• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema tugasku sebagai umat beragama mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema tugasku sebagai umat beragama mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

INOVATIF DALAM SUB TEMA TUGASKU SEBAGAI UMAT

BERAGAMA MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA

KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Siti Lestari Pamungkas

NIM: 151134155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Allah SWT.

2. Sahabat dan pihak yang mendukung setiap langkah yang kulakukan dalam

penyelesaian penelitian ini.

3. Kedua orang tua tercinta Ibu Partini dan Bapak Sukino yang memotivasiku

untuk selalu berusaha dan pantang menyerah.

4. Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan memberikan motivasi peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata

(5)

v MOTTO

“Apapun masalah yang dihadapi, Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik”

“Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tak dapat diulang kembali”

“Ketika Tuhan memberikan cobaan, Tuhan pasti tahu bahwa kita dapat

menghadapi cobaan yang diberikan-Nya”

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita” (QS At Taubah : 40). Ketika menghadapi suatu ujian tak perlu bersedih hati,

kebahagiaan dan kesedihan kadang datang silih berganti tergantung bagaimana

kita menghadapinya. Kembalikan segalanya pada sang pencipta bahwa segala

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Februari 2019

Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Siti Lestari Pamungkas

Nomor Mahasiswa : 151134155

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Tugasku sebagai Umat Beragama Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II

Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 7 Februari 2019

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA “TUGASKU SEBAGAI UMAT BERAGAMA” MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH

DASAR

Siti Lestari Pamungkas Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan bahwa diperlukan adanya contoh perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema tugasku sebagai umat beragama mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II sekolah dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema tugasku sebagai umat beragama mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II sekolah dasar.

Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Ada 10 (sepuluh) langkah pengembangan penelitian menurut Borg dan Gall namun peneliti membatasi sampai 7 (tujuh) langkah yaitu (1) potensi dan masalah (observasi dan wawancara), (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir berupa perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013. Peneliti menggunakan dua model pembelajaran inovatif yaitu model cooperative learning tipe snowball throwing dan model problem based learning.

Berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran inovatif dari kedua pakar, pembelajaran inovatif yang dikembangkan dengan model cooperative learning tipe snowball throwing dan model problem based learning diperoleh skor rerata 4,19 dengan kualitas “baik”. Sedangkan berdasarkan penilaian melalui uji coba terbatas oleh satu guru kelas II dan satu calon guru sekolah dasar diperoleh skor rerata 4,34 dengan kualitas “sangat baik”. Jadi peneliti mendapat skor rerata dari hasil validasi dan uji coba 4,26. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif (model cooperative learning tipe snowball throwing dan model problem based learning) yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik”.

(9)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING DEVICE ON THE SUB THEME “TUGASKU SEBAGAI UMAT BERAGAMA” REFERRING TO CURRICULUM 2013 FOR THE SECOND GRADE

ELEMENTARY SCHOOL

Researcher used the research and development steps of Borg and Gall. They are 10 (ten) steps of research development according to Borg and Gall however the researcher only used 7 (seven) steps, there are: (1) potential and problems (observation and interviews), (2) data collection, (3) product design, (4) validation design, (5) design revision, (6) product trial, (7) product revision, to produce the final product in the form of innovative learning devices referring to the 2013 Curriculum. The researcher used two innovative learning model is cooperative learning model type snowball throwing and problem based learning model.

Based on the results of the validation of innovative learning devices from the two experts, innovative learning developed with the cooperative learning type snowball throwing model and the problem based learning model obtained an average score of 4.19 with "good" quality. While based on the assessment through limited trials by the second grade elemnetary school teacher and one primary school teacher candidate, an average score of 4.34 was obtained with "very good" quality. Therefore the researcher received the average score from the results of validation and trial 4.26. The score demonstrate that innovative learning devices (cooperative learning model of snowball throwing types and problem based learning model) developed has "very good" qualities.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kasih serta karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Tugasku

sebagai Umat Beragama Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas II Sekolah

Dasar dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti mendapat

banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak baik secara

langsung maupun secara tidak langsung sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Maka dari itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. M. Fathkur Rohman A, S.Pd, mahasiswa program PPG selaku validator

perangkat pembelajaran inovatif yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini dengan memvalidasi produk penelitian.

6. Erviana Pramitasari, S.Pd., guru kelas IIA SDN Kalasan 1 selaku validator

perangkat pembelajaran inovatif yang telah memberikan bantuan dalam

penelitian ini dengan memvalidasi produk penelitian dan memberi nilai uji

coba produk.

7. Dyah Wahyu Utamingtyas, calon guru sekolah dasar yang telah membantu

peneliti dalam melakukan uji coba produk dan memberi nilai uji coba

(11)

xi

8. Sarjono, S.Pd.SD., selaku Kepala Sekolah SDN Kalasan 1 yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

9. Seluruh siswa kelas IIA SDN Kalasan 1 yang telah mendukung peneliti

dalam melakukan uji coba.

10.Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses

perizinan penelitian skripsi.

11.Partini dan Sukino selaku orang tua peneliti yang telah memberikan

semangat dan doa.

12.Teman-temanku yang selalu memberikan dukungan dan semangat Halimah,

Anisa, Ampika, Ligya, Fahmia, Mega, Mei, Galih dan Diah.

13.Teman penelitian payung kecil Anugrah Ningrum Saputri, Anita Nur Fajar

Asri, Hilaria Heladita yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

14.Teman-teman mahasiswa payung pembelajaran inovatif yang selalu

memberi bantuan dan motivasi kepada peneliti.

