• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. Urusan Perindustrian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "d. Urusan Perindustrian"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

Capaian kinerja urusan perdagangan Kabupaten Wonosobo yang masih memerlukan perhatian ditunjukkan oleh indikator persentase kenaikan UDKM dengan tingkat capaian 21,73% dimana tahun 2019 sebesar 5% menurun dari tahun 2018 sebesar 30% dan di bawah target 23 %. Untuk meningkatkan capaian tersebut perlu upaya untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan khususnya terkait dengan regulasi yang ada dalam perdagangan serta memberikan kesadaran kepada pelaku usaha untuk memperhatikan managemen perusahaan dan hal-hal lain yang dipersyaratkan dalam peraturan.

Indikator lainnya yang memerlukan perhatian adalah penurunan pedagang kaki lima yang berjualan di tempat yang bukan peruntukannya. Pada tahun 2019 capainnya adalah 0,5 menurun dari tahun sebelumnya sebesar 2 dan di bawah target 1,3. Dalam sektor formal dan informal, pasar tradisional dan pedagang kaki lima serta pedagang asongan harus mendapat perhatian khusus dengan melakukan pembinaan dan pengawasan yang terus menerus agar kesadaran PKL bisa semakin meningkat untuk berjualan di tempat yang sesuai dengan peruntukannya. Bagaimanapun fungsi dan peran pasar tradisional dan pedagang kaki lima sangat strategis dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja sehingga diperlukan penataan serta pembinaan yang memenuhi unsur keadilan bagi semua.

d. Urusan Perindustrian

Selama lima tahun terakhir perkembangan PDRB ADHB lapangan usaha industri pengolahan di Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan yang cukup signfikan, di tahun 2015 sebesar 2,361 triliun meningkat menjadi 3,241 triliun di tahun 2019. Demikian pula untuk kontribusi lapangan usaha industri setiap tahun mengalami peningkatan yang pada tahun 2019 berkontribusi sebesar 17,79%.

Selain itu, industri kecil dan rumah tangga yang mendominasi kegiatan masyarakat di tingkat lokal mengalami kenaikan dari 17.172 unit di tahun 2015 menjadi 19.031 unit di tahun 2019 atau naik 10,83%.

Pendampingan dan pemberdayaan industri kecil merupakan prioritas pembangunan dalam rangka pengembangan potensi ekonomi lokal. Diharapkan dengan adanya pembinaan, pemberdayaan dan penguatan modal pada pelaku industri kecil dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pada kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.

(2)

Grafik 2. 75 Perkembangan PDRB ADHB Lapangan Usaha Industri Pengolahan Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019

Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo, 2020

Evaluasi kinerja penyelenggaraan urusan transmigrasi sesuai dengan indikator kinerja daerah RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021, terdapat 12 indikator kinerja pembangunan dan sampai tahun 2019 ada 2 indikator berstatus tinggi dan 10 indikator berstatus sedang.

Tabel 2. 86 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Kabupaten Wonosobo

No Indikator Kinerja Program Capaian 2018 2019 Target RPJMD 2021 Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD Target Capaian Tingkat Capaian (%) Status Capaian 1 Pertumbuhan industri kecil (%) 2.91 5,95 3,15 52,94 R 6.25 50,4 2 Persentase kenaikan Kapasitas produksi Industri 2.82 6% 2.88 48 SR 9 32 3 Persentase industri kecil yang berijin 63.77 80 64,58 80,73 T 90 71,76 4 Persentase kenaikan Jumlah Tenaga kerja sektor industri 6.6 10 5,47 54.70 R 15 36,47 Series1; 2015; 2,424 Series1; 2016; 2,628 Series1; 2017; 2,824 Series1; 2018; 3,083 Series1; 2019; 3,354

(3)

No Indikator Kinerja Program Capaian 2018 2019 Target RPJMD 2021 Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD Target Capaian Tingkat Capaian (%) Status Capaian 5 Persentase pertumbuhan klaster dengan status maju 20 16 28,57 178,57 ST 20 142,85 6 Persentase klaster yang memiliki SOP 40 60 85,71 142,85 ST 100 85,71 7 Persentase kenaikan jumlah klaster 20 30 16,67 55,56 ST 40 41,67 8 Persentase kenaikan Perkembangan Serapan tenaga kerja pada sentra industri potensial 5,04 10 4.87 48,7 SR 15 48,7 9 Persentase kenaikan pelaku usaha industri potensial (per sentra) 5,7 10 5.93 59,3 R 15 59,3 10 % IKM yang memperoleh sertifikasi good manufacturing product 4,5 4.8 0,53 10,95 SR 5.2 11,04 11 Produk unggulan yang sudah ditetapkan dengan SK 4 6 4 66,67 S 6 66,67 12 % IK yang telah memanfaatkan teknologi tepat guna 5,72 7.75 3,23 41,68 SR 8.26 41,68

