• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

85

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah berdirinya PT United Can Co. Ltd. bermula pada tahun 1952, dengan nama China Can Company berdiri pertama kali berlokasi di Jl. Jembatan Lima No. 11, Jakarta. Pada tahun 1958, terjadi perubahan besar pada China Can Company untuk kemudian bergani nama menjadi PERKALIN (Perusahaan Kaleng Indonesia Indah).

Beberapa waktu kemudian, PERKALIN mencari partner sebagai rekanan kerja untuk mengembangakan industri kemasan kaleng agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tepat pada tahun 1968 untuk pertama kalinya muncul 3 perusahaan dari luar negeri yang bersedia bekerjasama, yaitu :

1. Davlin Steel Corporation asal Hongkong.

2. Tokyo Seikan Kaisha Ltd. asal Jepang.

3. Continental Can Company asal Amerika.

PERKALIN bersama dengan ketiga perusahaan asing tersebut membentuk sebuah badan usaha dengan status PMA yang diberi nama PT United Can Co. Ltd.

(2)

Pada tahun 1975 PT United Can Co. Ltd. berpindah lokasi pabrik ke Jl. Daan Mogot KM 17 Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Sementara lokasi kantor pusat pada saat itu tetap bertahan di Jembatan Lima, kemudian pada tahun 1985 kantor pusat dipindahkan ke Jl. Abdul Muis No. 12 Jakarta Pusat.

PT United Can Co. Ltd. memiliki visi dan misi yang menjadi dasar dan landasan dalam melakukan semua kegiatan usahanya dibidang . Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

VISI : Menjadikan PT United Can Co. Ltd. sebagai perusahaan Can

Manufacturing terbesar di Asia Tenggara.

MISI : Menyediakan produk kaleng yang dapat memuaskan dan memenuhi pemintaan pelanggan dalam hal kualitas, jumlah, dan ketepatan waktu pengiriman. Hal tersebut kami laksanakan dengan usaha tiada henti-hentinya dalam meningkatkan proses untuk mencapai karya yang bebas cacat dengan komitmen untuk memenuhi persyaratan “Sistem Manajemen Kualitas dan Keamanan Pangan” yang disimbolkan dengan “PROBITAS”, yang artinya PROSES PERBAIKAN KUALITAS

4.1.2 Lokasi dan Fasilitas Perusahaan

PT United Can Co. Ltd. dalam menjalankan semua kegiatan usahanya memiliki kantor pusat dan pabrik yang terpisah lokasinya. Lokasi kantor pusat berada di Jl. Abdul Muis No. 12 Jakarta Pusat, sementara lokasi pabrik berada di Jl. Daan Mogot KM 17 Jakarta Barat. Berikut data lengkap mengenai alamat Kantor Pusat dan Pabrik dari PT United Can Co. Ltd. :

(3)

Kantor Pusat

Jl. Abdul Muis No.12 Jakarta 10160, Indonesia Tlp : 021 3860888, Fax : 021 3455857 Pabrik

Jl. Daan Mogot Km.17 Jakarta 11850, Indonesia Tlp : 021 6195150, Fax : 021 6193211 Web : http://www.unitedcan.com

P.T. United Can Company memiliki beberapa daerah pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri dan terbagi dalam beberapa cabang, yaitu:

1. Tahun 1973 didirikan cabang pertama kali di Yogyakarta untuk melayani pelanggan dibidang pengalengan susu bubuk.

2. Tahun 1978 didirikan cabang kedua di Negara, Bali untuk melayani pelanggan United Can di sekitar Muncar, Banyuwangi dan Bali terutama pengalengan ikan sardine dan makarel.

3. Tahun 1980 cabang ketiga didirikan di Ungaran, Jawa Tengah untuk melayani kaleng biskuit.

4. Tahun 1982 cabang berikutnya didirikan di ujung utara pulau Sulawesi terletak di Bitung, Manado untuk melayani industri pengalengan sardine dan ikan tuna.

5. Tahun 1983 United Can mendirikan cabang di Tanjung Morawa, Medan untuk melayani industri pengalengan buah-buahan dan hasil laut.

(4)

6. Tahun 1986 di Biak Irian Jaya, United Can mendirikan cabang yang keenam untuk memenuhi permintaan pelanggan yang bergerak pada pengalengan ikan tuna.

7. Tahun 1991 cabang berikutnya didirikan di Pekalongan, Jawa Tengah.

8. Tahun 1993 cabang yang kedelapan didirikan di Pasuruan, Jawa Timur yang melayani kaleng ikan tuna.

9. Tahun 1994 didirikan satu cabang di Irian Jaya tepatnya di kota Sorong, untuk melayani kaleng ikan tuna.

10.Tahun 1996 didirikan cabang di kota Madang Papua New Guinea yang merupakan cabang yang kesepuluh.

11.Tahun 1997 cabang yang kesebelas didirikan di General Santos, Philipina untuk melayani industri pengalengan ikan tuna.

12.Tahun 2007 membuka cabang di Cilengsi, Bogor untuk pengalengan minuman.

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Gedung

Gedung disini adalah bangunan yang digunakan untuk proses produksi dan juga untuk penyimpanan.

 Area parkir

Untuk area parkir disediakan area parkir bagi kendaraan roda dua maupun untuk kendaraan roda empat.

(5)

 Poliklinik

Adanya poliklinik untuk menjamin kesehatan karyawan dan juga untuk memberikan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan kerja.

 Fasilitas pelatihan

Setiap karyawan baru akan mendapat training sebagai pelatihan untuk masuk ke dunia kerja.

 Pos keamanan

Pos keamanan atau pos satpam disini berfungsi untuk menjaga keamanan pabrik dan kenyamanan karyawan dalam bekerja.

 Kantin

Kantin disini berfungsi sebagai tempat makan bagi karyawan pada waktu istirahat makan.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan, karena dengan adanya struktur organisasi yang baik, maka akan memungkinkan terjadinya kerjasama yang baik pula antara para karyawan. Selain itu, melalui struktur organisasi yang baik, maka akan diperoleh penentuan yang jelas mengenai kegiatan, pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian di dalam pelaksanaan aktifitas perusahaan.

Struktur organisasi ini pada umumnya mengandung arti penetapan batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing individu di dalam organisasi tersebut. Dengan demikian diharapkan ada satu kesatuan perintah dalam gerak dan langkah untuk mencapai suatu tujuan perusahaan yang telah

(6)

ditetapkan, sehingga masing-masing pekerja akan mengetahui dengan jelas dariman ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia mempertanggung jawabkan hasil kerjanya. PT. Unted Can Company memiliki suatu struktur organisasi. Struktur organisasi dari PT. United Can Company secara umum adalah sebagai berikut :

1. Presiden Direktur : Mr R.Z Shang 2. Direktur Eksekutif I : Mr Arthur Shang 3. Direktur Eksekutif II : Mr Jhon Shang 4. Direktur Administrasi & Keuangan : Mr Ronald Van Dorm 5. Direktur Pemasaran & Penjualan : Mr Alan Nicholls 6. Direktur Pembelian : Mrs I Setyawan 7. Direktur Personalia : Bpk Anton Sutjipto

Setiap Direktur tersebut di atas dalam setiap pekerjaannya dibantu oleh Manager Divisi dan Manager Departemen dalam menjalankan seluruh kegiatan produksi di perusahaan.

4.1.4 Kepegawaian

Jumlah karyawan pada PT United Can Co. Ltd. terbagi kedalam beberapa bagian, pembagian karyawan tersebut didasarkan pada lokasi kerja masing-masing. Pertama karyawan yang bekerja di kantor pusat, kemudian karyawan yang berkerja di pabrik tempat berlangsungnya proses produksi terbagi lagi menjadi beberapa bagian seperti front office, personalia, three piece divison, two

piece division. Terakhir adalah karyawan yang bekerja di kantor cabang yang

(7)

Untuk detail penjelasan pembagian jumlah karyawan pada beberapa bagian tersebut adalah sebagai berikut :

 Kantor Pusat 153 orang

 Front Office 57 orang

 Personalia 13 orang

 Three Piece Division 1495 orang

 Two Piece Division 316 orang

 Kantor Cabang 324 orang Karyawan pada PT United Can Co. Ltd. dibedakan sebagai berikut :

1. Karyawan Staff 2. Karyawan Non Staff 3. Karyawan Kontrak

Untuk menambah motivasi bekerja pada karyawan, maka diatur suatu sistem promosi jabatan bagi karyawan berprestasi, selain itu juga diberikan pendidikan dan pelatihan pada setiap karyawan tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap tahunnya juga perusahaan memberikan bonus dan juga premi pada karyawan jika mampu mencapai target produksi yang telah dibebankan oleh manajemen.