15.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk

bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan

kekurangan, maka peneliti membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak

untuk menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini berguna

bagi pihak pembaca dan dunia pendidikan.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

E. Definisi Operasional... 7

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013 ... 12

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21 ... 23

3. Perangkat Pembelajaran ... 28

4. Pembelajaran Inovatif ... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 50

C. Kerangka Berpikir ... 53

(13)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. Jenis Penelitian ... 56

B. Setting Penelitian ... 60

C. Prosedur Pengembangan ... 61

D. Uji Coba Terbatas ... 65

1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 65

2. Instrumen Penelitian ... 65

3. Teknik Pengumpulan Data ... 66

4. Teknik Analisis Data ... 68

E. Jadwal Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Analisis Kebutuhan ... 72

1. Hasil Observasi dan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 72

2. Pembahasan Hasil Observasi, Hasil Wawancara, dan Analisis Kebutuhan ... 87

B. Deskripsi Produk Awal ... 88

C. Validasi Ahli dan Revisi Produk ... 91

1. Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 91

2. Revisi Produk ... 101

D. Uji Coba Terbatas ... 102

1. Data Uji Coba Terbatas ... 102

2. Revisi Uji Coba dan Produk ... 111

E. Kajian Produk Akhir ... 112

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 116

1. Hasil Penelitian ... 116

2. Pembahasan ... 118

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Keterbatasan Pengembangan ... 129

C. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN ... 133

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Dimensi pengetahuan dan dimensi proses koginif dalam tabel

Taksonomi Bloom ... 23

Tabel 2.2 Paradigma pembelajaran abad 21 ... 25

Tabel 2.3 Sintaks atau langkah-langkah model cooperatif learning tipe snowball throwing ... 45

Tabel 2.4 Sintaks atau langkah-langkah PBL ... 49

Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima ... 69

Tabel 3.2 Konversi skala lima ... 70

Tabel 4.1 Saran pakar pembelajaran inovatif model cooperative learning tipe snowball throwing dan revisi ... 95

Tabel 4.2 Saran pakar pembelajaran inovatif model problem based learning dan revisi ... 98

Tabel 4.3 Komentar validator dan revisi uji coba perangkat pembelajaran model cooperative learning tipe snowball throwing ... 107

Tabel 4.4 Komentar validator dan revisi uji coba perangkat pembelajaran model problem based learning ... 109

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Literature Map ... 52

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 54

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall ... 57

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pedoman wawancara ... 134

Lampiran 2 Rangkuman hasil wawancara ... 136

Lampiran 3 Pedoman observasi ... 166

Lampiran 4 Hasil observasi ... 169

Lampiran 5 Pernyataan validasi produk perangkat pembelajaran ... 178

Lampiran 6 Hasil validasi produk pakar 1 ... 186

Lampiran 7 Hasil validasi produk pakar 2 ... 200

Lampiran 8 Pernyataan uji coba produk perangkat pembelajaran ... 214

Lampiran 9 Hasil validasi guru SD melalui uji coba terbatas ... 218

Lampiran 10 Hasil validasi calon guru SD melalui uji coba terbatas ... 234

Lampiran 11 Surat ijin penelitian ... 250

Lampiran 12 Surat pernyataan Kepala Sekolah ... 251

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Implementasi Kurikulum 2013 di sekolah/ madrasah yang dimulai di

sejumlah sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, secara

terbatas, merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan yang dilakukan oleh

pemerintah. Pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan upaya

peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan

mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Madjid (dalam

Prastowo, 2015: 5) mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan

bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Orientasi Kurikulum

2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi

sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Maka Kurikulum 2013 menegaskan

mengenai pentingnya keterampilan abad 21 yaitu 4C (critical thinking,

creative thinking, collaborative, communicative).

Mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus mulai merubah pola

pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Pola pembelajaran tradisional bisa dipahami

sebagai pola pembelajaran dimana guru lebih banyak ceramah sedangkan

siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal, tanpa mencoba

mempraktikkan apa yang sedang dipelajari. Guru agar mampu

mengembangkan pembelajaran abad 21 ini ada beberapa hal yang penting

untuk diperhatikan yaitu tugas utama guru sebagai perencana pembelajaran,

memasukkan unsur berpikir tingkat tinggi, penerapan pola pendekatan dan

model pembelajaran yang bervariasi, serta integrasi teknologi.

Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran

tematik merupakan program pembelajaran yang berangkat dari satu tema/

topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai perspektif atau ditinjau

dari berbagai aspek mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah (Kadir,

(18)

2

merupakan salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu

model terjala (webbed) yang pada intinya menekankan pada pola

pengorganisasian materi yang terintegrasi dipadukan oleh suatu tema

(Kurniawan, 2014: 95). Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran

tematik, guru akan lebih dimudahkan dengan adanya perangkat pembelajaran.

Suhadi (2007: 24) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan

sejumlah bahan, media, alat, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran juga menentukan

keberhasilan seorang guru untuk membuat siswa aktif dan kreatif karena pada

Kurikulum 2013, siswa diarahkan untuk aktif dalam pembelajaran.

Penggunaan model atau strategi pembelajaran juga sangat diperlukan untuk

mendukung kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013.

Saat ini, di kalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran

inovatif. Di mana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu oleh guru untuk

diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan di kelas. Pada kurikulum 2013 yang

menekankan keterampilan abad 21, guru diharuskan memiliki kreativitas dan

memiliki inovasi untuk membuat perangkat pembelajaran yang memiliki

tujuan untuk mencapai keterampilan pada abad 21 yang mencakup berpikir

kritis, berpikir kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.

Pembelajaran inovatif mengandung arti pembelajaran merupakan wujud

gagasan atau teknik yang dipandang guru agar mampu memfasilitasi peserta

didik untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar (Suyatno,

2009: 6). Guru dapat membuat perangkat pembelajaran inovatif untuk

menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum

2013 secara efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan.