Sumber: DinasTenaga Kerja, Perindustrian dan Transmigrasi, 2019

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan perindustrian pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 12 indikator kinerja program urusan perindustrian

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 3 indikator

 Realisasi kinerja program kategori tinggi sebanyak 1 indikator  Realisasi kinerja program kategori sedang sebanyak 1 indikator  Realisasi kinerja program kategori rendah dan sangat rendah

(4)

Perkembangan perindustrian di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari capaian kinerja urusan perindustrian. Masih ada beberapa indikator yang capaiannya masih rendah baik yang terkait dengan teknologi industri maupun standarisasi produk. Indikator industri kecil yang memanfaatkan teknologi tepat guna masih sangat rendah yaitu sebesar 3,23% masih di bawah target 7,75% dan kondisi ini menurun dari tahun 2018 sebesar 5,72%. Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi hal tersebut adalah masih adanya anggapan bahwa untuk memanfaatkan teknologi tepat guna memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga masih banyak yang bertahan dengan kondisi sebelumnya dengan teknologi yang sederhana. Kondisi ini sejalan dengan indikator lainnya yaitu persentase IKM yang memperoleh sertifikasi Good Manufacturing Product (GMP) yang masih sangat rendah (0,53%) menurun dari tahun 2018 sebesar 4,5% dan masih di bawah target capaian 2019 sebesar 4,8%. Kondisi ini menunjukkan menurunnya kesadaran pelaku usaha terhadap kualitas produk yang memenuhi standar. Melihat kondisi ini sebenarnya masih sangat diperlukan adanya pembinaan, pengawasan serta pendampingan bagi IKM agar mempunyai kemampuan memanfaatkan teknologi tepat guna dalam proses produksi serta mendapatkan sertifikasi GMP sebagai upaya meningkatkan kepercayaan konsumen dan daya produk yang dihasilkan. Berkembangnya industri diharapkan juga memacu penyerapan tenaga kerja. Semakin berkembang industri, serapan tenaga kerja diharapkan juga semakin besar. Seiring pertumbuhan IKM, serapan tenaga kerja yang bekerja pada IKM juga mengalami pertumbuhan,. Meskipun demikian indikator persentase kenaikan perkembangan serapan tenaga kerja pada sentra industri potensial yang memiliki capaian 4,87% menurun dari capaian 2018 sebesar 5,04% dan masih di bawah target sebesar 10%. Kondisi ini hampir sama dengan kenaikan kapasitas produksi industri sebesar 2,88% masih di bawah target 6%, meskipun sudah meningkat dari capaian tahun 2018 sebesar 2,82%. Untuk itu diperlukan upaya lebih keras untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor industri. Hal ini menuntut adanya upaya pengembangan dan inovasi agar sektor ini memberi nilai tambah yang semakin besar terutama bagi pelaku industri yang sebagian besar merupakan industri kecil dan menengah.

Pengembangan sentra-sentra menjadi klaster industri merupakan salah satu pilihan jalan yang diambil, sebab dengan pengembangan ini diharapkan akan terjadi kemitraan yang saling menguntungkan, meningkatkan efisiensi kolektif serta mendorong terciptanya inovasi, sehingga bisa memberi kontribusi pada meningkatnya produktivitas. Salah satu upaya yang dilakukan seperti pengembangan industri batik. Bupati Wonosobo telah mendeklarasikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten

(5)

Wonosobo berkomitmen menjadikan batik khas Wonosobo menjadi bagian seragam dinas.

Jumlah IKM di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2019 tercatat berjumlah 19.031 unit usaha, mengalami peningkatan sejumlah 581 unit usaha dari tahun sebelumnya yang berjumlah 18.449 unit usaha. Capaian pada tahun 2019 IKM meningkat sebesar 3,15 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 2.91 persen. Namun laju pertumbuhan ini masih berada di bawah target pertumbuhan tahun 2019, yang ditarget tumbuh pada angka 5,95 persen.

Pertumbuhan industri kecil menengah pada tahun 2019 relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, namun tingkat pertumbuhan ini masih di bawah target pertumbuhan tahun 2019 yang berada pada angka 5,95 persen. Pertumbuhan IKM bisa dipengaruhi oleh banyak variabel, diantaranya adalah kondisi makro perekonomian (yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi daerah).

