur-unsur yang terkandung dalam Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan fokus pencapaian tujuan pembelajaran yang melipusi 3C (competence, conscience, dan compassion). Menurut PEMP dan LPM

Universitas Sanata Dharma (2008: 22-13) 1. Competence

(47)

termasuk dalam kemampuan akademis ( berpikir reflektif, kritis, imajinatif, dan kreatif), keterampilan kejuruan, olahraga, dan keterampilan komunikasi.

Pada Kurikulum 2013, Competence termasuk dalam KI-3 dan KI-4. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan sedangkan (KI-4) untuk kompetensi inti ketrampilan. Pada Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk pengetahuan dijabarkan mengenai pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik. Menurut Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 mendeskripsikan kompetensi pengetahuan yaitu memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Haltersebut dilakukan dengan cara mengamati, menanya, mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di lingkungan sekitar. Kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menunjukan keterampilan berpikir dan bertindak (kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif) dengan bahasa yang jelas, sistematis, logis, dalam karya yang estetis, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai tahap perkembangan.

2. Conscience

Conscience adalah kemampuan afektif untuk moral.

(48)

Pada Kurikulum 2013, Conscience termasuk dalam Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap. Pada Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk sikap dijabarkan mengenai sikap yang dikembangkan peserta didik selama proses pembelajaran. Menurut Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 mendeskripsikan kompetensi sikap yaitu menunjukan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

3. Compassion

Compassion artinya mempunyai kepekaan untuk

berbuat baik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain, option for the poors.

Pada Kurikulum 2013, Compassion termasuk dalam Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti KI-1 termasuk dalam penulisan terhadap perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial. Tetapi KI-1 masuk dalam sikap spiritual. Sikap spiritual yang akan diamati adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. Sikap spiritual dapat dicontohkan dengan sikap ketaatan ibadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah makan, toleransi dalam beribadah. Contoh sikap spiritual dapat ditambahkan sesuatu karakteristik pendidikan.

C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR)

(49)

context – experience – reflection – action – evaluation.

Demikian paradigma pedagogi Ignasian menekankan langkah-langkah beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, evaluasi, tindakan dan kembali ke konteks. Secara singkat kerangka dasar paradigma pedagogi Ignasian itu diuraikan sebagai berikut.

a. Konteks

Konteks adalah deskripsi tentang dengan siapa berinteraksi bagaimana latar belakang dan pengalaman hidupnya di mana dan seperti apa lingkungan tempatnya berinteraksi apa yang diharapkan muncul dari interaksi tersebut.

Konteks nyata dari kehidupan mahasiswa yang mencakup keluarga, kelompok sebaya, situasi sosial, lembaga pendidikan, politik, ekonomi, suasana kebudayaan, media, musik, dan kenyataan kenyataan hidup lainnya. Keseluruhan teks tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa ke arah yang lebih baik atau lebih buruk, sehingga perlu direvisikan sebagaimana konteks tersebut mempengaruhi mahasiswa dalam bersikap, persepsi, mengambil keputusan, maupun melakukan pilihan-pilihan.

b. Pengalaman

(50)

supaya mereka dapat memperoleh pengetahuan yang semakin utuh.

Berdasarkan konteks-konteks yang telah dikenali pada tahap sebelumnya, dosen menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan mahasiswa mengingat pengalamannya yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dibahas. Mahasiswa didorong untuk menyaring fakta, menyimpan perasaannya, dan memilih nilai-nilai yang telah mereka kenal terkait dengan bidang ilmu yang mereka simak. Demikian mahasiswa siap menyerap pengetahuan baru menjalani pengalaman lebih lanjut.

Pada tahap ini mahasiswa diajak mencari pemahaman baru dengan melakukan perbandingan, kontra, evaluasi, analisis, dan sintesis atau semua kegiatan mental serta psikomotorik untuk memahami realitas secara lebih baik. Pengalaman yang diolah berupa pengalaman hidup mereka sendiri (pengalaman langsung) atau pengalaman yang diperoleh dari membaca dan mendengarkan (pengalaman tidak langsung).

Pengalaman dalam pembelajaran : 1. Pengalaman langsung

Pengalaman langsung adalah pengalaman atas peristiwa/ kejadian yang digeluti mahasiswa/ siswa sendiri baik di dalam maupun diluar kelas yang dikaitkan dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Misalnya diskusi, penelitian dalam laboratorium, kegiatan lintas alam dsb.