Pembelajaran inovatif ideal untuk diimplementasikan di sekolah dasar

karena dengan pembelajaran inovatif, siswa akan lebih aktif dalam

pembelajaran, penerapan model pembelajaran yang tepat dan pemanfaatan

media pembelajaran yang sesuai akan sangat membantu siswa dalam proses

(19)

3

inovatif memiliki beberapa prinsip, yaitu berpusat pada siswa, berbasis

masalah, terintegrasi, berbasis masyarakat, memberikan pilihan, tersistem, dan

berkelanjutan, sehingga ideal untuk dimplementasikan di sekolah dasar.

Menurut Piaget, siswa sekolah dasar masuk dalam kategori tahapan

operasional konkret (7-12 tahun) yang ditandai oleh kemampuan siswa tentang

benda-benda dapat dimanipulasi atau dikenal melalui indera. Jadi pada tahap

operasional konkret, siswa sudah dapat berpikir konkret tentang benda-benda

yang ada di lingkungan sekitar mereka. Oleh karena itu, guru perlu

memperhatikan tahap perkembangan anak. Guru perlu memberikan contoh

yang konkret atau nyata saat menjelaskan materi pembelajaran. Apalagi untuk

siswa kelas II sekolah dasar yang merupakan siswa kelas rendah yang mana

siswa lebih sulit berkonsentrasi untuk belajar dibandingkan siswa kelas atas,

guru harus dapat memberikan inovasi-inovasi supaya materi tersampaikan

kepada siswa tetapi siswa juga berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk membuat siswa berperan

aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang mengacu pada

Kurikulum 2013 harusnya tidak menitikberatkan pada aspek kognitif saja,

tetapi juga meliputi aspek afektif dan psikomotorik. Guru juga harus

menuntun siswa menuju berpikir tingkat tinggi (Prastowo, 2015: 3).

Pemerintah sudah menyiapkan buku pegangan guru dan siswa, sudah ada

kompetensi inti, kompetensi dasar, serta tujuan pembelajaran, guru perlu

mengembangkan kegiatan pembelajaran tersebut dengan menggunakan

metode, model, maupun strategi yang sesuai dengan kondisi siswa.

Peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada guru kelas II yang

dilaksanakan pada bulan Mei dan Juli 2018 di 1 (satu) SD di Kecamatan

Kalasan, 1 (satu) SD di Kecamatan Kentungan, dan 1 (satu) SD di Kecamatan

Tegalrejo yang menerapkan Kurikulum 2013. Peneliti memilih kelas II untuk

pelaksanaan pembelajaran inovatif karena pembelajaran inovatif sesuai

diterapkan di peserta didik kelas II dan peserta didik kelas II merupakan

peserta didik yang aktif, apabila guru hanya menggunakan metode ceramah

(20)

4

inovatif pada peserta didik kelas II sekolah dasar maka pembelajaran akan

lebih efektif serta melibatkan peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan 1 (satu)

guru kelas II SD di Kecamatan Kalasan dan 2 (dua) guru kelas II SD di

wilayah Sleman mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 dan pembelajaran

inovatif, guru masih membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Harian (RPPTH) dengan menyalin dari buku pegangan guru atau mengunduh

dari internet. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran

inovatif dan model-model pembelajaran inovatif, guru sedikit mengetahui

mengenai pembelajaran inovatif dan model-model pembelajaran inovatif

tetapi untuk penerapannya guru mengalami kesulitan. Guru juga belum

sepenuhnya paham mengenai penerapan-penerapan model pembelajaran

inovatif tersebut dan guru hanya menerapkan satu model pembelajaran untuk

diterapkan di dalam kelas. Ketiga guru yang diwawancarai oleh peneliti telah

mengikuti seminar dan pelatihan mengenai Kurikulum 2013. Namun, guru

belum sepenuhnya memahami karakteristik dari Kurikulum 2013.

Peneliti juga melakukan observasi kegiatan pembelajaran kelas II di 1

(satu) SD di Kecamatan Kalasan dan 2 (dua) SD di wilayah Sleman.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi yaitu

guru cenderung terpaku pada buku pegangan guru dan langkah-langkah

pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan apa yang termuat dalam

buku pegangan guru tersebut sehingga guru tidak banyak melakukan

inovasi-inovasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Ketiga guru masih

menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Peneliti melihat

peserta didik mengalami kebosanan sehingga peserta didik tidak

memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi. Guru yang peneliti

wawancarai menginginkan contoh pengembangan dari perangkat

pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 khususnya pada Tema 3

(21)

5

Terjadi kesenjangan antara kondisi ideal dan faktual, yaitu guru belum

membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik

sehingga dalam pengajarannya tidak maksimal. Banyak guru yang hanya

mengikuti kegiatan yang ada pada buku pegangan guru dan buku pegangan

siswa. Guru juga kurang dalam mengembangkan materi pembelajaran, karena

pada buku Kurikulum 2013, materi yang tercantum terbatas. Pemerintah sudah

menyiapkan buku pegangan guru dan peserta didik, tetapi guru tidak

mengembangkan kegiatan yang ada pada buku guru atau membuat

inovasi-inovasi dengan kegiatan yang lebih membuat siswa aktif saat kegiatan

pembelajaran serta memudahkan peserta didik untuk menerima materi yang

akan disampaikan oleh guru.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan kebutuhan guru, peneliti

terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Tugasku sebagai Umat Beragama Mengacu Kurikulum 2013

untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”. Tresnantyo melakukan penelitian

tentang pengembangan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada kelas II dengan sub tema “Tugasku sebagai Umat Beragama”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah adalah wawancara dan kuisioner.

Teknik analisis yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Penelitian ini memperoleh hasil validasi dengan rata-rata skor 3,83. Skor tersebut masuk dalam kategori “baik” dan produk layak digunakan pada tahap uji coba yang lebih luas.