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas daya saing industri daerah, diantaranya adalah dengan serangkaian upaya melalui fasilitasi industri las bagi IKM, fasilitasi sertifikasi standar mutu produk, pelatihan pengelolaan sumber daya lokal bagi IKM. Upaya lain adalah dengan menjalin kemitraan IKM dengan swasta, pelatihan peningkatan kapasitas ketrampilan, pelatihan peningkatan kemampuan pengelolaan usaha, serta pembinaan industry kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri.

e. Urusan transmigrasi

Sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi, sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Kabupaten Wonosobo terakhir kali memberangkatkan trasmigran ada tahun 2018 yaitu sebesar 3 KK dan sejak tahun 2019 sudah tidak memberangkatan transmigran lagi tetapi selalu memonitoring dan memfasilitasi kepada transmigran yang bermasalah. Melalui transmigrasi diharapkan kemiskinan yang disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja dan ketidakberdayaan penduduk untuk memperoleh tempat tinggal yang layak dapat teratasi.

(6)

Tabel 2. 87 Capaian Kinerja Urusan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo No Indikator Kinerja Program (Outcome) Capaian 2018 2019 Target RPJMD 2021 Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD Target Capaian % Realisasi Capaian Status Capaian 1 Persentase kenaikan jumlah transmigran 0 10 0 0 SR 10 0

Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Transmigrasi, 2019

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan transmigrasi pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :

 Terdapat 1 indikator kinerja program urusan transmigrasI  Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 0

indikator

 Realisasi kinerja program kategori tinggi sebanyak 0 Indikator  Realisasi kinerja sasaran dan program kategori sedang, rendah

dan sangat rendah sebanyak 1 indikator

Capaian kinerja Urusan Transmigrasi termasuk dalam kategori sangat rendah. Pada tahun 2019, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan memberangkatkan transmigran sebanyak 243 KK ke Tanjung Buka SP 6 b Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara, Kahingai Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah dan Raimuna, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi. Dari jumlah tersebut, telah terbit SPP (Surat Pemberitahuan Pemberangkatan) sebanyak 243 KK sedangkan realisasi penempatan sejumlah 221 KK/817 jiwa (90,95% dari target). Dari jumlah tersebut Kabupaten Wonosobo tidak mengirimkan transmigran. Hal ini dikarenakan animo masyarakat yang kurang, terbukti pada tahun 2018 jatah Kabupaten Wonosobo sebanyak 4 KK hanya terpenuhi 3 KK, menurun dibandingkan pemberangkatan tahun 2017 yang memberangkatkan 5 KK. Selain itu calon transmigran biasanya mundur karena waktu tunggu yang terlalu lama dan mereka lebih memilih AKAD (Antar Kota Antar Daerah). Juga terdapat banyak permasalahan yang timbul pada penempatan tahun-tahun sebelumnya. Karena hal-hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Wonosobo tidak mengirimkan usulan transmigran ke Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2019.

(7)

Namun demikian, dari hasil kegiatan monitoring tahun 2019, terdapat capaian yang membanggakan dari transmigran asal Kabupaten Wonosobo. Ada salah satu transmigran yaitu Saudara Roni Dwi Susanto yang mencoba bertanam sayuran di sekitar rumahnya dan mendirikan home industri berupa pembuatan keripik tempe, keripik paru dari daun ketela pohon dan juga minuman dari jahe merah. Produknya dipasarkan di sekitar Kabupaten Morowali dengan mempekerjakan para tetangga yang belum bisa mengolah lahannya. Berkat usahanya tersebut, transmigran tersebut berhasil menjadi salah satu Transmigran Teladan tingkat Nasional Tahun 2019. Atas prestasinya tersebut, Saudara Roni Dwi Susanto berhasil mendapatkan beberapa bantuan peralatan dari Kementerian maupun dari kabupaten setempat untuk menunjang usahanya.

f. Urusan Kelautan dan Perikanan

Urusan kelautan dan perikanan merupakan urusan pilihan pemerintahan daerah. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 kewenangan kabupaten/kota dalam urusan kelautan dan perikanan meliputi pemberdayaan nelayan kecil dalam Daerah kabupaten/kota, pengelolaan dan penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), penerbitan IUP di bidang pembudidayaan ikan yang usahanya dalam 1 (satu) Daerah kabupaten/kota, pemberdayaan usaha kecil pembudidayaan ikan serta pengelolaan pembudidayaan ikan. Berdasarkan evaluasi capaian kinerja tahun 2019, capaian kinerja urusan kelautan dan perikanan disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. 88 Capaian Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan Berdasarkan Indikator RKPD 2019 No Indikator Kinerja Program (Outcome) Capaian 2018 2019 Target RPJMD 2021 Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD Target Capaian % Realisasi Capaian Status Capaian 1 Persentase kenaikan luas lahan perikanan -10 4,5 -10 -222 SR 5,8 ? 2 Persentase kenaikan produksi ikan konsumsi 6 6,8 -5,74 -84,4 SR 10 ? 3 Persentase kenaikan produksi benih ikan 4,3 3,8 8,75 230,3 ST 5 175 4 Rata-rata

konsumsi ikan per kapita

25,46 13,64 25,73 188, 6 ST 13,84 185,91 5 Produksi

perikanan tangkap 516 843,318 316 37,5 SR 906,68 34,85

(8)