2. Pengalaman tidak langsung

(51)

mendengar, membaca, dan melihat melalui berbagai media.

c. Refleksi

Refleksi menjadi unsur yang penting dalam pendidikan ignasian karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi juga merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya. Refleksi berarti mengadakan penimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat pemahaman imajinasi dan perasaan menyangkut bidang ilmu pengalaman ide tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

Tujuan kegiatan refleksi adalah :

1. Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

2. Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dan antara pengetahuan dengan realitasnya.

3. Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggung jawabnya.

4. Membentuk hati nurani. Refleksi dilakukan dengan cara:

1. Memahami kebenaran yang dipelajari secara utuh. 2. Mengerti sumber-sumber perasaan yang dialami

dalam menelaah sesuatu.

3. Memperdalam pemahaman tentang implikasi yang telah dimengerti bagi diri sendiri dan bagi orang lain. 4. Mengusahakan mencapai makna untuk diri sendiri

(52)

5. Memulai dengan memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya sikapnya terhadap orang lain. d. Tindakan

Tindakan adalah pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap yaitu pilihan-pilihan batin hasil dari refleksi pengalaman dan manifestasi lahiriyah perwujudan nyata yang dapat dipertanggungjawabkan.

1. Pilihan-pilihan batin. Tahap ini merupakan momentum bagi peserta didik untuk memilih kebenaran sebagai miliknya, sambil tetap membiarkan diri ke arah mana ia dipimpin oleh kebenaran itu.

2. Pilihan yang dinyatakan secara lahir. Pada suatu ketika, makna-makna hidup, sikap, nilai-nilai, yang telah menjadi bagian dari dirinya, mendorong peserta didik berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinan barunya.

Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam praktek kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran di sini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin atau niat untuk berbuat sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan mandul, melainkan terarah ke kehidupan konkrit.

e. Evaluasi

(53)

bermanfaat untuk memperbaiki cara belajarnya, sedangkan bagi dosen merupakan masukan untuk memperbaiki cara dan metode pembelajaran.

D. Contoh bagan dinamika Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR) menurut Suparno (2013: 168)

Gambar 2.1 Desain PPR

E. Kelebihan Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Refleksi Suparno (2015: 65) menjelaskan bahwa, model pembelajaran PPR memberikan manfaat bagi peserta didik dan guru. Manfaat bagi peserta didik yaitu:

1. Peserta didik berkembang secara utuh.

Peserta didik menjadi kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan, kesadaran suara hati, kepekaan, dan juga bela rasanya bagi orang lain.

2. Peserta didik berkembang menjadi pribadi yang kritis, analitis terhadap persoalan yang sedang dihadapi dan dialami bukan hanya ikut dan menurut saja.

3. Peserta didik sungguh menguasai materi karena memang menggali sendiri secara aktif, kemudian merefleksikannya dalam hidup mereka.

4. Peserta didik memperoleh makna dari materi yang dipelajari bagi hidupnya dan bagi orang lain.

PENGALAMA

N KONTEKS

COMPETENCE CONSCIENCE COMPASSION

REFLEKSI AKSI

(54)

5. Peserta didik dapat memilih informasi yang ada secara kritis dan mengambil keputusan secara tepat, sehingga tidak diombang ambingkan dalam pecaturan zaman ini. 6. Karakter peserta didik menjadi berkembang.

7. Perkembangan karakter sangat dibutuhkan untuk kehidupan dan bekal bekerja di zaman global yang penuh tantangan.

8. Peserta didik bahkan dapat menemukan makna dari pembelajaran yang tidak baik dan dari kegagalan dalam belajar. Hal ini dapat dilakukan karena semua proses pembelajaran direfleksikan dan diambil maknanya bagi kehidupan di masa yang akan datang.

9. Peserta didik menyadari bahwa mereka hidup untuk mengabdi Tuhan melalui pelayanan kepada orang lain dan melalui pendalaman ilmu pengetahuan.

10. Peserta didik dibantu lebih realistik dalam kehidupan, sehingga tidak mudah putus asa.

Sedangkan manfaat bagi guru yaitu: 1. Guru lebih gembira.

Pengajaran pada peserta didik bukan hanya menambah pengetahuan saja, tetapi juga mengembangkan seluruh pribadi peserta didik terutama suara hati dan kepekaan mereka pada orang lain serta lingkungan.

2. Guru dan peserta didik menjadi teman yang akrab yang saling membantu dan meneguhkan.

(55)

F. Kelemahan model pembelajaran PPR

Dalam implementasi model pembelajaran PPR, juga ditemui kendala-kendala. Menurut Suparno (2015: 67) kendala implementasi model PPR antara lain:

1. Kekurangan waktu

Beberapa guru merasa bahwa jam pembelajaran sering tidak cukup untuk menjalankan PPR secara penuh. Terkadang materi yang banyak dan waktu yang terbatas membuat guru tidak sempat mengajak peserta didik untuk refleksi atas apa yang dipelajari, sehingga hasilnya tidak opimal.