Penelitian ini dibatasi pada perangkat pembelajaran inovatif dalam sub

tema tugasku sebagai umat beragama mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa

kelas II sekolah dasar. Peneliti menggunakan dua model pembelajaran inovatif

yaitu model cooperative learning tipe snowball throwing dan model problem

based learning atau model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran

inovatif mampu memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan

(22)

6

karakteristik peserta didik sebagai pembelajar. Salah satu prinsip pembelajaran

inovatif yaitu membuat peserta didik partisipatif dalam kegiatan pembelajaran,

bukan pasif. Model pembelajaran inovatif yang peneliti gunakan mampu

membantu siswa belajar secara menyeluruh dan siswa lebih aktif terlibat

dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, pengembangan perangkat

pembelajaran ini akan membantu guru dalam mengembangkan perangkat

pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013 khususnya pembelajaran

inovatif.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema

Tugasku sebagai Umat Beragama Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa

Kelas II Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema

Tugasku sebagai Umat Beragama Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa

Kelas II Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai contoh untuk melaksanakan

perangkat pembelajaran inovatif mengacu pada Kurikulum 2013.

Penelitian juga memberikan pengetahuan dan wawasan baru mengenai

pembelajaran inovatif.

2. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun

penelitian Research and Development (R&D) khususnya pada

pengembangan dan penerapan perangkat pembelajaran inovatif mengacu

(23)

7 3. Bagi Siswa

Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif dan menyenangkan

serta siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

4. Bagi Sekolah

Sekolah memperoleh pengetahuan baru mengenai penerapan perangkat

pembelajaran inovatif mengacu pada Kurikulum 2013, sehingga dapat

mendorong untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran melalui penerapan

perangkat pembelajaran inovatif di sekolah dasar.

5. Bagi Prodi PGSD

Menambah referensi atau bahan bagi prodi PGSD Universitas Sanata

Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalan sub

tema Tugasku sebagai Umat Beragama mengacu Kurikulum 2013 untuk

siswa Kelas II sekolah dasar.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang dikemas oleh guru

sedemikian rupa sebagai wujud gagasan atau teknik baru dengan

langkah-langkah pembelajaran yang menunjang kemajuan proses dan hasil kegiatan

pembelajaran.

2. Perangkat pembelajaran merupakan alat atau perlengkapan yang

digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Peneliti membatasi

pada perangkat meliputi program tahunan, program semester, silabus, dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Kurikulum sekolah dasar 2013 merupakan seperangkat rencana untuk

menyempurnakan KBK, dimana ditekankan pada tiga aspek yaitu aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menekankan pada pendidikan

karakter sebagai fondasi pada tingkat berikutnya.

4. Model pembelajaran cooperative tipe snowball throwing adalah suatu

model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok dan

diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian

(24)

8

(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa

menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

5. Model problem based learning adalah model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah yang nyata

sehingga peserta didik mampu mengembangkan keterampilan dalam

menyelesaikan masalah, berpikir kritis dalam mempelajari pengetahuan

yang baru.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa buku yang

memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Cover

Cover depan produk terdiri dari judul pengembangan perangkat

pembelajaran inovatif yaitu perangkat pembelajaran inovatif dalam sub

tema Tugasku sebagai Umat Beragama mengacu Kurikulum 2013 untuk

siswa kelas II sekolah dasar; nama penulis; logo universitas, keterangan

yang berisi program studi yaitu pendidikan guru sekolah dasar, jurusan

yaitu ilmu pendidikan, fakultas yaitu keguruan dan ilmu pendidikan,

universitas yaitu sanata dharma Yogyakarta. Cover belakang berisi

sinopsis dan biodata singkat penulis.

2. Ukuran kertas

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan

sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

3. Format tulisan

Produk ditulis menggunakan theme font “Times New Rowman” dengan

spasi 1,5 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.

4. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan

(25)

9

penyusunan produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan

saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi produk beserta nomor halaman.

6. Perangkat pembelajaran program tahunan untuk kelas II SD semester

gasal dan genap. Program tahunan adalah rencana umum pelaksanaan

pembelajaran muatan pelajaran yang berisi antara lain rencana penetapan

alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Program tahunan dibuat sesuai

dengan kalender pendidikan dari tahun 2018/2019.

Komponen-komponen dalam menyusun program tahunan: identitas (antara lain

kelas, tahun pelajaran, dan satuan pendidikan) dan format isian (antara

lain tema, subtema, dan alokasi waktu). Program tahunan terdapat 2

sampai 3 halaman berbentuk portrait.

7. Perangkat pembelajaran program semester untuk kelas II SD semester

gasal

Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga

program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan.

Program semester dilihat melalui kalender pendidikan dari semester

gasal tahun 2018/2019. Program semester berisikan identitas (satuan

pendidikan, kelas, tahun pelajaran) dan format isian (tema, sub tema,

pembelajaran, dan alokasi waktu)

8. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas II SD semester gasal tahun

2018/2019

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum

berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan

rancangan penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu

atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup kompetensi

inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator,

(26)

10

9. Perangkat pembelajaran RPP disusun lengkap terdiri dari 1) identitas

RPP; 2) kompetensi inti; 3) kompetensi dasar, indikator, dan tujuan

pembelajaran; 4) pendekatan, tipe, model dan metode; 5) alat dan bahan

serta sumber belajar; 6) langkah pembelajaran; 7) penilaian; 8)

rangkuman materi 9) lampiran yang berisi LKS, media dan rubrik

penskoran. Dalam satu sub tema terdapat enam pembelajaran, sehingga

menghasilkan enam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

10.Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti memuat Penjelasan

pembelajaran inovatif sesuai dengan model pembelajaran

masing-masing. Peneliti menggunakan dua model pembelajaran, yaitu:

a. Cooperative Learning tipe Snowball Throwing

Model pembelajaran snowball throwing digunakan pada

pembelajaran ke-1, 3, dan 4.

b. Problem Based Learning

Model pembelajaran problem based learning digunakan pada

pembelajaran ke-2, 5, dan 6.

11.Terdapat pendekatan scientific yang merupakan proses pembelajaran

yang dirancang supaya peserta didik mengkonstruk konsep melalui tahap

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, atau prinsip yang

ditemukan.

12.Dikemas dalam pembelajaran terpadu yang mempunyai karakteristik

berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan

mata pelajaran yang tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai

mata pelajaran, bersifat fleksibel (guru dapat mengaitkan mata pelajaran

yang satu dengan yang lain), dan menggunakan prinsip belajar sambil

(27)

11

13.Penguatan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam seluruh mata

pelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.

Pendidikan karakter yang dikembangkan memuat aspek spiritual dan

aspek sosial. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau

nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

14.Menerapkan High Order Thinking Skill (HOTS) yang meliputi tingkat

Taksonomi Bloom pada C4 sampai C6. C4 merupakan kegiatan

menganalisis yang menggunakan kata kerja operasional memilih,

membandingkan, menguraikan, mengaitkan, dll. Sedangkan C5 yaitu

kegiatan mengevaluasi yang menggunakan kata kerja operasional

mengkritik, memeriksa, menilai, membuktikan, dll. C6 yaitu kegiatan

mencipta yang menggunakan kata kerja operasional merumuskan,

merencanakan, memproduksi, membuat hipotesis, mendesain,

menciptakan, dll.

15.Menerapkan penilaian otentik mengandung aspek sikap spiritual dan

sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Penilaian dilengkapi

dengan instrumen penilaian yang memuat kunci jawaban dari soal

tertulis, daftar cek atau pedoman observasi bagi penilaian dengan teknik

observasi, dan cara skoring.

16.Mengembangkan keterampilan dasar belajar abad 21

Mengembangkan 4 (empat) keterampilan atau 4C yaitu berpikir kritis

(critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kerjasama

(collaborative), dan komunikasi (communicative).

17.Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Penyusunan RPP memperhatikan ketentuan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia (PUEBI) yang meliputi tanda baca, huruf kapital,

(28)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Sebelum membahas mengenai karakteristik Kurikulum 2013. Kita

perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa kurikulum

merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Fadillah (2014: 13) berpendapat bahwa kurikulum

merupakan wadah yang akan menentukan arah pendidikan.

Sanjaya (dalam Yani, 2014: 6) berpendapat hampir sama dengan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, kurikulum merupakan sebuah

dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi

materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa,

strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang

untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta

implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Berdasarkan pendapat para ahli, kurikulum merupakan seperangkat

perencanaan yang berisi tujuan, isi, bahan pengajaran, pengalaman

belajar, strategi, cara yang dapat dikembangkan evaluasi serta

implementasi dari perencanaan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Saat ini kurikulum di sekolah dasar yang berlaku di Indonesia

adalah Kurikulum 2013 setelah sebelumnya menggunakan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan

kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014.

Pada Kurikulum 2013 ada peningkatan dan keseimbangan soft skills

dan hard skills yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan

(29)

nilai-13

nilai sikap dan mengembangkan keterampilan melalui pengetahuan

yang diperoleh siswa di sekolah. Demikian, peserta didik diharapkan

memiliki kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dapat

dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang

dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan

soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan

pengetahuan (Fadillah, 2014: 16).

Menurut Mulyasa (2014: 6), Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

yang menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat

dasar yang akan menjadi fondasi pada tingkat pendidikan berikutnya.

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK

dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan.

Berdasarkan pemaparan mengenai Kurikulum 2013, dapat

disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana

untuk menyempurnakan KBK, dimana ditekankan pada tiga aspek yaitu

pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menekankan pada

pendidikan karakter sebagai fondasi pada tingkat berikutnya. Adapun

karakteristik Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

a. Terpadu

Pada Kurikulum 2013, seluruh konten pelajaran dikemas secara

tematik terpadu, kecuali untuk mata pelajaran agama dan budi

pekerti yang mandiri. Sebelumnya Kurikulum 2013 menggunakan

pembelajaran tematik, tetapi sekarang menggunakan pembelajaran

tematik terpadu. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memberikan pengertian, terpadu yaitu sudah dipadu (disatukan,

dilebur, menjadi satu dan sebagainya). Sebelumnya pembelajaran

tematik hanya difokuskan pada kelas I – III sedangkan pada

(30)

14

seharusnya saat ini, semua sekolah dasar dari kelas I sampai kelas

VI sudah menerapkan Kurikulum 2013.

Kurniawan (2014: 95), menjelaskan bahwa tematik adalah salah

satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model

terjala (webbed). Kadir (2014: 9) menuturkan bahwa pembelajaran

tematik adalah pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi

dengan menggunakan tema tertentu. Selain itu, Yani (2014: 114)

mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang tidak menggunakan “nama-nama disiplin ilmu” sebagai nama mata pelajaran akan tetapi menggunakan tema-tema tertentu. Tema

yang digunakan berfungsi untuk mengaitkan beberapa pokok

bahasan dalam satu mata pelajaran yang disebut tematik (saja)

sedangkan tema yang mengikat beberapa pokok bahasan dan sejumlah mata pelajaran yang berbeda disebut “tematik terpadu”. Trianto (2011: 147) juga berpendapat hampir sama dengan Kadir

dan Yani, pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran

yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pada

pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Pada dasarnya, pembelajaran tematik merupakan pembelajaran

yang menggunakan tema-tema, terdiri dari berbagai mata pelajaran

dalam satu tema. Proses pembelajaran melalui satu tema

diharapkan dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna

kepada peserta didik. Pada pembelajaran tematik, peserta didik

bukan hanya mempelajari satu mata pelajaran dalam satu

pembelajaran, tetapi juga mempelajari mata pelajaran lainnya

dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, Kurikulum 2013

memiliki karakteristik terpadu, karena memadukan beberapa mata

(31)

15 b. Saintifik

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum

2013 ialah pendekatan scientific. Pendekatan scientific yang

digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses

ilmiah (Fadillah, 2014: 175). Pendekatan scientific dimaksudkan

untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam

mengenal, memahami berbagai materi pelajaran menggunakan

pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,

kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru

(Majid, 2014: 70). Melalui pendekatan scientific, peserta didik

mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi

dengan baik. Pengertian pendekatan scientific atau ilmiah menurut

Kemendikbud tahun 2013, pendekatan scientific merupakan suatu

cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar

mendapat pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang

didasarkan pada suatu metode ilmiah.