No Indikator Kinerja Program (Outcome) Capaian 2018 2019 Target RPJMD 2021 Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD Target Capaian % Realisasi Capaian Status Capaian terhadap jumlah petani ikan/nelayan 7 Pengolahan hasil perikanan (ton) 301,67 27 128,22 474,9 ST 56,06 228,71 8 Persentase eksport hasil perikanan terhadap total eksport non migas

372,09 5,7 15 263,2 ST 10 150

Sumber: Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, 2019

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan kelautan dan perikanan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 8 indikator kinerja program kelautan dan perikanan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 4 indikator

 Realisasi kinerja program kategori kategori tinggi sebanyak 0 indikator

 Realisasi kinerja sasaran dan program kategori sedang, rendah dan sangat rendah sebanyak 4 indikator

Capaian indikator kinerja urusan kelautan dan perikanan tidak lepas dari luas lahan perikanan pada tahun 2019, sebagai media perikanan. Tahun 2019 luas lahan perikanan menurun sebesar 10% dibanding dengan Tahun 2018. Penurunan luas lahan perikanan berbanding lurus dengan produksi ikan konsumsi. Data tahun 2019 menunjukkan produksi ikan konsumsi tahun 2019 menurun sebesar 5,74% dibandingkan tahun 2018. Capaian produksi Tahun 2019 ini tidak memenuhi target daerah tahun 2019. Produksi ikan konsumsi terdiri dari produksi perikanan budidaya pembesaran dan produksi perikanan tangkap.

Capaian produksi benih ikan tahun 2019 meningkat 8,75%, sehingga melampaui target capaian tahun 2019 sebesar 3,8%. Produksi budidaya pembenihan tahun 2019 terdiri atas Ikan Mas, Ikan Nila dan Ikan Lele. Peningkatan produksi benih ikan karena semakin bertambahnya jumlah pembenih terutama pembenih lele dan ikan nila dengan produktivitas yang semakin meningkat seiring permintaan pasar yang semakin besar.

(9)

Kondisi cuaca, air, jenis tanah yang bagus di Kabupaten Wonosobo menjadi salah satu penyebab permintaan benih ikan (terutama ikan nila dan lele) semakin meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Karena kondisi tersebut menghasilkkan benih dengan kualitas yang baik dengan jumlah yang besar. Kondisi ini tentunya menjadi kesempatan bagi petani perikanan di Kabupaten Wonosobo untuk terus berupaya mempertahankan kualitas serta menggenjot jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat.

Konsumsi ikan per kapita pada tahun 2019 sebesar 25,73 kg/kapita/tahun dan sudah melampaui target daerah yaitu 13,64 kg/kapita/tahun. Kondisi ini menunjukkan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sudah semakin meningkat.

Hasil produksi perikanan tangkap (perikanan di Waduk, Telaga dan Sungai) pada tahun 2019 sebanyak 316 ton, belum memenuhi target daerah yaitu 843,318 ton. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya eksploitasi penangkapan ikan yang berlebihan di Waduk Wadaslintang termasuk penggunaan jaring insang yang ukurannya tidak sesuai dengan yang dianjurkan (di bawah 3 inch).

Penggunaan alat tangkap ikan yang sesuai anjuran dan ramah lingkungan sehingga tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan merupakan suatu keharusan dalam upaya melindungi keseimbangan populasi ikan. Selain penebaran benih ikan, kegiatan penumbuhan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian perairan umum terus dilakukan dengan penguatan peran dari Kelompok Masyarakat Pengawas Perairan Umum (Pokmaswas) dan kelompok pegiat pelestarian lingkungan. Revitalisasi/ pembangunan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Waduk Wadaslintang sebagai salah satu sentra kegiatan pemasaran nelayan diharapkan dapat menekan proses jual beli di tengah waduk yang berpotensi hasil tangkapan nelayan tidak tercatat (unreported).

Rasio anggota kelompok tani ikan terhadap jumlah petani ikan/nelayan tahun 2019 adalah 10,5%, masih jauh dari target daerah Tahun 2019 sebanyak 50,30%. Kelompok ikan di Kabupaten Wonosobo berjumlah 240 kelompok dengan rata-rata jumlah anggota 10 orang, sedangkan jumlah petani ikan dan nelayan adalah 24.240 orang. Rendahnya jumlah pembudidaya ikan dan atau nelayan yang bergabung dalam kelompok perikanan dikarenakan kurangnya kesadaran para pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan dalam hal tujuan dan manfaat berkelompok, hal ini menyebabkan kurang efektifnya pembinaan oleh para penyuluh perikanan di lapangan.