Terdapat beberapa pembagian waktu kerja yang telah ditentukan oleh manajemen terhadap karyawan yang bekerja di PT United Can Co. Ltd. setiap karyawan harus mematuhi jam kerja yang telah ditentukan oleh manajemen tersebut. Ada dua sistem yang diterapkan untuk mengatur jam kerja karyawan, yang pertama dinamakan 6-1 yang berarti 6 hari kerja dengan 1 hari libur dan jumlah jam kerja wajib sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu 40 jam satu

(8)

minggu dan yang kedua adalah 4-2 yang artinya 4 hari kerja dan 2 hari libur dengan jam kerja wajib tetap 40 jam satu minggu Adapun pembagian jam kerja karyawan adalah sebagai berikut :

Untuk Sistem 6-1 Karyawan Staff

a. Hari Senin – Jumat Pukul 07.30 – 17.00 b. Hari Sabtu Pukul 07.30 – 12.00 Waktu istirahat

a. Hari Senin – Kamis Pukul 11.30 – 12.15 b. Hari Jumat Pukul 11.30 – 13.00 Untuk Sistem 6 – 1 Karyawan Non Staff

a. Hari Senin – Jumat Pukul 07.30 – 18.00 b. Hari Sabtu Pukul 07.30 – 13.45 Waktu istirahat

a. Hari Senin – Kamis Pukul 11.30 – 12.15

Pukul 15.15 – 16.00

b. Hari Jumat Pukul 11.30 – 13.00 Untuk Sistem 4 – 2 Staff dan Non Staff

Hari Senin – Minggu Pukul 07.30 – 19.30

Pukul 19.30 – 07.30

Waktu istirahat

Hari Senin – Minggu Pukul 11.30 – 12.45

Pukul 15.15 – 16.00

Sistem pembayaran upah berdasarkan dengan peraturan pemerintah, hanya saja berbeda waktu pembayarannya. PT United Can Co. Ltd. melakukan

(9)

pembayaran upah karyawan setiap tanggal 5 dan 20 setiap bulannya, setiap karyawan pun mendapatkan pembayaran upah yang berbeda sesuai dengan tingkatan dan prestasi kerjanya yang dinilai langsung oleh Dewan Direksi.

PT United Can Co. Ltd membagi upah karyawan menjadi beberapa bagian, antara lain :

 Upah pokok

 Upah lembur

 Premi atau Tunjangan

 Insentif

4.1.5 Ruang Lingkup Bisnis

PT United Can Company adalah salah satu perusahaan manufaktur pertama di Asia yang menghasilkan produk kemasan berbahan baku logam. Dalam persaingan di sektor industri yang cukup keras, PT United Can Co. Ltd., mampu bertahan dan mendapatkan reputasi yang baik dalam hal kemampuan bertahan dan pelayanan.

Sebagai salah satu perusahaan manufaktur penghasil produk kemasan berbahan baku logam, United Can Company memiliki bermacam-macam konsumen dalam pemasaran produknya. Sebagai perusahaan yang memberikan pelayanan secara menyeluruh, PT United Can Co. Ltd. memiliki bermacam-macam produk yang dihasilkan, mulai dari kemasan kaleng berbahan baku alumunium atau tin plate, penutup beserta komponen lainnya, kaleng aerosol, serta cover baterei.

(10)

Macam-macam jenis produk kemasan kaleng yang dihasilkan oleh PT United Can Co. Ltd. adalah sebagai berikut :

Three Pieces Can

Kemasan kaleng yang disebut three pieces can dikarenakan memiliki tiga bagian atau komponen, yaitu :

a. Top End atau tutup bagian atas kaleng.

b. Body atau bagian badan kaleng.

c. Bottom End atau tutup bagian bawah kaleng.

Jika ketiga komponen kaleng tadi dirangkai maka akan terbentuklah three

pieces can. Untuk dapat dirakit dengan end (tutup) kaleng maka body kaleng

harus melalui proses flanging dan proses seaming. Sambungan antara body kaleng dan tutup kaleng tadi disebut double seaming.

Material dari three pieces can ini adalah tin plate. Tin plate ini adalah steel plate

yang dikedua sisinya dilapisi dengan tin atau timah. Fungsi timah adalah untuk menghindarkan kontak langsung steel dengan makanan atau dengan apapun yang di kemas dalam kaleng tersebut.

Two Pieces Can

Berdasarkan namanya, kaleng two pieces ini hanya terdiri dari dua komponen penting yaitu :

a. Can body

b. Can end

Material dari kaleng two pieces ini adalah aluminium plate. Kaleng ini biasa digunakan untuk mengemas minuman kaleng seperti soft drink dan beer. Kaleng

(11)

two pieces ini ramah lingkungan karena kaleng ini dapat didaur ulang (recycle)

kembali setelah digunakan.

Drawn Can

Drawn can adalah kaleng yang terdiri dari dua komponen, sama seperti two

pieces can. Namun perbedaannya adalah material dari body drawn can dari TFS

(Tin Free Steel), sedangkan body two pieces can dari alumunium plate. Drawn

can adalah kaleng yang biasa digunakan untuk mengemas makanan, terutama jenis ikan tuna.

Alumunium Easy Open End

PT United Can Co. Ltd. juga memproduksi tutup kaleng dari bahan aluminium yang mudah dibuka. Tutup kaleng jenis ini sering digunakan pada produk susu dalam kaleng, kaleng tuna, kaleng soft drink (two pieces), dll.

Pilfer Proof Cap

Pilfer proof cap adalah tutup botol obat dan kosmetika yang juga berfungsi

sebagai segel sehingga obat atau kosmetik yang dikemas tidak bisa dipalsukan.

Metal Battery Jacket

Metal battery jacket adalah pembungkus batu baterai kering. Kemasan ini

memerlukan side seam berupa dry lock seam (sambungan lipat).

Crown Cap

Crown cap adalah penutup untuk botol baik botol minuman ringan, beer,

(12)

4.1.6 Distribusi dan Pemasaran

PT United Can Co. Ltd. telah menjelma menjadi salah satu pemasok utama produk kemasan berbahan dasar logam di Asia. Sebagai usahanya untuk menjadikan PT United Can Co. Ltd. menjadi perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia, setiap tahunnya PT United Can mengekspor lebih dari setengah miliar kaleng kelima belas negara di Asia Pasifik.

Sebagai salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara efektif, PT United Can mendirikan beberapa cabang di sepuluh kota di Indonesia. Beberapa diantaranya berada di area yang khusus untuk memenuhi beberapa variasi produk juga untuk memudahkan dalam hal pendistribusiannya ke pihak konsumen.Berikut adalah beberapa produk yang diekspor oleh PT United Can Co. Ltd. beserta negara tujuannya :

1. Kaleng minuman (Soft Drink) : Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura. 2. Kaleng minuman (Beer) : Mauritius, Papua New Guinea., Thailand. 3. Kaleng Aerosol : China, Hongkong.

4. Kaleng Tuna : Phillipine. 5. Kaleng Bola Tenis : Inggris.

4.1.7 Proses Produksi Can Body 330 ml

Proses produksi pada line body di departemen Two Piece Can dibagi menjadi 2 bagian, baik untuk can body 250 ml maupun untuk can body 330 ml. Untuk setiap prosesnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok diantara keduanya, hal ini hanya dibedakan dari penggunaan spesifikasi material yaitu

(13)

alumunium coil dan beberapa dari bagian mesin yang utamanya berhubungan untuk membentuk ukuran body yang diinginkan.

Berikut merupakan penjelasan mengenai proses produksi pada line produksi can body 330 ml menggunakan alumunium coil ukuran 0,275 x 1719,4.

A. FRONT END

Uncoiler, fungsi mesin ini hanya untuk menyuplai Alumunium Coil untuk diproses ke tahap berikutnya yaitu Lubricator. Pada mesin ini juga terdapat Mandrel Segmen yang berfungsi mengembang dan menguncup untuk menjepit

Alumunium Coil yang fungsinya untuk menarik dan menjaga agar Alumunium

Coil tidak bersentuhan dengan lantai produksi.

Lubricator, tahap ini hanya proses pemberian pelumas (lubricant)

tambahan untuk memudahkan pada proses berikutnya.

Cupper, pada tahap ini terjadi 2 proses yang utama yaitu Blanking dan

Cupping. Blanking artinya pemotongan lembaran Alumunium Coil sesuai dengan

ukuran cup yang akan di bentuk, sedangkan Cupping adalah pembentukan semacam mangkuk kecil dari potongan blanking tadi.

(14)

Body Maker, mesin ini berfungsi membentuk bagian body kaleng sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada tahap ini terdapat beberapa bagian utama yang membentuk body dari kaleng dari yang sebelumnya berbentuk cup. Pertama adalah Punch Sleeve, berfungsi mendorong cup ke dalam redraw ring. Untuk menipiskan body dari kaleng tadi terdapat 3 tahapan Ironing ring (1st Ironing

Ring, 2nd Ironing Ring dan 3rd Ironing Ring). Tahap redraw ini juga

membutuhkan pendinginan agar tooling yang bekarja tidak cepat panas, untuk itu digunakan coolans yaitu DTI 361.