Menurut Majid (2014: 75), proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan scientific dilakukan melalui lima tahapan

atau biasa disebut 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba,

menalar, dan mengomunikasikan. Melalui kegiatan 5M tersebut

dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta

didik secara maksimal. Kelima tahapan tersebut diterapkan dan

dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan scientific dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Mengamati

Mengamati juga biasa disebut dengan observasi. Pada

kegiatan mengamati, aktivitas pembelajaran yang dapat

dilakukan yaitu melihat, mengamati, membaca, mendengar,

menyimak (tanpa dan dengan alat). Pendidik dapat menyajikan

(32)

16

senang dan merasa tertantang. Kegiatan mengamati sangat

bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik

sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang

tinggi.

2) Menanya

Pada kegiatan bertanya menurut Majid (2014: 78), guru

harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan

dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula

guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar

dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan dari peserta

didik, ketika itu pula guru mendorong peserta didik untuk

menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Pada kegiatan menanya, aktivitas pembelajaran yang dapat

dilakukan yaitu:

a) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang

bersifat hipotesis.

b) Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri

(menjadi suatu kebiasaan).

Fungsi dari kegiatan bertanya yaitu membangkitkan rasa

ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu

tema atau topik pembelajaran. Siswa juga terdorong untuk

aktif dalam belajar.

3) Mencoba atau Mengumpulkan Informasi

Kegiatan mencoba berarti juga kegiatan mengumpulkan

informasi. Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan

tindak lanjut dari kegiatan bertanya. Menurut Hosnan (2014:

57) kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang ada dan

melalui berbagai cara. Aktivitas mengumpulkan informasi

(33)

17

sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/

aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya.

Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan mencoba atau

mengumpulkan informasi yaitu mengembangkan sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan

berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan

informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang

hayat.

4) Menalar

Majid (2014: 84) menuturkan bahwa menalar merupakan

salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk

menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan

pelaku aktif. Peserta didik harus lebih aktif daripada guru saat

kegiatan pembelajaran. Menurut Majid (2014: 84), penalaran

adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas

fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan.

Pada kegiatan menalar, aktivitas pembelajaran yang dapat

dilakukan yaitu:

a) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,

menentukan hubungan data/ kategori.

b) Menyimpulkan dari hasil analisis data.

5) Mengomunikasikan

Peserta didik diharapkan dapat mengomunikasikan hasil

pekerjaan yang telah disusun secara bersama-sama dalam

kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang

telah dibuat bersama. Pada kegiatan mengomunikasikan,

(34)

18

menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,

tulisan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pendekatan scientific

dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang

dilakukan melalui tahapan ilmiah yaitu kegiatan mengamati,

menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.

c. Penilaian Otentik

Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar

Penilaian Pendidikan memberikan pengertian bahwa standar

penilaian pendidikan merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan,

manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian

hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam

penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian perlu disesuaikan

dengan perkembangan dan kebutuhan dalam penilaian hasil belajar.

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 juga memberikan pengertian

dari penilaian yaitu penilaian merupakan proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

peserta didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar

meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.

Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik. Sedangkan

penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan

dalam melakukan tugas tertentu. Penilaian hasil belajar oleh peserta

didik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,

kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

(35)

19

Salah satu karakteristik Kurikulum 2013 yaitu penilaian

otentik. Abidin dalam (Yani, 2014: 146) mengemukakan bahwa

penilaian otentik adalah mengukur, memonitor, dan menilai semua

aspek hasil belajar (yang tercakup dalam ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu

proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan

aktifitas, dan perolehan belajar siswa selama proses pembelajaran

di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan Hosnan (2014:

387) berpendapat bahwa, penilaian otentik adalah pengukuran yang

bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk

ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Menurut Yani (2014: 145), penilaian otentik adalah penilaian

yang nyata dan dibuktikan dengan kinerja dan hasil-hasil yang

telah dibuat oleh peserta didik. Penilaian sikap dilakukan melalui

observasi atau pengamatan. Penilaian pengetahuan melalui tes

tertulis, tes lisan, atau penugasan. Penilaian keterampilan melalui

tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan

secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),

proses, dan keluaran (output) pembelajaran mencakup aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan melalui hasil-hasil yang telah

dibuat oleh peserta didik.

Menurut Kurniawan (2014: 36), melalui Kurikulum 2013 ini,

penilaian otentik menjadi penekanan yang serius di mana guru

dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar

memperhatikan penilaian otentik. Kurikulum 2013 menegaskan

adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni penilaian

melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil

(36)

20

pengetahuan, keterampilan berdasarkan proses dan hasil). Berikut

ciri-ciri penilaian otentik menurut Kurniawan (2014: 38-39).

1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan

hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian

terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja

(performance) dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh

peserta didik. Melakukan penilaian kinerja dan produk tersebut

merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut

secara nyata dan objektif, tidak dibuat-buat;

2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap

peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian

terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan

atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran)

dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah

melakukan kegiatan pembelajaran;

3) Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam

melakukan penilaian terhadap peserta didik harus

menggunakan berbagai teknik penilaian (disesuaikan dengan

tuntutan kompetensi pada pembelajaran) dan menggunakan

berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai

informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi

peserta didik;

4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya,

dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian

kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak

hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-informasi

peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan

(37)

21

5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus

mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang

nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan

pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari;

6) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan

keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas). Artinya,

dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian

kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan

kompetensi tertentu secara objektif.

d. Penguatan pendidikan karakter

Menurut Suparno (2015: 29), pendidikan karakter merupakan

pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar siswa-siswa

mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter yang diinginkan.

Misalnya, guru ingin siswa memiliki karakter jujur, maka

pendidikan karakter berarti suatu usaha membantu siswa agar nilai

kejujuran dimiliki oleh siswa dan menjadi bagian hidup yang

mempengaruhi seluruh cara berpikir dan bertindak dalam hidupnya.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat akan pendidikan

karakter. Penggunaan istilah baru dalam Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti atau KI. Lahirnya

konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Awalnya, kompetensi sikap

hanya ada satu rumusan saja, namun setelah ada pendalaman materi

maka arti sikap dibedakan antara sikap spiritual dan sikap sosial

(Yani, 2009: 54).

Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan

sesama manusia dan juga lingkungannya (Fadillah, 2014: 49).

Aspek ini akan mengajarkan tentang pentingnya hubungan sosial

kepada peserta didik. Peserta didik diharapkan memiliki bekal yang

(38)

22

Sedangkan dengan sikap spiritual, peserta didik akan memiliki

moral atau etika yang baik dalam kehidupannya (Fadillah, 2014:

49). Sikap spiritual juga merupakan perwujudan hubungan antara

seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan karakter

diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran Kurikulum 2013. Guru

dituntut untuk memasukkan muatan pendidikan karakter pada

setiap pembelajarannya. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016

tentang Standar Kompetensi Lulusan, dimensi sikap pada jenjang

pendidikan dasar peserta didik diharapkan memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap meliputi: (1) beriman dan bertakwa kepada

Tuhan YME; (2) berkarakter, jujur dan peduli; (3)

bertanggungjawab; (4) pembelajar sejati sepanjang hayat; (5) sehat

jasmani dan rohani.

Penilaian pendidikan karakter oleh guru dapat dilihat melalui

pengamatan langsung oleh guru; memakai data sekunder seperti

catatan-catatan peserta didik yang sudah ada; evaluasi diri oleh

siswa, guru, dan kepala sekolah; dan jejak postif siswa selama di

sekolah. Pendidikan karakter dilakukan dengan keyakinan bahwa

karakter siswa dapat dikembangkan dan dapat diubah.

e. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

Yani (2014: 73), menegaskan bahwa mindset Kurikulum 2013

adalah mengembangkan keterampilan menalar, mengomunikasikan,

dan mencipta. Mindset ini mengacu pada buku yang berjudul

Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI yang dikeluarkan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010. Artinya

peserta didik dianggap berhasil jika memiliki kemampuan menalar,

mengomunikasikan, dan mencipta. Kemampuan tersebut

merupakan kompetensi tingkat tinggi atau disebut dengan High

Order Thinking Skills (HOTS) sesuai dengan Taksonomi Bloom

(39)

23

Kemampuan berpikir paling tinggi menurut taksonomi bloom

yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014) adalah

mencipta. Berpikir tingkat tinggi dirumuskan dalam tujuan

pembelajaran. Langkah-langkah merumuskan tujuan pembelajaran

dimulai dengan merumuskan tujuan dengan kata kerja dan kata

benda. Kata kerjanya dikaji dengan kerangka enam kategori pada

proses dimensi kognitif pada tabel 2.1. Demikian juga, kata

bendanya dikaji dengan kerangka empat jenis pengetahuan pada

dimensi pengetahuan yang ada pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Dimensi pengetahuan dan dimensi proses koginif dalam tabel Taksonomi Bloom

Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif

A. Pengetahuan Faktual

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21

Kemampuan untuk berinovasi dan berkreativitas dibutuhkan pada

abad 21 saat ini. Kerangka kompetensi abad 21 dalam (Sani, 2014: 9)

berpendapat bahwa pengetahuan mata pelajaran saja tidak cukup, namun

harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis, memiliki karakter

yang kuat seperti bertanggung jawab, kemampuan untuk memanfaatkan

infromasi dan berkomunikasi. Saat ini dituntut untuk merubah paradigma

pendidikan tradisional yang selama ini diterapkan guru di Indonesia.

Peserta didik pada saat ini harus terbiasa mencari informasi sendiri,

(40)

24

efektif dalam kelompok dan membangun jaringan, serta memiliki

kreativitas yang tinggi. Oleh sebab itu, peserta didik perlu dibekali

dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Guru sebagai agen

perubahan khususnya selama melaksanakan kegiatan pembelajaran

diharapkan memiliki kemampuan merancang dan melaksanakan

pembelajaran inovatif.

Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 saat ini diarahkan

untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar

mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya

menumbuhkan serta mengembangkan sikap/ attitude, pengetahuan/

knowledge, dan keterampilan/ skill. Karakteristik dari pembelajaran abad

21 yang dikemukakan oleh Hosnan (2014: 85), antara lain (1)

pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered); (2)

mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan suasana yang

menarik; (4) mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan

nilai dan makna; (5) belajar melalui berbuat yakni peserta didik aktif

berbuat; (6) menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan

serta (8) menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks

sebenarnya yakni melalui pendekatan kontekstual. Kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sendiri berarti guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

(41)

25

Berikut tabel paradigma pembelajaran abad 21:

Tabel 2.2 Paradigma pembelajaran abad 21

Ciri Abad 21 Metode Pembelajaran

(42)

26

Pembelajaran abad 21 menekankan peserta didik untuk berperan

secara aktif dalam proses pembelajaran di mana guru bukan lagi

satu-satunya sumber informasi melainkan sebagai fasilitator yaitu sebagai

pengelola pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran.

Peserta didik diberikan keleluasaan dan kebebasan belajar sesuai dengan

minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik serta dapat mengukur sendiri

sejauh mana pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap suatu

materi. Pada abad 21 ini, peserta didik dituntut untuk memiliki

kecakapan diantaranya adalah kecakapan dalam berkomunikasi

(communication skill), kecakapan berpikir kritis (critical thinking skill),

kolaborasi (collaboration skill) dan kecapakan kreativitas (creaticivity

and innovation skill) atau disebut dengan 4C.

a. Communication skill (kemampuan berkomunikasi)

Siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan

komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan,

tulisan, dan multimedia (Hosnan, 2014: 87). Siswa diberikan

kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan

ide-idenya, baik itu saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun

ketika menyelesaikan masalah dari gurunya.

b. Collaboration skill (kemampuan bekerja sama)

Siswa menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama dengan

kelompok dan kemampuan dalam kepemimpinan, beradaptasi dalam

berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan

yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati

perspektif berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi

dan fleksibilitas secara pribadi, pada tempat belajar dan hubungan

masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang

tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancauan

(43)

27

c. Critical thinking and problem solving skill (kemampuan berpikir

kritis dan pemecahan masalah)

Siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal

dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit. Siswa juga

menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha

menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, juga

memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan,

menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

d. Creaticivity and innovation skill (kemampuan kreativitas dan

inovasi)

Siswa mampu mengembangkan ide, solusi, konsep, teori,

prosedur, produk, dan inovasi. Proses pembelajaran lebih berpusat

pada siswa serta meninggalkan perlakuan yang bersifat menyamakan

siswa, tetapi lebih bersifat individual (Hosnan, 2014: 87). Siswa

harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan

cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk

menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru. Kreativitas dan

inovasi akan semakin berkembang jika peserta didik memiliki

kesempatan untuk berpikir divergen.

Jadi ada 4 keterampilan dalam abad 21 atau biasa disebut dengan 4C

yang meliputi communication skill (kemampuan berkomunikasi),

collaboration skill (kemampuan bekerja sama), critical thinking and

problem solving skill (kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

masalah), dan creaticivity and innovation skill (kemampuan kreativitas

dan inovasi). Keterampilan tersebut harus ada di kegiatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada abad 21, peserta didik perlu

(44)

28 3. Perangkat Pembelajaran

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bahwa perangkat

merupakan alat kelengkapan, sedangkan pembelajaran merupakan

proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Perangkat pembelajaran merupakan alat untuk melakukan proses

pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimaksud terdiri dari

Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penilaian, Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD), rangkuman materi, media, dan lembar refleksi. Menurut

Prasetyo, dkk (2011:16), perangkat pembelajaran adalah alat atau

perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik

dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan ahli, perangkat pembelajaran adalah alat

atau perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang sering digunakan berupa

Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem) dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL). Silabus dalam Kurikulum 2013 disusun oleh pemerintah sehingga

dalam menyusun RPP menggunakan silabus yang telah dibuat

pemerintah sebagai acuan. Silabus yang dibuat oleh pemerintah dijadikan

contoh karena peneliti akan membuat silabus sendiri.

Perangkat pembelajaran RPP disusun oleh guru mengacu pada

panduan pemerintah. RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Pendidik dapat membuat RPP sesuai dengan

kondisi siswa serta model, pendekatan, strategi, metode atau teknik yang

akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

Pembuatan RPP wajib bagi guru, agar pembelajaran dapat beralangsung

(45)

29

Berikut akan dibahas 4 (empat) perangkat pembelajaran yaitu

Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):

a. Program Tahunan dan Semester

Permendikbud tahun 2016 tentang panduan penilaian untuk

sekolah dasar tertulis bahwa Program Tahunan (Prota) adalah

rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi

antara lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun

pembelajaran. Menurut Mulyasa (2006: 95), program tahunan

merupakan program umum setiap mata pelajaran yang dibuat setiap

awal tahun ajaran. Program tahunan merupakan pedoman untuk

mengembangkan program semester, mingguan dan program harian.

Kunandar (2014: 3) juga memberikan pengertian yang hampir sama

dengan Mulyasa, program tahunan merupakan program umum setiap

mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru

mata pelajaran yang bersangkutan sebagai pedoman bagi

pengembangan program-program selanjutnya, seperti program

semester, program mingguan, dan program harian, atau program

pembelajaran setiap pokok bahasan.

Berdasarkan pendapat para ahli, program tahunan merupakan

program umum setiap mata pelajaran yang dikembangkan oleh guru

untuk setiap kelasnya sebagai pedoman bagi guru untuk

mengembangkan program-program selanjutnya yang dibuat setiap

awal tahun untuk satu tahun pembelajaran.

Program tahunan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan pembelajaran yang akan dilakukan guru selama satu tahun

pelajaran, seperti berapa jumlah minggu efektif dalam satu tahun

pelajaran, berapa jumlah minggu tidak efektif dalam satu tahun

Gambar

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan dalam Penelitian ......................................
Tabel 2.1 Dimensi pengetahuan dan dimensi proses koginif dalam tabel
Tabel 2.2 Paradigma pembelajaran abad 21
Tabel 2.3 Sintaks atau langkah-langkah model cooperatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat memperoleh inspirasi terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum SD 2013 pada sub tema aku bangga dengan daerah tempat tinggalku untuk

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru membutuhkan contoh produk berupa perangkat pembelajaran mengacu pada kurikulum SD 2013. Penelitian ini adalah

Langkah awal yang dilakukan peniliti dalam melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013.. Oleh karena itu, pengembangan perangkat pembelajaran

1) Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan. 2) Identitas mata pelajaran atau tema/ subtema. 5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan

Pembelajaran terpadu mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.. Dari buku di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat

Peneliti juga melakukan observasi kegiatan pembelajaran sekolah dasar kelas I di 2 (dua) Di Kota Yogyakarta dan 1 (satu) di Kecamatan Sleman. Berdasarkan hasil