2. Beberapa guru merasa terlalu repot dengan langkah PPR. Guru sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah, yang tidak membutuhkan banyak waktu dan persiapan. Dengan PPR, guru harus mempersiapkan konteksnya, pengalaman yang akan disajikan pada peserta didik, mengajak refleksi, dan menemukan aksi yang akan dilakukan. Proses ini dirasakan terlalu repot.

3. Beberapa guru masih belum menguasai langkah-langkah PPR.

Beberapa guru selalu mengadakan refleksi pada akhir pembelajaran dengan waktu yang tergesa-gesa sehingga kurang membantu peserta didik menemukan makna yang mendalam.

(56)

5. Pertanyaan refleksi yang sama sering juga menjemukan dan kadang kurang dapat menggali pengalaman batin yang mendalam pada diri peserta didik.

6. Pada umumnya, peserta didik untuk Sekolah Dasar belum dapat berefleksi, sehingga perlu banyak dilatih dan dibantu oleh guru dengan berbagai pertanyaan.

7. Siswa tidak mengalami sesuatu yang menyentuh batinnya dalam proses belajar, sehingga pembelajaran kurang dirasakan bermakna bagi hidupnya.

2) Model Pembelajaran Inquiry

A. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inkuri merupakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajara Kunandar (dalam Shoimin, 2014: 85). Menurut Gulo (dalam Trianto, 2009: 166) menyatakan strategi inkuiri berarti rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194).

(57)

siswa. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah sebabnya pendekatan ini sangat dekat dengan prinsip kontruktivis, di mana pengetahuan itu dikontruksi oleh siswa. Pantas dicatat dari metode ini adalah isi dan proses penyelediakan diajarkan bersama dalam waktu yang bersamaan. Siswa melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri.

Menurut pendapat ahli yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dengan kegiatan yang memfokuskan siswa aktif untuk memiliki pengalaman belajar dalam mencari konsep-konsep tertentu.

B. Langkah Model Pembelajaran Inquiry

Uraian secara lebih rinci langkah-langkah metode inkuiri menurut Kindsvatter, Wilen & Ishler (dalam Suparno, 2013: 72-74) sebagai berikut :

1) Orientasi

Pada tahap ini, guru bertanggung jawab untuk membina suasana pembelajaran yang responsive. Dalam strategi ini guru akan merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir dan memecahkan suatu masalah. Orientasi ini menjadi tahapan yang paling menentukan keberlangsungan proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa tahapan langkah orientasi :

a. Menjelaskan tujuan dari topik yang akan dibahas dan capaian-capaian yang bisa di dapat siswa dari proses belajar itu.

(58)

c. Menjelaskan tentang pentingnya topik yang akan menjadi pembahasan ini menjadi penting agar siswa termotivasi.

2) Identifikasikan dan Klarisifikasi Persoalan

Langkah awal adalah menemukan persoalan yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas dan diklarifikasi. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila perseorangan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu muda yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalannya sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.

3) Membuat Hipotesis

(59)

4) Mengumpulkan Data

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. 5) Menganalisis Data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel biar mudah dibaca dan dianalisis. Kadang sangat baik data disusun atau dikelompokkan menurut: (1) yang menguatkan hipotesis, (2) yang melemahkan hipotesis, (3) yang netral di sini. Di sini kadang guru perlu campur tangan karena data yang banyak siswa kadang bingung untuk menentukan langkah selanjutnya.

6) Mengambil Kesimpulan

Gambar

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan ................................................................
Gambar 2.1 Desain PPR
Gambar 2.2 Literature Map
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cover depan produk terdiri dari judul Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2 Kegiatan Siang Hari Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar;

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan bahwa diperlukan adanya contoh perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema tugasku sebagai umat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif sub tema Bermain di Lingkungan Rumah mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II

Pembelajaran terpadu mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.. Dari buku di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

Komponen RPP terdiri dari: 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan, 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema, 3) kelas/semester, 4) materi pokok, 5) alokasi

Komponen RPP terdiri dari: 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan, 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema, 3) kelas/semester, 4) materi pokok, 5) alokasi

Komponen RPP terdiri atas: 1 identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2 identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3 kelas/semester; 4 materi pokok; 5 alokasi waktu ditentukan

 Materi pokok  Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD