• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gelombang K-Pop dengan promosi melalui music video benar-benar semakin mendunia. Salah satunya di situs video-sharing kenamaan dunia, YouTube yang akhirnya meresmikan sebuah channel resmi khusus musik K-Pop. Dimana, penggemar dapat menikmati berbagai music video K-pop mereka inginkan (Citra, 2013, para.1).

Music video atau video klip sendiri adalah sebuah film pendek atau video yang mendampingi alunan musik, umumnya sebuah lagu. Video klip modern berfungsi sebagai alat pemasaran untuk mempromosikan sebuah album rekaman (Moller, 2011, p.34). Salah satu jenis music video yang telah disebutkan diatas yaitu music video K-Pop. K-Pop adalah genre musik yang menggabungkan berbagai gaya termasuk pop, hip-hop, rap, rock, R&B dan musik elektronik. Tetapi, utamanya K-Pop adalah sebuah genre yang berasal dari Korea Selatan (Leung, 2012, p.2). Pemilihan music video K-Pop dikarenakan K-Pop dan music

video membangun identitas nasional Korea melalui musik. Penggabungan

berbagai genre dan perbedaan gaya dalam musik diproduksi menjadi indikasi untuk menarik penonton di luar dan merubah wajah nasional Korea (Leung, 2012, p.14). Selain itu, music video K-Pop adalah unsur pokok yang ideal untuk mempelajari K-Pop (Lie, 2014, p.5).

Di dalam music video, adanya gambaran yang sering direpresentasikan yaitu gender. Gender bukan suatu istilah yang mengacu pada karakter biologis laki-laki dan perempuan secara fisik. Gender lebih merupakan “sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural”. Definisi ini menunjukkan bahwa gender adalah sifat atau karakter maskulin dan feminim dimana keduanya dapat muncul baik pada laki-laki dan perempuan (Kessler, 1978, p.7). Dari definisi tersebut menyatakan, bahwa seorang laki-laki tidak semata-mata identik dengan satu karakter yaitu maskulin namun juga memiliki karakter feminin dalam dirinya. Perpaduan karakter maskulin dan feminim disebut soft masculinity. Soft masculinity adalah konsep dimana laki-laki

(2)

yang memiliki karakter wajah cantik, memiliki sifat lembut, innocent, dan pure. (Jung dalam Hidayati, 2013, p.8-9).

Awalnya gambaran pria soft masculine di Korea disebabkan oleh drama Korea. Salah satunya, gambaran pria soft masculine pada drama Korea populer yaitu Winter Sonata yang menggambarkan Bae Yong Joon (tokoh utama pria pada drama Korea Winter Sonata) sebagai pria yang memiliki karakter soft masculine. Namun, karakter wajah berciri soft masculine ternyata tidak hanya pada drama Korea namun juga tergambarkan pada karakter wajah boyband asal Korea (Jung dalam Hidayati, 2013, p.9). Selain itu, di Korea, Jung dalam bukunya Korean Masculinities and Transcultural Consumption: Yonsama, Rain, Oldboy, K-Pop

Idols menyebutkan bila di sekitar tahun 2000, muncul fenomena pretty boy,

beautiful boy dan flower boy di Korea. Sebutan pretty boy, beautiful boy dan flower boy memiliki makna yaitu pria yang memiliki karakter wajah secantik perempuan dan memiliki sifat lembut, innocent dan pure. Gambaran Pretty boy tersebut diperkuat dan disosialisasikan melalui media massa berupa drama Korea Boys over Flower (2009), You’re Beautiful (2010), dan Pretty man (2013). Kini, karakter pria soft masculine tidak hanya pada drama Korea namun juga tergambarkan pada karakter wajah boy group Korea. (Jung dalam Hidayati, 2013, p.9).

Pemilihan boyband EXO dilakukan berdasarkan sikap soft masculine yang mereka tunjukkan ketika datang ke Indonesia. Pernyataan tersebut didukung berdasarkan artikel yang dilansir media online yaitu Liputan6.com mengenai “EXO Tunjukkan Cinta Pada Indonesia dalam Konser”. Di dalam artikel ini dijelaskan bahwa EXO menunjukkan keakraban dengan negara Indonesia dengan mengajak komunikasi penggemar menggunakan bahasa Indonesia. (Pemita, 2016, par.4). Selain itu, dalam artikel lain di Liputan6.com mengenai “Konser di Jakarta, EXO Penuh Perhatian pada Penggemar”. Di artikel ini dijelaskan bahwa EXO meminta penggemar untuk tidak saling mendorong satu sama lain supaya tidak ada yang terluka. Menurut leader EXO yaitu Suho, apabila EXO-L terluka, EXO akan sedih (Sundari, 2016, par.6-8).

Dimana ada idola pasti ada penggemar. Kegemaran mereka memiliki minat yang besar terhadap K-Pop. Terlihat dari minat mereka yang sama terhadap

(3)

K-Pop, jadi ketika mereka berkumpul mereka tidak akan berhenti menceritakan idolanya. Saling bertukar informasi, bertukar koleksi musik, koleksi musik video dan bertukar gosip tentang idola mereka. Mereka tidak hanya mengoleksi lagu, CD original, dan poster ataupun menonton konser (Puspitasari, 2013, p.6-8).

Melihat keunikan gambaran pria soft masculine Korea pada K-Pop membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam dikarenakan Korea memiliki konsep pria maskulin yang berbeda membuat penulis ingin melihat gambaran pria soft

masculin melalui music video K-Pop. Music video K-Pop yang akan digunakan

milik K-Pop boyband EXO. Pemilihan music video “Miracle in December” ini, ditujukan dengan alasan setelah melihat semua music video yang dimiliki oleh EXO yaitu MAMA, Wolf, Growl, History, Overdose, Call me baby, Love me right, hanya ada dua music video yang tidak ada tarian dari grup tersebut yaitu “Mirale in December” dan “Sing for you”.

Selain itu, pemilihan music video milik EXO yang menunjukkan pria soft

masculine “Miracle in December” yang dikeluarkan lewat salah satu media

Youtube pada tanggal 4 Desember 2013 memiliki jumlah viewer lebih banyak yaitu 25 juta daripada “Sing For You” yaitu 14 juta (Youtube, 2016). Selain itu, dalam music video ini menampilkan karakteristik pria soft masculine yaitu tender charisma, politeness dan purity. Hal tersebut terlihat dari cara anggota EXO menunjukkan keseriusan mereka terhadap pasangannya dengan cara mereka masing-masing (Jung, 2011, p.46-52).

Sebelumnya, penelitian yang berkaitan dengan gambaran pria atau maskulinitas di K-Pop telah dilakukan oleh Novitasari (2013) dengan judul “Tampilan maskulin dalam musik video SUPER JUNIOR “Mr. Simple” dan “No Other”. Hasil penelitiannya adalah tampilan maskulin yang ditunjukkan oleh kedua video klip tersebut adalah maskulin yang feminin serta menunjukkan kesan maskulin yang lebih bebas. Hidayati (2013) “Gambaran maskulinitas dalam majalah K-Pop terbitan Indonesia”. Hasil penelitiannya adalah gambaran laki-laki maskulin lebih banyak menampilkan konsep soft masculine dan konsep maskulinitas metroseksual. Gambaran tersebut terlihat dalam analisa fashion. Sedangkan dalam analisis gesture terdapat penggambaran konsep maskulinitas tradisional atau patriarki yaitu salah satu variasi dari ideologi hegemoni, suatu

(4)

ideologi yang membenarkan penguasaan satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Dominasi kekuasaan seperti itu dapat terjadi antar kelompok berdasarkan perbedaan antar jenis kelamin, agama, ras, atau kelas ekonomi.

Berdasarkan analisis keduanya, bentuk maskulinitas baru ditemukan yaitu maskulinitas mugukjeok atau maskulinitas hibriditas. Sukma (2011) “Representasi maskulinitas boyband kpop dalam video klip Mirotic”. Hasil penelitiannya adalah boyband K-Pop merupakan pria muda dengan keistimewaan ciri-ciri dan karakter kuat yang menghasilkan maskulinitas yang merupakan gabungan antara kelembutan pria (boyish softness) dan maskulinitas yang tegas yang ditunjukkan melalui sikap yang tegas (assertive masculinity) Mereka adalah para pria yang fashionable, peduli penampilan, merawat baik-baik tubuh mereka dan pria yang pesolek.

Namun, yang membedakan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah fokus penelitian peneliti adalah pada boyband dengan karakter soft masculine. Selain itu, ketiga penelitian ini hanya melihat penggambarannya saja. Sedangkan, penelitian ini tidak hanya melihat penggambaran saja tetapi juga melihat dari sisi penerimaan penggemar. Penggemar merupakan audience terdekat dari para idolanya. Tidak hanya itu, ketiga penelitian tersebut menggunakan metode semiotika, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode reception analysis. Metode reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisi oleh khalayak (Fiske, 1987). Selain itu, hasil interpretasinya merujuk pada konteks, seperti cultural setting dan context atas isi media lain (Jensen, 2003, p. 139).

Peneliti memilih penerimaan penggemar dikarenakan ingin melihat bagaimana produk K-pop yang mengandung budaya Korea dikonsumsi pengemar K-Pop dari Indonesia dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dari proses tersebut terjadi pertukaran pengetahuan, nilai dan pengalaman antar pengemar K-pop dan dengan budaya Korea yang mereka konsumsi dari produk

(5)

K-pop yaitu music video (Jung, 2011, p.1-33). Salah satu bentuk penerimaan di Indonesia adalah kehadiran Boyband Sm*sh yang menghiasi layar pertelevisian Indonesia dikarenakan dari segi style, fashion dan tarian mengikuti style K-Pop pada umumnya.

Berikut beberapa gambaran dari persamaan salah satu boyband Korea yaitu Super Junior dengan boyband Indonesia yaitu Sm*sh :

Gambar 1.1: Persamaan Boyband Super Junior dan Sm*sh Sumber : Google.com, 2016.

Peneliti memilih usia informan yaitu penggemar K-Pop berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh organisasi turis Korea atau KTO dalam website (www.visitkorea.or.kr) mengenai minat produk Korea. Responden menaruh minat lebih besar terhadap produk Korea yaitu K-Pop sebanyak 55% dan peminat produk Korea paling banyak berusia 20-30 tahun sebanyak 49%. Oleh karena itu, peneliti memilih penggemar K-Pop dengan usia 20-30 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggemar kpop tersebut memaknai gambaran pria soft masculine di music video EXO yaitu Miracle in December?”

(6)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerimaan penggemar K-pop terhadap gambaran pria soft masculine di music video Exo “Miracle in December”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada studi khalayak media dengan menggunakan analisis penerimaan atau analisis resepsi terkait penerimaan penggemar K-Pop terhadap gambaran penampilan pria maskulin di music video EXO dalam video klip “Miracle in December”

2. Manfaat Praktis

Peneliti juga berharap ini dapat menjadi pedoman dan masukan bagi masyarakat mengenai musik K-Pop.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini antara lain adalah:

Penelitian ini memfokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode reception analysis untuk menggali penerimaan penggemar K-Pop dalam melihat gambaran pria maskulin di music video EXO “Miracle in December”.

Kriteria informan penggemar laki-laki dan perempuan yang dicari adalah: 1) Peneliti memilih usia informan berdasarkan hasil survey yang

dilakukan oleh organisasi turis Korea atau KTO dalam website (www.visitkorea.or.kr) mengenai minat produk Korea. Responden menaruh minat lebih besar terhadap produk Korea yaitu K-Pop sebanyak 55% dan peminat produk Korea paling banyak berusia 20-30 tahun sebanyak 49%.

2) Laki-laki dan perempuan penggemar EXO. Penggemar EXO adalah orang yang menggemari EXO. Penggemar EXO memiliki nama

(7)

EXO-L. Penggemar EXO mengoleksi lagu EXO atau mengikuti fansclub atau memiliki goodies (seperti T-shirt, CD, poster) atau pernah menonton konser.

3) Laki-laki dan perempuan penggemar K-Pop baik penggemar untuk

boyband maupun girlband. Kegiatan yang biasa dilakukan saling

bertukar informasi atau bertukar koleksi musik atau koleksi musik video dan bertukar gosip tentang idola mereka. Mereka tidak hanya mengoleksi lagu, CD original dan poster ataupun menonton konser (Puspitasari, 2013, p.6-8).

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini, terdapat beberapa sistematika penulisan yang terdiri dari:

1. PENDAHULUAN

Pada bagian ini, penulis menguraikan tentang latar belakang masalah rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini dijelaskan mengenai teori apa saja yang digunakan sebagai landasan pemikiran sebagai acuan analisis dalam penelitian ini seperti komunikasi massa, music video K-Pop, soft masculine, penggemar K-Pop, Korean Pop Music (K-Pop) dan reception analysis.

3. METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi konseptual dari penelitian ini dan jenis penelitian yang digunakan, pengambilan data yang dilakukan, subyek dan obyek penelitian, bagaimana teknik pengumpulan dan analisis data dalam melakukan penelitian ini, serta uji keabsahan data yang digunakan.

(8)

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai gambaran umum boyband EXO, profil personil boyband EXO, profil informan dan analisis data dari wawancara yang akan dilanjutkan dengan pembahasan hasil analisis.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini merupakan bagian paling akhir yang terdiri atas kesimpulan atas hasil penelitian secara keseluruhan dan saran yang didasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan.

Gambar

Gambar 1.1: Persamaan Boyband Super Junior dan Sm*sh  Sumber : Google.com, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

(iv) penggunaan logo rasmi SKUM pada sijil penyertaan / penghargaan tertakluk kepada program dan aktiviti yang dijalankan oleh syarikat korporat, NGO dan badan-badan lain

Metode ini berbeda dari metode peleburan, dalam hal sumber unsur penentu tidak perlu pada air kristal asam sitrat, akan tetapi boleh juga air ditambahkan ke dalam bukan

Verifikasi hasil perhitungan dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan Excel dengan hasil perhitungan manual dengan metode yang ada pada buku teks untuk desain

Pengujian kinerja catalyst pada Low Pressure Fixed Bed Reactor antara catalyst yang dikembangkan dibandingkan catalyst komersial, dengan focus DME yang pada

Sama seperti pada unit analisis sebelumnya, Kompas.com mendapatkan indeks skor yang terendah bila dibandingkan dengan dua media online lainnya.. Berdasarkan

Untuk menganalisis hubungan antara nilai tegangan supply terhadap torsi dan putaran pada motor DC shunt, maka dilakukan pengujian dengan menurunkan tegangan yang diberikan ke

Hal ini terasa semakin sulit untuk diselesaikan dalam jangka pendek karena adanya keterbatasan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kelurahan

Satpol PP telah berupaya untuk menciptakan ketertiban khususnya dalam hal penertiban operasional warung internet sesuai dengan SOP, seperti yang telah