(10)

Pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2019 adalah sebesar 128,22 ton, menurun dibandingkan dengan produksi pengolahan tahun 2018 sebesar 146,19 ton. Peningkatan pengolahan ikan dilaksanakan melalui usaha pengolahan ikan baik yang bersifat kelompok, perorangan dan badan usaha.

Persentase ekspor hasil perikanan terhadap total ekspor non migas di Kabupaten Wonosobo tahun 2019 adalah 15%, yaitu oleh PT. Aquafarm Nusantara. PT Aquafarm Nusantara mempunyai lahan perikanan di Danau Toba, Waduk Kedungombo dan Waduk Wadaslintang.

4. Penunjang Urusan

a. Perencanaan Pembangunan

Kinerja urusan perencanaan Kabupaten Wonosobo antara lain tercermin dari adanya konsistensi antara dokumen perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan, yang dibuktikan dengan terakomodasinya 100% program yang ada di RPJMD dalam RKPD serta adanya kesesuaian program dalam Renja SKPD dengan program dalam RKPD.

Tabel 2. 89 Capaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Wonosobo No Indikator Kinerja Program (Outcome) Capaian 2018 2019 Target RPJMD 2021 Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD Target Capaian % Realisasi Capaian Status Capaian 1 Persentase dokumen perencanaan pembangunan daerah yang ditetapkan tepat waktu 100 100 100 100 ST 100 100 2 Persentase kesesuaian Program dalam RKPD dengan program dalam RPJMD 90 100 100 100 ST 100 100 3 Persentase kesesuaian program dalam Renja SKPD dengan program dalam RKPD 100 100 100 100 ST 100 100

(11)

No Indikator Kinerja Capaian 2018 2019 Target RPJMD Realisasi Capaian 4 Peringkat dan status kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 3,06 >3 (sangat tinggi) 3,18 106 ST >3 (sangat tinggi) 106 5 Presentase PERANGKAT DAERAH menyusun dokumen perencanaan (Renja PERANGKAT DAERAH) tepat waktu 100 100 100 100 ST 100 100 6 Persentase serapan kegiatan dan anggaran 90,89 100 88,57 88,57 T 100 88,57 7 Persentase aparat perencana yang memiliki sertifikat diklat perencanaan 27,59 45 100 222,22 ST 60 166,67 8 Persentase keterisian format data dan informasi dalam sistem informasi pembangunan daerah 43 100 <50 50 SR 100 50 9 Persentase ketersediaan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah 100 100 100 100 ST 100 100 10 Persentase dokumen perencanaan sosial budaya yang terimplementasi dalam kegiatan PERANGKAT DAERAH 100 100 100 100 ST 100 100 11 Persentase kenaikan produksi produk unggulan dalam OVOP dan ODOP

2,7 7 6,4 91,43 ST 5 128 12 Persentase Kenaikan jumlah/jenis produk unggulan dalam 20 7 9,09 129,86 ST 5 181,8

(12)

No Indikator Kinerja Capaian 2018 2019 Target RPJMD Realisasi Capaian OVOP dan ODOP

13 Jumlah pengembangan kawasan pedesaan berbasis OVOP 1 1 1 100 ST 1 100 14 Persentase kenaikan Jumlah desa yg menjadi pusat pertumbuhan 5,08 12 5,93 49,42 SR 18 32,94 15 Tingkat aksesibilitas (panjang Jalan/ Luas wilayah) 101,4 79,73 100 125,42 ST 80 125 16 Persentase kegiatan PD yang sesuai dengan perencanaan wilayah dan sumber daya alam 85,00 85 90 105,88 ST 90 100 17 Persentase KSCT (Kawasan Strategis Cepat Tumbuh) 52,8 60 0 0 SR 90 0

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonosobo, 2020 (diolah)

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program urusan perencanaan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :

 Terdapat 17 indikator kinerja program urusan perencanaan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 13 indikator

 Realisasi kinerja program kategori kategori tinggi sebanyak 1 indikator

 Realisasi kinerja sasaran dan program kategori sedang, rendah dan sangat rendah sebanyak 3 indikator

Ada beberapa capaian indikator urusan perencanaan dengan kinerja sangat rendah antara lain persentase keterisian format data dan informasi dalam sistem informasi pembangunan daerah. Pada tahun 2019 kurang dari 50% data/informasi yang terisi di SIPD, capaian ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar 43,00% sedangkan target yang

(13)

ditetapkan adalah 100%. Kinerja ini belum tercapai karena beberapa hal antara lain jumlah elemen data yang terlalu banyak, kurang pahamnya perangkat daerah tentang definisi operasional dari elemen data serta belum siapnya perangkat daerah untuk menyajikan data tahun berjalan (data belum lengkap dan belum semuanya diperbarui). Sementara data yang dikelola SIPD merupakan penyediaan satu data yang salah satunya ditujukan untuk perencanaan pembangunan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah agar data perangkat daerah dapat terupdate di tahun berjalan.

Indikator lain yang juga berkinerja rendah adalah persentase kenaikan jumlah desa yang menjadi pusat pertumbuhan, dengan capaian kinerja di tahun 2019 sebesar 5,93% lebih rendah dari yang ditargetkan yaitu 12%. Tetapi kondisi ini meningkat dibandingkan tahun 2018 dengan nilai 5,08%. Di tahun 2019 ada 12 desa yang menjadi pusat pertumbuhan sedangkan di tahun 2018 ada 14 desa. Sehingga jumlah desa sebagai pusat pertumbuhan keseluruhan ada 26 desa yang tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Untuk meningkatkan kinerja jumlah desa yang menjadi pusat pertumbuhan diperlukan peran aktif dari desa itu sendiri untuk maju, pengelolaan desa dilakukan secara profesional, modern dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai kearifan lokal dan memanfaatkan teknologi informasi. Disamping itu desa harus menjalin kolaborasi ekonomi dengan desa-desa lain disekitarnya maupun antar desa.

Persentase kawasan cepat tumbuh yang dilegalisasi, di tahun 2019 tidak ada KSCT yang dilegalisasi, sedangkan di tahun 2018 ada KSCT yang dilegalisasi sebesar 52,80%. Kawasan strategis cepat tumbuh yang telah dilegalisasi melalui keputusan Bupati Wonosobo adalah kawasan Kusalamo (Kumejing, Sanggrahan, Lancar, Sumogede). Untuk menentukan kawasan strategis dan cepat tumbuh perlu ada kajian baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan dan harus sesuai dengan RTRW Kabupaten Wonosobo.

Sedangkan untuk capaian kinerja indikator yang lainnya rata-rata sudah melebihi target dan nilainya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian ini harus tetap dipertahankan dengan tetap melakukan koordinasi intensif, sinkronisasi monitoring dan evaluasi serta pelaporan yang berkelanjutan baik antar bidang maupun antar sektor.

(14)

b. Keuangan

Pemerintahan daerah dalam hal pengelolaan keuangan daerah, harus berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain Peraturan Pemerintah tersebut pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah juga mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pengelolaan keuangan daerah memberikan gambaran tentang kemampuan anggaran daerah untuk membiayai belanja daerah oleh sebab itu pemerintahan daerah dituntut mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabel, dan partisipatif. Untuk itu perlupaya terus-menerus untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah, mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah guna mendukung pembangunan daerah di Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan evaluasi capaian kinerja tahun 2019, capaian kinerja Fungsi Penunjang Pemerintahan Bidang Keuangan disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. 90 Target dan Realisasi Kinerja Urusan Keuangan Berdasarkan Indikator RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2019

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) 2021 % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 1 Opini BPK WTP WTP Dlm proses Dlm proses WTP 2 Persentase Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Tepat Waktu 90 100% 90% 90% T 100 90,00% 3 Predikat SAKIP B B B 100% ST B -

(15)

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) 2021 % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 4 Persentase tersedianya 7 layanan informasi jasa konstruksi tingkat kabupaten pada sistem informasi pembinaan jasa konstruksi (SIPJAKI) 100 88% 88% 100% ST 93 94,62% 5 Persentase Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Tepat Waktu 100 100% 100% 100% ST 100 100,00% 6 %Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dan kinerja berdasarkan PP No 58 Tahun 2005 90% 100% 90% 90% T 100 90,00% 7 % Ketepatan waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD 90 100% 90% 90% T 100 90,00% 8 % SKPD yang melaporkan inventaris barang tepat waktu. 80 85% 90% 106% ST 100 90,00% 9 Persentase kenaikan PAD 6,99 5% 5,10% 102% ST 5 102,00%

10 Rasio realisasi PAD 106,94 100% 104,81% 105% ST 100 104,81%

11 Persentase belanja pegawai terhadap total belanja 39,01% Menurun 36,84% 106% ST Menurun - 12 Persentase Realisasi Belanja Modal 77,33 99% 82,60% 83% T 99 83,43% 13 Persentase Realisasi belanja pemeliharaan infrastruktur 82,8 100% 92,30% 92% ST 100 92,30% 14 Persentase belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah 23,8 Meningkat 22,93% 96% ST Meningkat - 15 Persentase belanja barang dan jasa terhadap total belanja

(16)

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) 2021 % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 16 Persentase realisasi belanja barang dan jasa

93,03 90% 81,45% 91% ST 95 85,74%

17

Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Daerah 11,7 16,87% 11,50% 68% S 20 57,50% 18 Rasio SILPA terhadap Total Pendapatan Daerah 14,97 8,74% 7,76% 111,21% ST 5 1,55% 19 Persentase peningkatan BUMD Berkinerja baik 70% 80% 70% 88% T 80 87,50% 20 Persentase Kontribusi pendapatan BUMD terhadap PAD 6,63 7,76% 7,89% 102% ST 8,39 94,04% 21 Persentase Realisasi belanja barang /jasa (eks BAU) 100 100% 93,68% 94% ST 100 93,68% 22 Persentase Realisasi belanja pelayanan administrasi perkantoran 82,11 100% 93,93% 94% ST 100 93,93% 23 Persentase Realisasi belanja pemeliharaan sarana prasarana aparatur 82,63 ∆ 93,32% 113% ST 100 93,32% 24 Persentase aset daerah dalam kondisi baik 80% 82% 84% 102% ST 85 98,82% 25 Persentase realisasi belanja modal sarana prasarana aparatur 96,09 99% 92,83% 94% ST 99 93,77%

Sumber : BPPKAD Kab. Wonosobo, 2019 ( diolah)

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program fungsi penunjang pemerintahan bidang keuangan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 25 indikator kinerja program fungsi penunjang pemerintahan bidang keuangan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 18 indikator  Realisasi kinerja program kategori kategori tinggi sebanyak 5

(17)

 Realisasi kinerja program kategori sedang sebanyak 1 (satu) indikator Ada satu indikator yang saat ini masih dalam proses yaitu opini BPK, pendapat/opini BPK ini memberikan atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan tahun 2019.

Berdasarkan data capaian, target program pada akhir RPJMD tahun 2021, sebagian besar sudah melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD 2016-2021, namun ada satu yang harus ditingkatkan yaitu kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah.

c. Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia khususnya Sumber Daya Aparatur menjadi prioritas utama sejalan dengan upaya pemerintah untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional. Upaya yang dilakukan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, pembelajaran lansung di tempat bekerja secara informal, guna meningkatkan kompetensi seorang Pegawai Negeri Sipil. Undang undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menjadi pendorong untuk merealisasikan terwujudnya Sumber Daya Manusia dalam hal ini Sumber Daya Aparatur yang berkualitas, mempunyai kompetensi di bidangnya, profesional dalam bekerja serta berdaya saing tinggi dalam mengejar kualitas kerja. Sehingga ke depannya pemerintah tidak akan ragu merancang program khususnya sumber daya aparatur yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk meningkatkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil pastilah perlu pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun informal yang tentunya berkaitan dengan penganggaran, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian. Sejauh ini perencanaan terhadap peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai sudah dilakukan antara lain pengadaan CPNS, pengiriman tugas belajar, bintek, kursus, dan tes kompetensi.

Tabel 2. 91 Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) 2021 % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 1 Persentase capaian sasaran kinerja pegawai 115 89 99,94 112,94 ST 90% 111,1

(18)

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) 2021 % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian dengan target 2 Persentase struktur jabatan dan eselonering yang terisi 79 100 91,93 91,93 ST 100% 91,93 3 Persentase pejabat yang telah mengikuti persyaratan pendidikan formal yang sesuai dengan bidang tugasnya 124 66 91,93 139,29 ST 70% 131,13 4 Persentase pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan 55,99 83 45,78 55,16 R 100% 45,78 5 Persentase pegawai ASN yang mendapat hukuman disiplin 0,1 0 0,059 100 ST 0% 94,41

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah, 2019 (diolah)

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 5 indikator kinerja program fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 4 indikator  Realisasi kinerja program kategori rendah sebanyak 1 indikator

Salah satu indikator yang capaiannya berstatus sangat tinggi yaitu persentase struktur jabatan dan eselonering yang terisi, yaitu dengan tingkat capaian 91,93 persen. Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah, struktur jabatan dan eselonering yang terisi sejumlah 581 dari 632 struktur jabatan dan eselonering, baik itu eselon 4,3 dan 2.

(19)

Indikator kinerja yang capaiannya masih rendah yaitu indikator persentase pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan dengan capaian 45,78%. Tahun 2019, pejabat yang memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan baru sekitar 266 orang aparatur sipil negara dari total 525 orang yang seharusnya mengikuti pendidikan pelatihan. Besarnya biaya pendidikan pelatihan dan minimnya minat ASN menjadi salah satu faktor penyebab masih rendahnya capaiannya indikator ini.

d. Penelitian dan Pengembangan

Untuk mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan, publikasi yang telah difasilitasi oleh Pemerintah Daerah yaitu sebanyak 4 publikasi sampai tahun 2019. Hal ini menurun dibandingkan tahun 2018 dengan jumlah publikasi sebanyak 9 publikasi.