Trimmer, pada proses ini hanya dilakukan pemotongan pada bagian atas

body kaleng yang masih belum rata setelah melalui proses sebelumnya pada mesin Body Maker tadi. Selain memotong bagian atas body kaleng yang belum rata, mesin ini juga disesuaikan sehingga pemotongan tadi menghasilkan tinggi kaleng yang sesuai dengan standar yang diinginkan.

Washer, fungsi utama dari proses ini adalah untuk mencuci bagian dalam dan luar kaleng dari oil lube, garam, cup lube, coolant, dan gemuk dari mesin sebelumnya. Selain itu juga untuk memberi lapisan agar tidak mudah teroksidasi dan meningkatkan daya rekat tinta pada proses dekorasi. Terdapat beberapa tahap (stage) pada proses ini. Setelah proses pencucian selesai dilakukan proses pengeringan pada drying oven. Kemudian untuk tahap selanjutnya bright can

(kaleng polos) dibagi kedalam 2 proses yang berbeda, hal ini untuk menyesuaikan dengan speed (kecepatan produksi mesin berikutnya). Untuk proses penyimpanan sementara bright can (kaleng polos) masuk ke mesin Pal/Depaletizer, lalu sebagian lainnya langsung menuju tahap berikutnya yaitu mesin Base Coater.

(15)

Gambar 4.2 Pal/Depal

B. BACK END

Base Coater, mengaplikasikan white base/M-Dec 8908 pada bagian luar kaleng. Print Coating proses print aplikasi coating / white base.

Decorator, mesin ini berfungsi memberikan dekorasi warna dan gambar sesuai yang diinginkan oleh pelanggan. Kemudian pada bagian luar setelah diberi dekorasi dan pewarnaan diberi lapisan varnish yang fungsinya untuk mencegah goresan pada dekorasi selain itu juga untuk memberikan kesan mengkilap pada dekorasi dan pewarnaan yang diberikan. Pada mesin ini juga dilakukan pemberian lapisan pada bagian dasar kaleng atau nama lainnya BRC (Base Rim Coating), fungsinya untuk membuat kaleng dapat berdiri pada conveyor system dan tidak mudah roboh. Tahap-tahapnya tidak jauh berbeda dengan mesin Base Coater, akan tetepi ada beberapa bagian unit pada mesin ini yang bisa menghasilkan dekorasi dengan kecepatan sangat tinggi. Setelah selesai kembali memasuki mesin Bake Oven dengan suhu kurang lebih 400 derajat Celcius agar tinta dekorasi tadi mengering.

(16)

Gambar 4.3 Base Coater dan Decorator

Lacquer Spraying Machine (LSM), Pada mesin ini kaleng diberi lapisan pada keseluruhan bagian dalamnya baik dinding kaleng maupun bagian dasarnya. Mesin ini memiliki dua nozzle untuk spray bagian yang berbeda, dan harus dilakukan pengecekan dalam jangka waktu yang telah ditentukan karena lapisan yang disemprotkan berfungsi untuk mencegah isi dari kaleng setelah diisi oleh customer tidak bersentuhan langsung dengan bagian dinding kaleng yang berbentuk logam. Berikut penjelasan mengenai proses-proses yang terjadi pada tahap ini. Inside Bake Oven (IBO), setelah pemberian lapisan lacquer pada bagian dalam kaleng oleh LSM, kemudian tahap berikutnya kaleng masuk ke IBO

untuk dikeringkan lapisan yang sudah disemprotkan pada bagian dalam tadi.

(17)

Necker-necker : Setelah keluar dari IBO dan sebelum memasuki pada mesin necker-necker ini bagian luar atas kaleng diberi sedikit lube untuk memudahkan mesin necker-necker membentuk bagian neck (leher kaleng).

Necker-necker berfungsi untuk membentuk neck atau leher kaleng, selain itu

fungsi dari mesin necker-necker ini adalah untuk mengurangi diameter bagian atas kaleng. Terdapat 2 stage untuk mengurangi diameter ini, stage pertama mengurangi diameter menjadi 202 atau 209 mm dan stage kedua menguranginya lagi menjadi 200 atau 206 mm.

Spin Necker Flanger (SNF), Pada mesin ini, kaleng yang sudah dikurangi diameternya kemudian dibentuk lagi pada bagian atasnya menjadi flange yang berfungsi untuk proses seaming atau menyatukan dengan bagian can end (tutup kaleng) setelah dilakukan proses pengisian.

Gambar 4.5 Necker-Necker dan SNF

Pin Hole Detector, untuk mendeteksi ketidaksempurnaan pada bagian

flange dan juga untuk mendeketsi keretakan atau kebocoran pada bagian dinding

(18)

Pressco, Mesin yang juga dilengkapi oleh layar monitor untuk melakukan pengecekan terhadap coating bagian dalam, kualitas penampilan, dan kualitas

flangenya.

Gambar 4.6 Pressco

Palettizer, Mesin ini berfungsi untuk mengumpulkan (collect) kaleng yang sudah berhasil melewati tahap visual check tadi kedalam satu tumpukan pallet dengan standar tumpukan yang berbeda-beda sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan customer. Strapper, mesin ini bertugas untuk mengikat kaleng yang sudah tersusun rapi dalam satu tumpukan pallet. Wrapper, setelah susunan kaleng tadi diikat, kemudian pada mesin ini susunan kaleng tadi dibungkus dengan plastik untuk menghindari bersentuhan langsung dengan debu dan kotoran lainnya.

(19)

4.1.8 Proses Inspeksi

Visual check tahap pertama dilakukan setelah melewati semua proses pada tahap Front End, adapun beberapa inspeksi yang dilakukan sebagai berikut :

1. Dimensional Check, meliputi pemeriksaaan alumunium hair setelah pemotongan pada mesin trimmer. Top Wall Thickness (TWT) pemeriksaan ketebalan dinding bagian atas, Midwall Thickness (MWT) pemeriksaan ketebalan dinding bagian tengah, Dome Depth (DD) pemeriksaan kedalaman dome.

2. Visual Check tahap kedua dilakukan setelah melewati Base Coater dan Decorator, hal ini dimaksudkan untuk membandingkan dengan standar warna yang telah ditetapkan.

3. Inspeksi berikutnya yaitu pengecekan ME (Metal Explosure) menggunakan alat Enamel Rater dan cairan kimia H2SO4.

4.2 Data Historis Jumlah Cacat

Data historis mengenai total produksi dan juga total defect selama periode Januari sampai Agustus 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Month Total Prodksi Kotor tinta ME High Voids Scratch Dented lain-lain

Jan 60,544,966 1,526,201 636,849 158,866 402,876 382,076 3,579 Feb 50,394,305 1,665,150 245,676 250,000 470,861 93,210 156,873 Mar 45,817,909 1,580,294 105,679 115,084 127,465 120,652 106,544 Apr 66,918,549 1,700,524 535,990 658,643 186,076 301,768 239,086 May 91,663,186 2,161,941 989,146 692,009 346,815 342,803 73,682 Jun 98,401,381 1,682,856 673,120 483,401 578,109 187,757 102,673 Jul 99,230,855 2,539,880 421,982 601,573 626,543 290,452 121,462 Aug 62,957,198 1,511,104 781,432 503,159 346,518 364,180 117,841 TOTAL 575,928,349 14,367,950 4,389,874 3,462,735 3,085,263 2,082,898 921,740 Tabel 4.1

(20)

Dari Tabel 4.1 mengenai data jumlah defect yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan untuk memudahkan melihat pengaruh dari masing-masing defect terhadap jumlah produksi can body 330 ml, maka disajikan data jumlah defect berdasarkan jenisnya untuk kemudian dilakukan perhitungan presentase pengaruh jenis defect terhadap keseluruhan total. Tabel 4.2 menyajikan jenis dan jumlah defect pada can body 330 ml.

Tabel 4.2 Rekap Data Jenis dan Jumlah Defect

Jenis Defect Jumlah

Kotor tinta 14,367,950 ME high 4,389,874 Voids 3,462,735 Scratch 3,085,263 Dented 2,082,898 Lain-lain 921740 TOTAL 28,310,466

4.3 Tahap Pendefinisian (Define)

Pada tahap ini dilakukan pemetaan proses, identifikasi kebutuhan pelanggan, perancangan dan penyebaran kuesioner serta pendefinisian Critical to

Quality (CTQ) prioritas.

4.3.1 Pemetaan Proses

Pemetaan proses disajikan dalam suatu aliran proses produksi yang terjadi pada line body 330 ml yang disajikan pada lampiran 1. Selanjutnya digambarkan pula proses di line body 330 ml dengan menggunakan diagram SIPOC yang berisi keterangan proses produksi can body 330 ml, meliputi supplier (pemasok) bahan baku yaitu pemasok Alumunium plate beserta direct dan undirect material

lainnya, input requirement (persyaratan spesifikasi masukan) bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan can body 330 ml, proses produksi can body 330

(21)

ml serta output requirement (persyaratan spesifikasi keluaran) dari can body 330 ml tersebut. Proses lebih detail dari produksi can body 330 ml tersebut dapat dilihat pada diagram pemetaan lengkap yang dijabarkan pada lampiran 2.

4.3.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan untuk mengetahui apa saja kebutuhan pelanggan langsung dari can body 330 ml yang telah teridentifikasi sebelumnya dengan mengambil data secara langsung dari bagian Quality Control

(QC). Pada dasarnya pelanggan langsung dari produk ini adalah customer, akan tetapi di sini akan dicari tahu langsung pada bagian QC karena secara tidak langsung mereka lebih mengetahui secara teknis karakteristik serta kecacatan can

body 330 ml. Berdasarkan hasil keterangan dari laporan kualitas yang diperoleh

dari bagian QC terdapat 2 tipe cacat pada can body 330 ml yaitu major defect

yang mengharuskan barang direject atau discrap dan minor defect yang masih memungkinkan untuk dilakukannya proses rework atau sortir.

Selanjutnya dari hasil pengambilan data dari QC yang bekerja pada line

can body 330 ml, terdapat banyak sekali macam defect yang terjadi dan untuk

mempersempit jumlah jenis Critical to Quality (CTQ) maka dilakukan perhitungan untuk jumlah defect yang paling banyak dan paling sering muncul sebagai berikut.

1) Kotor tinta

Tidak sempurnanya dekorasi can body kaleng karena terdapat cipratan tinta dari mesin decorator. Dengan kebutuhan pelanggan terhadap defect

(22)

ini adalah dekorasi tidak kotor oleh cipratan tinta dan tinta dekorasi tidak membayang.

2) ME high

Tingginya kadar logam (alumunium) karena tidak meratanya lapisan lacquer pada saat penyemprotan oleh mesin LSM (lacquer Spraying

Machine).

3) Voids

Cacat dekorasi kaleng yang menyebabkan printing tidak sempurna atau merata atau ada pada bagian dari can body yang tidak terdekorasi.

4) Scratch

Tergoresnya bagian dalam atau luar can body kaleng karena bergesekan langsung dengan mesin produksi, menyebabkan tidak sempurnanya dekorasi maupun lapisan bagian dalam can body kaleng.

5) Dented

Cacat berupa penyok pada bagian body kaleng maupun bagian dasar kaleng karena ada tooling yang sudah rusak.

6) Lain-lain

Terdapat beberapa jenis defect yang jarang sekali muncul seperti warna bervariasi, body swollen kotor oli.

Tabel 4.3 menunjukan kebutuhan pelanggan dari hasil wawancara karakteristik kualitas dengan beberapa responden.

(23)

Tabel 4.3 Customer Requirement untuk Setiap CTQ

CTQ Customer Requirement

Kotor Tinta Dekorasi tidak kotor oleh cipratan tinta Tinta tidak membayang

ME high Lapisan lacquer merata Voids Dekorasi merata

Scratch Bagian dalam dan luar body kaleng tidak tergores Dented Body kaleng tidak penyok

Lain-lain Body tidak bergelombang Warna sesuai standar

4.3.3 Penentuan CTQ Prioritas

Penentuan Critical to Quality (CTQ) prioritas selanjutnya dilakukan dengan membuat Diagram Pareto terhadap data jumlah produksi yang dibandingkan dengan jumlah cacat produk selama bulan Januari sampai Agustus 2013. Data diagram Pareto ini berasal dari laporan produksi mengenai jumlah cacat selama bulan Januari sampai Agustus 2013. Tabel 4.4 menyajikan presentase jumlah

defect pada can body 330 ml.

Tabel 4.4 Presentase Defect Pada Can Body 330 ml

Defect Jumlah Kumulatif Qty % % Kumulatif

Kotor tinta 14,367,950 14,367,950 50.751372 50.75 ME high 4,389,874 18,757,824 15.506188 66.26 Voids 3,462,735 22,220,559 12.231289 78.49 Scratch 3,085,263 25,305,822 10.897959 89.39 Dented 2,082,898 27,388,720 7.357343 96.74 Lain lain 921740 28,310,460 3.255828 100 TOTAL 28,310,466 100% 100%

Berdasarkan tabel di atas selanjutnya dibuat diagram pareto seperti pada gambar 4.8 di bawah ini.

(24)

Gambar 4.8 Diagram Pareto Jumlah Defect Can Body 330 ml

Berdasarkan diagram tersebut tampak bahwa permasalahan yang berkaitan dengan appearence produk terutama Kotor tinta menjadi masalah dominan di Line Body 330 ml, yaitu mencapai 50,75% dari total keseluruhan jumlah masalah. Oleh karena itu, masalah kotor tinta pada produk can body 330 ml merupakan permasalahan utama dan harus diprioritaskan. Hal ini sesuai dengan prinsip Vilfredo Pareto yaitu 80% dari efek diakibatkan oleh 20% dari penyebab.

4.3.4 Analisa Kepentingan dan Kepuasan Pelanggan

Analisis tingkat kepentingan-kepuasan dan gap. Dari 9 CTQ requirement

yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui nilai rata-rata tingkat kepentingannya (customer importance) dengan nilai rata-rata tingkat kepuasan pelaksanaa proses (customer satisfaction) terhadap kesembilan CTQ can body 330 ml yang sebelumnya telah disefinisikan dimana selanjutnya dilakukan analisis gap antara keduanya.

Kuesioner melibatkan total 5 orang yang terdiri dari QA Manager, Production Supervisor dan Incoming dari PT Coca Cola Botling Indonesia yang

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 Kotor tinta

ME high Voids Scratch Dented Lain lain

Percent

(25)

merupakan salah satu customer dari PT United Can Co. Ltd. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, tahap uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kevalidan dan keandalan hasil kuesioner yang diberikan. Adapun hasil pengujian keduanya dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17.0 dan tabel pembanding hasil SPSS yaitu Tabel R disajikan dalam lampiran.

Selanjutnya hasil kuesioner diolah dengan analisis gap. Analisis gap dilakuan untuk mendapatkan nilai gap. Nilai gap adalah selisih antara nilai rata-rata tingkat kepentingannya (customer importance) dengan nilai rata-rata tingkat kepuasan pelaksanaan proses (customer satisfaction). Nilai customer importance

dan customer satisfaction didapatkan dari rata-rata hasil kuesioner. Tahap

pembuatan analisis gap sampai dengan pemilihan CTQ kunci yang akan diteliti lebih mendalam diuraikan sebagai berikut :

a) Penentuan Customer Requirements

Pada bahasan sebelumnya telah dibahas 9 customer requirement can body 330 ml yang diperoleh dari data historis jumlah defect untuk kemudian dilakukan penghitungan tingkat rata-rata HFI (reject) tertinggi sepanjang bulan Januari sampai Agustus 2013. Dari data tersebut kemudian ditentukan apa saja yang menjadi customer requiement.

b) Penentuan Customer Importance

Customer importance (tingkat kepuasan pengguna) merupakan nilai rata-rata

rating kepentingan menurut responden kuesioner dari masing-masing CTQ can

(26)

Tabel 4.5 Customer Importance setiap CTQ

Customer Requirement Customer Importance

(rata-rata) Dekorasi tidak kotor cipratan tinta 4.20

Lapisan lacquer merata 4.20

Tinta tidak membayang 3.60

Dekorasi merata 3.80

Bagian dalam tidak tergores 3.60

Body tidak ada goresan 3.60

Body tidak penyok 4.20

Body todak bergelombang 3.40

Warna sesuai standar 3.80

Contoh perhitungan manual :

Dekorasi tidak kotor cipratan tinta = = = 4,2

Adapun untuk rating kepentingan (Customer importance) disajikan dalam skala Likert berikut ini :

1 : Sangat tidak penting 2 : Tidak penting 3 : Cukup penting 4 : Penting

5 : Sangat penting

Data lengkap yang berisi rekap hasil kuesioner untuk mencari rata-rata customer importance akan disajikan pada lampiran.

c) Penentuan Customer Satisfaction

Customer satisfaction disini merupakan nilai rata-rata dari rating kepuasan

pelakasanaan proses responden terhadap hasil produksi can body 330 ml yang diproduksi pada departemen Two Piece Can selama ini, yang sajikan dalam tabel 4.6 berikut ini :

(27)

Tabel 4.6 Customer Satisfaction setiap CTQ Customer Requirements Customer Satisfaction

(rata-rata) Dekorasi tidak kotor cipratan tinta 2.40

Lapisan lacquer merata 2.40

Tinta tidak membayang 3.40

Dekorasi merata 3.20

Bagian dalam tidak tergores 3.20

Body tidak ada goresan 2.60

Body tidak penyok 2.40

Body tidak bergelombang 2.60

Warna sesuai standar 3.00

Contoh perhitungan manual :

Dekorasi tidak kotor cipratan tinta = = = 2,4

Adapun untuk rating kepentingan (customer satisfaction) disajikan dalam skala Likert berikut ini :

1 : Sangat tidak puas 2 : Tidak puas 3 : Cukup puas 4 : Puas

5 : Sangat puas

Data lengkap yang berisi rekap hasil kuesioner untuk mencari rata-rata customer

satisfaction akan disajikan pada lampiran.

d) Perhitungan Gap Antara Customer Importance dan Customer Satisfaction Selanjutnya penghitungan selisih nilai customer importance dan customer satisfaction disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini :

(28)

Tabel 4.7 Selisih Customer Importance dan Customer Satisfaction Customer Requirement Customer

Importance

Customer Satisfaction

Selisih (Gap) Dekorasi tidak kotor cipratan tinta 4.20 2.40 1.80

Lapisan lacquer merata 4.20 2.40 1.80

Tinta tidak membayang 3.60 3.40 0.20

Dekorasi merata 3.80 3.20 0.60

Bagian dalam tidak tergores 3.60 3.20 0.40

Body tidak ada goresan 3.60 2.60 1.00

Body tidak penyok 4.20 2.40 1.80

Body tidak bergelombang 3.40 2.60 0.80

Warna sesuai standar 3.80 3.00 0.80

Dengan demikian pernyataan permasalahan untuk project charter ini adalah “Peningkatan kualitas Can Body 330 ml yang disebabkan oleh banyaknya cacat kotor tinta”. Untuk kemudian pembahasan selanjutnya menitikberatkan pada

Critical to Quaity dari Kotor tinta.

4.4 Tahap Pengukuran (Measure)

Pada tahap pengukuran (measure) dilakukan pengumpulan data CTQ prioritas untuk selanjutnya dilakukan pengukuran level sigma, stabilitas proses dan kapabilitas proses.

4.4.1 Pengumpulan Data CTQ Prioritas

Dari tahap define diketahui bahwa CTQ prioritas ialah Kotor tinta, sehingga selanjutnya data defect kotor tinta digunakan dalam perhitungan tahap berikutnya. Proses pengumpulan data dilaksanakan selama bulan Januari sampai Agustus 2013. Data yang diambil dan direkap merupakan data kualitas can body

330 ml defect kotor tinta berjenis data atribut dimana selanjutnya data ini akan

digunakan dalam pengukuran level sigma, stabilitas dan kapabilitas proses. Data sampling yang diperoleh merupakan data sekunder, karena data didapat

(29)

berdasarkan hasil pengukuran kualitas yang telah dilakukan oleh bagian Quality

Assurance (QA). Rekap data sample defect kotor tinta disajikan pada tabel 4.8

berikut ini :

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Defect Kotor Tinta (Januari-Agustus 2013)

Pengamatan Total Produksi Kotor Tinta

Januari 60,544,966 1,526,201 Februari 50,394,305 1,665,150 Maret 45,817,909 1,580,294 April 66,918,549 1,700,524 May 91,663,186 2,161,941 Juni 98,401,381 1,682,856 Juli 99,230,855 2,539,880 Agustus 62,957,198 1,511,104 TOTAL 575,928,349 14,367,950

4.4.2 Pengukuran Level Sigma

Ada beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mengukur level sigma pada periode-periode yang diinginkan, berikut adalah beberapa keterangan dalam melakukan perhitungan level sigma

1) Unit yang diinspeksi (U), unit yang diproduksi 2) Unit yang cacat (D), jumlah total cacat

3) Opportunity (O), menyatakan karakteristik yang berpotensi menyebabkan

cacat pada can body 330 ml, dalam hal ini hanya Kotor tinta

4) Defect Per Unit (DPU), sebuah pengukuran yang mewakili rata-rata

jumlah kerusakan yang diamati pada satu sample populasi. DPU dihitung dengan membagi jumlah cacat diamati (D) oleh jumlah unit dalam sample (U)

5) Defect Per Opportunity (DPO), probabilitas unit yang diproduksi dengan

(30)

satu kesempatan untuk cacat atau mungkin memiliki kesempatan terbatas untuk cacat.

6) Total Number of Opportunity, perkalian antara jumlah unit yang diinspeksi

(U) dengan jumlah karakteristik kecacatan (O).

Level sigma pada defect Kotor tinta produk can body 330 ml yang didasarkan pada data bulan Januari sampai Agustus 2013 ialah sebagai berikut :

A. Level Sigma Total (Januari-Agustus 2013) Unit yang diproduksi (U) : 575,928,349 Unit yang cacat (D) : 14,367,950 Opportunity (OP) : 1

Defect Per Unit :

:

= 0,0249 Total Opportunities (TOP) : U x OP

: 575,928,349 x 1 : 575,928,349 Defect Per Opportunities (DPO) :

:

= 0,0249

Defect Per Million Opportunities (DPMO) : DPO x 1000000 : 0,0249 x 1000000 : 24947,46

(31)

Tabel 4.9 akan menyajikan hasil dari perhitungan nilai DPMO dan konversi level sigma untuk periode Januari sampai Agustus 2013 secara menyeluruh.

Tabel 4.9 Pengukuran Level Sigma Per Periode

Month Total Prodksi Kotor tinta Proporsi DPMO Level Sigma

Jan 60,544,966 1,526,207 0.025207827 25207.83 3.47 Feb 50,394,305 1,665,150 0.033042424 33042.42 3.34 Mar 45,817,909 1,580,294 0.034490749 34490.75 3.32 Apr 66,918,549 1,700,524 0.025411848 25411.85 3.46 May 91,663,186 2,161,941 0.023585706 23585.71 3.49 Jun 98,401,381 1,682,856 0.017101955 17101.96 3.57 Jul 99,230,855 2,539,880 0.025595668 25595.67 3.45 Aug 62,957,198 1,511,104 0.024002085 24002.08 3.48 575,928,349 14,367,956 0.024947471 24947.47 3.47

4.4.3 Pengukuran Stabilitas Proses

Stabilitas proses dilakukan sebagai syarat dalam pengukuran kapabilitas proses. Stabilitas proses dilakukan dengan alat statistik Control Chart untuk mengetahui apakah secara statistik proses berada dalam batas-batas kendali atau tidak. Apabila sudah terkendali, maka pengukuran kapabilitas proses baru dapat dilakukan. Data yang digunakan untuk mengukur stabilitas proses Can Body 330 ml diambil dari tabel 4.8. Adapun perhitungannya sendiri adalah sebagai berikut :

 Penentuan Garis Pusat CL (Center Line) =

= = 0,02605

Maka atau garis pusat rata-rata banyak subgroup CL yaitu sebesar 0,02605

(32)

 Penentuan Upper Control Limit UCL = + 3

= 0,02605 + 3

Maka UCL yang merupakan limit batas atas untuk untuk tiap-tiap periode dapat dilihat pada tabel 4.10

 Penentuan Lower Control Limit

LCL = - 3

= 0,02605 - 3

Maka LCL yang merupakan limit batas bawah untuk tiap-tiap periode dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Rekapiltulasi Data CL, UCL dan LCL Jan-Agust 2013

Month Total Produksi Kotor tinta Proporsi CL UCL LCL

Jan 60,544,966 1,526,207 0.02521 0.02605 0.03445 0.01723 Feb 50,394,305 1,665,150 0.03304 0.02605 0.03526 0.01763 Mar 45,817,909 1,580,294 0.03449 0.02605 0.03571 0.01785 Apr 66,918,549 1,700,524 0.02541 0.02605 0.03404 0.01702 May 91,663,186 2,161,941 0.02359 0.02605 0.03288 0.01644 Jun 98,401,381 1,682,856 0.01710 0.02605 0.03264 0.01632 Jul 99,230,855 2,539,880 0.02560 0.02605 0.03261 0.01631 Aug 62,957,198 1,511,104 0.02400 0.02605 0.03429 0.01714 TOTAL 575,928,349 14,367,956 0.20844

Selanjutnya data pengukuran serta batas-batas kendali proses tersebut diplot ke dalam peta kendali proses yang disajikan pada gambar 4.9 berikut di bawah ini

(33)

Gambar 4.9 Peta Kendali P Defect Kotor Tinta Jan-Agust 2013

4.4.4 Pengukuran Kapabilitas Proses

Pada pengukuran kapabilitas proses data atribut, terdapat dua jenis penghitungan yaitu kapabilitas proses yang digunakan untuk mengukur tingkat kapabilitas proses sigma berdasarkan output kecacatan proses yang dihasilkan ( ) serta indeks kapabilitas proses yang digunakan untuk mengukur kemampuan proses bersaing secara kompetitif di pasar global berdasarkan batas-batas level sigma ( ).

Semakin kecil central line, maka kapasitas proses semakin baik. Dengan menggunakan control chart p proses dinyatakan terkendali pada tahapan stabilitas proses, maka dapat dilakukan perhitungan kapabilitas.

Kapabilitas proses untuk Can Body 330 ml periode Januari samapi Agustus 2013 adalah :

Rata-rata proporsi cacat (p) = 0,02605

= = = 0,05631 0.00000 0.01000 0.02000 0.03000 0.04000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Proporsi CL UCL LCL

(34)

Kapabilitas proses ( ) = = = 0,33

Performansi Kane ( ) = min (CPU,CPL)

CPU =

=

= 0,33

CPL = = = 0,33 Sehingga didapatkan nilai = = 0,33

4.5 Tahap Analisa (Analyze)

Pada tahap analisa (Analyze) ini dilakukan analisa mengenai akar penyebab masalah serta menganalisis pengaruh potensial kegagalan sumber-sumber variasi penyebab permasalahan dengan menganalisa Failure Mode Effect

Analysis (FMEA).

4.5.1 Penelusuran Terhadap Akar Penyebab Masalah

Penelusuran terhadap sumber-sumber variasi penyebab masalah dilakukan dengan metode Root Cause Analysis (RCA). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan Permasalahan

Jenis permasalahan yang ingin dianalisis untuk diketahui penyebabnya diambil sesuai dengan hasil CTQ prioritas yang telah terseleksi, yaitu Kotor Tinta. Tinggi defect Kotor Tinta pada akhirnya akan menyebabkan rendahnya kualitas can body 330 ml secara keseluruhan. Kotor tinta merupakan jenis

(35)

kecacatan yang menggambarkan tidak sempurnanya dekorasi pada can body karena terdapat cipratan tinta dan adanya tinta dekorasi yang membayang.

2. Mengumpulkan data dan informasi kotor tinta

Pengumpulan data serta informasi yang berkaitan dengan permasalahan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan mengamati keadaan langsung di lapangan, membaca dokumen atau arsip yang tercatat, membaca textbook yang terkait serta melakukan wawancara terstruktur dan brainstorming dengan production manager, supervisor, leader, maintenance serta para karyawan di departemen Two Piece Can line body 330 ml untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan akurat. Adapun tujuan pengumpulan data dan informasi ini sendiri adalah untuk menelusuri fakta-fakta yang ada. Setelah mengetahui penyebab yang paling utama, maka perlu diadakan tindakan penanggulangan. Rencana perbaikan optimal bisa diperoleh dengan menganalisis akar penyebab permasalahan dimana dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA) menggunakan alat bantu kualitas Fishbone Diagram. 3. Menyeleksi penyebab Kotor tinta

Penyeleksian penyebab pada penelitian ini akan menggunakan tool Fishbone Diagram dengan 5M yaitu Manpower (manusia), Method (metode),

Material (bahan baku), Machine (mesin), dan Mother nature (lingkungan) yang

disajikan secara jelas pada gambar di bawah ini

4. Spesifik dalam menentukan permasalahan dan penyebabnya

Permasalahan disini diambil hanya pada line body 330 ml departemen Two Piece Can dimana memang hanya pada bagian ini penelitian dilakukan.

(36)

Penyebab-penyebab kecacatan untuk CTQ prioritas akan digambarkan ke dalam diagram Fishbone.

5. Mengidentifikasi penyebab yang mengakibatkan defect CTQ prioritas

Identifikasi dilakukan untuk menari penyebab yang mengakibatkan defect kotor tinta dimana nantinya akan digambarkan ke dalam diagram Fishbone yang disajikan secara jelas pada gambar 4.11.

6. Menganalisa secara detil keseluruhan hasil dari diagram Fishbone

Hasil yang didapatkan akan dianalisa berdasarkan penyebabnya pada tahap analisa.

(37)

Gambar 4.10 Fishbone Diagram CTQ Kotor Tinta P ro se d u r cl ea n u p ti d ak t er at u r P re ssu re In k er o v er M es in t id ak b er o p er asi se ca ra o p ti m al F o u n ta in b o co r M es in seri n g r u sa k K u ra n g p er aw at an D isp li n p ek er ja r en d ah K u ra n g mo ti v as i K u ra n g t el it i Ti d ak a d a si st em i n se n ti f K u ra n g k o n se n tr as i P en g al ama n k u ra n g S k il l p ek er ja k u ra n g K u ra n g p el at ih an d an t ra in in g S et u p mes in ti d ak t ep at P ro g ra m y an g d ig u n ak an p ad a mesi n s al ah K u al it as mat er ia l k u ra n g b ai k M at er ia l ti n ta te rl al u e n ce r Ti d ak a d a in sp ek si p en er imaa n mat er ia l S emp it n y a ta ta l et ak m esi n K o n d is i te m p er at u r ru an g an y an g sa n g at t in g g i

(38)

4.5.2 Perancangan dan Penyebaran Kuesioner 2

Berdasarkan diagram sebab akibat pada gambar di atas, diketahui terdapat penyebab-penyebab terjadinya kecacatan can body 330 ml yang menjadi CTQ prioritas yaitu kotor tinta. Langkah selanjutnya adalah merancang kuesioner kedua yang terdapat pada lampiran yang bertujuan untuk mengetahui tingkat Severity,

Occurence dan Detection dari faktor penyebab kegagalan mesin dan peralatan

yang akan digunakan pada tahap analisis pengaruh potensial kegagalan sumber-sumber variasi dengan menggunakan tool Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA). FMEA dalam penelitian ini membahas khusus pada bagian mesin dan peralatan yang sebelumnya telah diketahui dalam diagram sebab akibat pada gambar di atas.

4.5.3 Analisis Pengaruh Potensial Kegagalan Sumber-Sumber Variasi Pada tahap ini dilakukan analisis pengaruh potensial kegagalan sumber-sumber variasi dengan menggunakan salah satu tool six sigma yaitu FMEA dengan melakukan brainstorming dan wawancara dengan para responden. Hasil wawancara disajikan dalam lampiran. Selanjutnya diperoleh perbaikan dan peningkatan kualitas yang secara jelas terangkum dalam FMEA. Untuk selanjutnya, FMEA digunakan sebagai dasar untuk menetapkan urutan prioritas alternatif solusi yang ditawarkan.

Pada mode FMEA, setiap masalah akan diberi bobot dengan cara mengklasifikasikan secara kualitatif berdasarkan severity (S), occurence (O) dam

detection (D) kemudian ditentukan nilai Risk Priority Number (RPN). Adapun

(39)

 Identifikasi Sistem (System’s Function)

Yang dimaksud sistem di sini adalah mesin Decorator yang berfungsi untuk memberikan aplikasi dekorasi pada can body 330 ml sesuai dengan design yang sudah ditentukan.

 Identifikasi Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode)

Pada tahap ini diidentifikasi masalah-masalah potensial yang menyebakan mesin Decorator tidak memenuhi atau tidak mencapai fungsi utamanya yaitu untuk memberikan aplikasi dekorasi pada can body 330 ml dengan baik sehingga menyebakan kotor tinta.

 Identifikasi Akibat Kegagalan

Pada tahap ini dianalisis akibat atau dampak yang timbul pada masing-masing masalah kegagalan yang telah diidentifikasi pada potential failure mode. Akibat atau dampak yang timbul pada masing-masing masalah kegagalan tersebut akan disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Potential Effect of Failure

Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Fountain bocor Tinta menetes pada area dekorasi Tinta splash (encer) Cipratan tinta pada dekorasi

kaleng Presspin belt over varnish

problem

Serpihan kotoran menempel pada plate image

Blanket problem Dekorasi tidak sempurna Plate image tertekuk Dekorasi tidak merata

Rubber roll inker problem Terdapat bercak pada dekorasi kaleng

(40)

 Analisis Tingkat Keseriusan Kegagalan (Severity of Effect)

Pada tahap ini dianalisis seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh kegagalan-kegagalan yang muncul pada mesin Decorator sehingga menyebabkan kotor tinta. Efek kegagalan dianalisis berdasarkan dampak dampak terhadap konsumen. Skala severity yang digunakan adalah skala 1 hingga 5 dengan perincian pada tabel 4.12 sebagai berikut :

Tabel 4.12 Skala Severity

Skala Keterangan

1 Tidak berpengaruh 2 Tidak terlalu serius

3 Cukup serius

4 Serius

5 Sangat serius

Cara menganalisis severity failure mode yaitu dengan terlebih dahulu menganalisis severity masing-masing akibat (effect) dari tiap-tiap potential failure mode. Selanjutnya, severity tertinggi dari setiap effect of failure

akan dipilih menjadi severity dari failure mode. Severity kegagalan mesin decorator hingga menyebabkan kotor tinta akan ditampilkan pada Tabel 4.13 berikut ini

(41)

Tabel 4.13 Severity Failure Mode

Potential Effect of Failure Skala Potential Failure Mode Skala Dekorasi kaleng tidak

sempurna 5

Fountain bocor

5 Cipratan tinta pada dekorasi

kaleng 5

Tinta splash (encer)

5 Serpihan kotoran menempel

pada plate image 4

Presspin belt over varnish

problem 4

Dekorasi tidak sempurna 2 Blanket problem 2 Dekorasi tidak merata 2 Plate image tertekuk 2 Terdapat bercak pada

dekorasi kaleng 2

Rubber roll inker problem

2

 Identifikasi Sebab-Sebab Kegagalan (Potential Causes of Failure)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi sebab-sebab apa saja yang menyebakan defect Kotor tinta pada mesin Decorator. Diperlukan identifikasi yang lengkap agar dapat terungkap akar masalah (root cause) dari kegagalan dengan menggunakan fishbone diagram. Selanjutnya, sebab-sebab potensial dari mesin Decorator dengan menggunakan fishbone diagram akan disajikan pada gambar berikut ini.

(42)

Gambar 4.11 Fishbone Diagram Kegagalan Decorator yang menyebabkan Kotor Tinta

Pa rt Boco r Bu ild u p tin ta k erin g Sp las h (enc er) Pa rt au s Se rp ih an k o to ra n m en ep el p ad a p lat e image Pa rt au s Se rp ih an k o to ra n m en ep el p ad a p lat e image U ju n g p lat e terteku k Ku ra n g m ain ten an c e Op era to r ce ro b o h Pa rt au s Ku ra n g m ain ten an ce

(43)

Berdasarkan bagan fishbone diagram, rincian sebab-sebab defect Kotor tinta disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.14 Potential Causes of Failure

Potential Failure Mode Potential Cause of Failure

Fountain bocor 1. 1. Kurang maintenace 2. 2. Part bocor

Tinta splash (encer) 1. 1. Build up tinta kering pada inker 2. 2. Kekentalan tinta terlalu encer Presspin belt over varnish problem 1. 1. Part aus

2. 2. Jarang dibersihkan Blanket problem 1. 1. Part aus

2. 2. Tidak dibersihkan secara teratur Plate image tertekuk 1. 1. Kecerobohan operator

Rubber roll inker problem

1. 1. Part aus

2. 2. Kurang maintenance 3. 3. Umur rubber roll inker

 Analisis Frekuensi Kegagalan (Failure Mode of Occurance)

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seberapa sering kegagalan terjadi. Skala occurance yang digunakan yaitu 1 hingga 5, dengan perincian yang lengkap pada tabel berikut ini.

Tabel 4.15 Skala Occurance

Skala Keterangan

1 Sangat jarang terjadi 2 Jarang terjadi

3 Kadang-kadang terjadi 4 Sering terjadi

(44)

Cara menganalisis frekuensi frekuensi kegagalan (Failure mode of

occurance) yaitu dengan menganlisis potential causes of failure dari setiap

failure mode. Occurance terbesar (yang paling sering terjadi) dari

potential causes of failure mode. Analisis frekuensi kegagalan dari setiap

potential cause of failure selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 4.16 Occurance Failure Mode

Potential Cause of Failure Skala Potential Failure Mode Skala

3. 1. Kurang maintenace 4. 2. Part bocor

4

2 Fountain bocor 4 3. 1. Build up tinta kering pada inker

4. 2. Kekentalan tinta terlalu encer

3

2 Tinta splash (encer) 3 3. 1. Part aus

4. 2. Jarang dibersihkan

2 2

Presspin belt over varnish

problem 2

3. 1. Part aus

4. 2. Tidak dibersihkan secara teratur 2

4 Blanket problem 4 2. 1. Kecerobohan operator 3 Plate image tertekuk 3 4. 1. Part aus

5. 2. Kurang maintenance 6. 3. Umur rubber roll inker

2 3 2

Rubber roll inker problem 3

 Metode Deteksi Kegagalan (Detection Mode)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi metode untuk mendeteksi kegagalan

(failure mode) Decorator mencapai performansinya. Terdapat gejala-gejala

yang mengidentifikasi kegagalan Decorator. Dari gejala yang muncul tersebut, dapat diduga komponen yang mengalami kegagalan. Untuk membutktikan gejala tersebut, maka diperlukan metode pendeteksian komponen. Cara mendeteksi failure mode yang terjadi yaitu dengan menganalisis semua metode pada detection method. Semakin kita tidak

(45)

yakin terhadap metode yang ada, maka semakin besar rating detection, karena semakin kita harus waspada. Semakin sulit cara pendeteksian maka

rating detection juga semakin tinggi. Tingkat deteksi dengan rating

tertinggi menjadi rating detection failure mode. Analisis lengkap mengenai tingkat pendeteksian ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 4.17 Skala Detection

Skala Keterangan

1 Pasti terdeteksi

2 Kemungkinan besar terdeteksi 3 Mungkin terdeteksi

4 Kemungkinan kecil terdeteksi 5 Tidak terdeteksi

Tabel 4.18 Detection Rating

Detection Method Skala Potential Failure Mode Skala

Metode visual untuk melakukan pengecean berkala

3 Fountain bocor 3 Metode visual untuk

mengidentifikasi saat penggunaan tinta

3 Tinta splash (encer) 3 Melakukan pengecekan

visual secara berkala 3 Presspin belt over varnish problem 3 Pengecekan secara

visual 3 Blanket problem 3 Diperhatikan secara

visual posisi plate 1 Plate image tertekuk 1 Metode visual untuk

pengecekan berkala 3 Rubber roll inker problem 3

 Perhitungan Risk Priority Number (RPN)

Pada tahap ini dilakukan perhitungan risk priority number (RPN) untuk mengidentifikasi failure mode yang perlu diprioritaskan untuk dianalisis dan ditindaklanjuti, karena dianggap menjadi sumber kegagalan utama

(46)

pada Decoraor. Penghitungan RPN yaitu dengan cara mengalikan tingkat

severity dengan tingkat occurance dan dengan tingkat detection.

Penghiungan selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.19 Risk Priority Number

Potential Failure Mode S O D RPN Priotitas

Fountain bocor 5 4 3 60 1 Tinta splash (encer) 5 3 3 30 2 Presspin belt over varnish problem 4 2 3 24 4 Blanket problem 2 4 3 24 3 Plate image tertekuk 2 3 1 6 6 Rubber roll inker problem 2 3 3 18 5

4.6 Tahap Perbaikan (Improve)

Pada tahap ini diberikan usulan perbaikan dan pengendalian yang didapatkan dari interpelasi hasil. Usulan perbaikan dibagi ke dalam 2 hal, yaitu perbaikan manajerial dan perbaikan teknis. Usulan perbaikan akan dititikberatkan pada perbaikan CTQ kunci yang didapatkan dari hasil analisis tingkat kepentingan-kinerja dan gap yaitu kotor tinta serta perbaikan RPN tertinggi yaitu

Fountain bocor. Usulan control diberikan untuk mengendalikan perbaikan yang

dilakukan pada tahap improve agar dapat meminimasi kegagalan yang potensial terjadi pada kualitas proses yang berkaitan erat dengan output produk, sehingga

can body yang diproduksi dapat optimal serta sesuai dengan standar yang telah

(47)

4.6.1 Usulan Perbaikan Manajerial

Perbaikan manajerial merupakan perbaikan yang melibatkan manajerial perusahaan dalam upaya tahap improve. Perbaikan ini dilakukan ke dalam 2 tahap, antara lain sebagai berikut.

A. Usulan Perrbaikan Struktur Tim Organisasi

Susunan/struktur organisasi di Departemen Two Piece line body 330 ml beserta bagian lainnya yang mendukungmya secara sederhana disajikan pada gambar sebagai berikut.

Gambar 4.12 Struktur Organisasi Pada Lini Produksi

Gambar 4.13 di atas menunjukkan struktur organisasi di Departemen Two Piece PT United Can Co. Ltd secara sederhana dimana bagian Quality Assurance

(QA) dan Maintenance Support sebagai bagian yang terpisah membantu

Production Manager di Departemen Two Piece dan saling memberikan feedback

serta saling memberikan informasi seputar kondisi dan kebutuhan proses produksi. Selanjutnya, Production Manager membawahi dan memberi instruksi

Quality Assurance Production Manager

Supervisor

Staff

Leader

Maintenance Support

(48)

kepada supervisor, staff, leader serta para karyawan yang bertugas sebagai pelaksana proses produksi (operator) di lapangan.

Pada suatu proyek Six Sigma, sekelompok tim Six Sigma harus dipersiapkan dalam pelaksanaan proyek ini. Rencana pembentukan dilakukan mengingat tim Six Sigma sangat penting perananya dalam menyelesaikan suatu proyek Six Sigma dan selain itu di Departemen Two Piece, bagian yang mengawasi dan mengevaluasi kualitas yaitu Quality Assurance (QA), tidak hanya mengawasi tingkat Kotor tinta saja, namun seluruh proses dari line body 330 ml

dan juga lini produksi lain sehingga menyebabkan kualitas can body 330 ml tidak optimal. Selain itu, tim Six Sigma tersebut juga dapat memberikan pelatihan, pengarahan (training) dan informasi tambahan kepada operator tentang pencegahan kegagalan proses serta melakukan pengawasan dan pengontrolan secara rutin terhadap operator yang bekerja serta kualitas produk yang dihasilkannya dalam usaha perusahaan menuju target zero defect. Operator yang mengerti pentingnya proses pada Decorator akan memberikan perhatian penuh terhadap proses tersebut. Hal ini sangat penting karena proses aplikasi dekorasi pada can body 330 ml merupakan proses vital dalam menentukan ouput can body

yang berkualitas.

Untuk pembentukan struktur tim baru, harus pula dipertimbangkan sinkronisasinya dengan staff atau karyawan lainnya sehingga hubungan yang optimal akan terbentuk. Adapun struktur tim sebelum dilakukan implementasi usulan diwakili oleh garis putus tipis. Usulan pembentukan susunan atau struktur

(49)

Gambar 4.13 Usulan Struktur Team Six Sigma Pada Line Can Body 330 ml Keterangan :

Direct report Indirect Report

Adapun tugas dan wewenang Team Six Sigma yang dibentuk pada gambar di atas ialah sebagai berikut :

Executive Leadership komit untuk mewujudkan Six Sigma, memulai dan

memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan. Tugas ini dapat diambil oleh pimpinan puncak

Production Manager Staff Leader Maintenance Support Champions

Kepala Tim Proyek

Anggota Proyek Black Belt Green Belt Master Black Belt Quality Assurance Champions Executive Leader

(50)

(Direktur Utama) Pt United Can Co. Ltd sebagai pemegang kendali tertinggi perusahaan.

Champions merupakan pendukung utama yang berjuang demi

terbentuknya Black Belt dan berupaya meniadakan berbagai rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial ataupun pribadi agar Black Belt berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa dikatakan

Champions menyatu dengan proses pelaksanaan proyek, para anggotanya

berasal dari kalangan manajer, bertanggung jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan hasil kepada

Executive Leader dan secara continue mendukung tim pelaksana. Tugas

ini dapat diambil oleh para manajer PT United Can Co. Ltd. seperti contohnya Manufacturing Manager dan Electrical and Supporting

Manager sebagai pemegang kendali proyek.

 Master Black Belt bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan pemandu. Master Black Belt adalah orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan taktik Six Sigma, memusatkan seluruh perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Kunci peranan Master Black Belt terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.

Black Belt sebagai tulang punggung budaya dan pusat keberhasilan Six

Sigma, mengingat mereka adalah orang-orang yang memimpin proyek

perbaikan kinerja perusahaan, dilatih untuk menemukan masalah, penyebab beserta penyelesaiannya, bertugas mengubah teori ke dalam tindakan, wajib memilah-milah data, opini dengan fakta dan secara

(51)

kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah produktivitas serta profitabilitas, bertanggung jawab mewujudnyatakan Six Sigma.

Green Belt membantu Black Belt di wilayah fungsionalnya. Pada

umumnya Green Belt bertugas mengaplikasikan alat-alat Six Sigma untuk menguji dan menyelesaikan problem-problem kronis, mengumpulkan dan menganalisis data.

B. Perbaikan dengan Metode 5W-2H

Perbaikan yang konkrit perlu dilakukan oleh manajerial perusahaan agar kegagalan tersebut dapat diminimasi atau bahkan dieliminasi. Untuk memperbaiki kegagalan-kegagalan tersebut perlu diketahui apa yang menjadi target utama dari perbaikan kualitas tersebut, lokasi aktivitas, urutan aktivitas, orang dan metode perbaikannya. Adapun metode yang digunakan adalah metode 5W-2H dan untuk aspek “How Much” tidak dilakukan karena dalam penelitian ini tidak

memperhitungkan biaya.

Perbaikan terhadap Decorator dapat dilakukan dengan merencanakan tindakan-tindakan guna mencapai tujuan utama dengan berbagai metode perbaikan yang secara jelas disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.20 Perbaikan Kualitas Can Body 330 ml

5W-1H TINDAKAN

Tujuan Utama What

1. Memberikan prioritas perbaikan protes

2. Memberikan penekanan terhadap operator agar selalu melakukan pengecekan berkala terhadap fountain serta meng-clean up secara teratur 3. Memberi form evaluasi pengawasan dan

panduan standar operasional perawatan Decorator kepada operator serta kondisi Decorator dan menekankan bahwa dekorasi yang sempurna sangat penting dalam menghasilkan kaleng kemasan minuman yang

(52)

berkualitas

4. Kegiatan overhaul Decorator dilakukan secara berkala

Alasan Kegunaan Why

1. Mesin yang dirawat secara berkala akan menghasilkan kinerja yang optimal dimana apabila kinerja mesin optimal, maka diharapkan kualitas yang diinginkan akan tercapai selain itu perawatan juga perlu agar kerusakan mesin dapat dideteksi sedini mungkin

2. Prioritas perbaikan dilakukan agar dapat fokus dalam penyelesaian masalah sehingga kecacatan yang terjadi dapat diminimasi

3. Peremajaan part, khususnya Fountain dapat menjadi solusi pengaplikasian dekorasi yang sempurna sehingga kecacatan dapat dihindari 4. Operator yang mengerti pentingnya dekorasi

yang sempurna akan memberikan perhatian penuh terhadap proses tersebut. Hal ini sangat penting karena proses pada mesin Decorator merupakan proses vital dalam menentukan output can body 330 ml yang berkualitas

5. Panduan standar yang diberikan akan sangat berguna sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan oleh operator

Lokasi Where

Rencana perbaikan ini dilakukan di Departemen Two Piece khususnya pada line body 330 ml tahap Decorator

Urutan When

1. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan metode Six Sigma DMAIC

2. Rencana tindakan ini akan dilaksanakan secepatnya, setelah mengetahui dan menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan akibat kotor tinta pada can body 330 ml

Orang Who

Rencana tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan membentuk tim Six Sigma dengan dipimpin oleh seorang Black Belt. Rencana pembentukan dilakukan mengingat bagian Quality Assurance (QA) tidak hanya mengawasi masalah defect Kotor tinta, namun seluruh bagian proses

Metode How

1. Mengusulkan prioritas perbaikan proses pada Decorator

2. Membuat schedule pelaksanaan maintenance terhadap Decorator secara berkala, ingat slogan doing right for the first time

3. Secara rutin mengisi form pemeriksaan atau report kondisi Decorator dan membuat laporan bulanan evaluasi pengawasan rencana perbaikan Decorator sehingga jumah kecacatan dapat dikendalikan

4. Memperbaiki prosedur proses yang kurang baik dalam pelaksanaannya

Gambar

Gambar 4.1 Uncoiler, Lubricator, Cupper
Gambar 4.3 Base Coater dan Decorator
Gambar 4.5 Necker-Necker dan SNF
Gambar 4.7 Palletizzer
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 = Tidak penting, artinya pengguna menganggap atribut meja dan kursi tamu berbasis desain anyaman tertentu tidak penting ada pada meja dan kursi tamu berbasis desain anyamannya

Setelah improvement yang dilakukan yaitu implementasi one piece flow dengan merubah proses produksi di line Sub Assy Door Lock Mechanic yang pada awalnya hanya proses

Ring adalah produk dari departemen General Can sendiri yang nantinya akan di assembly dengan bodinya dengan menggunakan mesin seamer ( mesin untuk menggabungkan 2

Dari hasil perhitungan dalam tabel perhitungan nilai kapabilitas sigma dan DPMO pada Lampiran II, diketahui bahwa proses perakitan mobil YLO Type II di departemen

Karena luas area saat ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan proses produksi yang optimal, maka dalam pengembangan workshop ada beberapa departemen yang

Sasaran pada penelitian ini adalah cacat produksi pada departemen painting di PT TMMIN, karena sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas produknya perusahaan

a. Memastikan pelaksanaan setiap kegiatan usaha sesuai dengan visi dan misi Perseroan. Menyiapkan secara menyeluruh rencana kerja, anggaran tahunan serta rencana

In process setting = pensortiran komponen dari uppers, dimana diproses pada lini pemotongan dan departemen proses ke2, lalu dikirimkan ke bagian sewing sesuai