Guna menggali ide-ide, kreasi dan inovasi setiap tahun telah diselenggarakan lomba Krenova (kreativitas dan inovasi masyarakat) dengan hasil adanya kemajuan baru berupa ilmu pengetahuan, teknologi terapan maupun produk baru yang siap dipasarkan yang bisa diimplementasikan di Kabupaten Wonosobo. Selain itu untuk menerapkan pemanfaatan hasil kelitbangan, Kabupaten Wonosobo memiliki kebijakan terhadap produk unggulan berbasis klaster melalui sistim inovasi daerah (SIDa). Hal-hal menyangkut kelitbangan ini perlu terus didorong dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan daya saing daerah.

Tabel 2. 92 Capaian Kinerja Urusan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Wonosobo No. Indikator Kinerja Program (Outcome) Realisasi 2018 Target 2019 Realisasi 2019 % Realisasi Capaian 2019 Status Capaian Realisasi Capaian Target Akhir RPJMD 1 Persentase pemanfataan hasil penelitian dan pengembangan Perencanaan daerah 77,78% 75% 75% 100% ST 500

Capaian kinerja program penelitian dan pengembangan pada tahun 2019 telah tercapai sesuai target karena riset atau kajian yang dilaksanakan secara umum memang yang dibutuhkan oleh perangkat daerah dan dilakukan oleh perangkat daerah yang bersangkutan sehingga hasilnya telah dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan maupun dalam proses perencanaan selanjutnya.

(20)

Berbagai kegiatan riset maupun kajian yang dilakukan menghasilkan berbagai temuan dan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang bermanfaat untuk kegiatan perencanaan dan pembangunan selanjutnya. Sementara kegiatan inovasi yang dilakukan juga menghasilkan produk-produk baru yang memiliki keunggulan dan daya saing tertentu.

Penyusunan berbagai dokumen dan produk perencanaan pembangunan maupun kebijakan pembangunan lainnya semestinya diupayakan dan didorong agar berdasarkan kepada hasil riset dan kajian ilmiah sehingga lebih berkualitas, tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berbagai riset dan kajian ilmiah diharapkan tidak berhenti hanya sebatas saran dan rekomendasi kebijakan yang berhenti pada ekspose hasil kajian saja, namun benar-benar dapat diaplikasikan dalam pengambilan kebijakan pembangunan. Selain itu, inovasi produk-produk dan layanan publik juga diharapkan dilakukan dengan memperhatikan tren dan kebutuhan masyarakat sehingga hasilnya bermanfaat dan dapat diterima oleh masyarakat.

e. Pengawasan

Peran pengawasan dalam pembangunan di Kabupaten Wonosobo sangat penting, karena fungsi ini sangat diperlukan dalam upaya menjamin penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang ada. Fungsi pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan melalui pemeriksaan, evaluasi dan reviu.

Pengawasan dilaksanakan untuk menjaga kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah agar sesuai dengan regulasi, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Pelaksanaan pengawasan difokuskan pada terselenggaranya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan terwujudnya peningkatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam rangka mencegah penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, meningkatkan kepercayaan (trust) masyarakat, dan menindaklanjuti setiap pengaduan masyarakat secara responsif (quick respons).

Tabel 2. 93 Capaian Kinerja Fungsi Lain Urusan Pemerintahan Bidang Pengawasan

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 2021 1 Persentase tindak lanjut hasil Internal 87,22% 86,85 90,2 103,85 ST 100 90,2 Provinsi

(21)

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 2021 pemeriksaan aparatur internal dan BPK 93,10% BPK 98,43% 2 Level APIP 2 2 3 150 ST 2 150 3 Persentase PERANGKAT DAERAH yang menerapkan SPIP 36,17 60 100 166,67 ST 100 100

Sumber: Inspektorat, 2019 (diolah)

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan capaian kinerja program fungsi lain urusan pemerintahan bidang pengawasan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 3 (tiga) indikator kinerja program fungsi lain urusan pemerintahan bidang pengawasan

 Realisasi kinerja program kategori sangat tinggi sebanyak 3 indikator

Capaian indikator persentase tindak lanjut hasil pemeriksaan aparatur internal dan BPK pada tahun 2019 sebesar 90,20% melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 86,85%. Tingginya capaian kinerja indikator ini disebabkan oleh berhasilnya pelaksanaan beberapa kegiatan yang mendukung percepatan penyelesaian tindak lanjut, antara lain kegiatan Gelar Pengawasan Daerah dan Tindak Lanjut Hasil Temuan Pengawasan. Pada tahun ini, Inspektorat langsung melakukan jemput bola terhadap penyampaian rekapitulasi Pokok-Pokok Hasil Pemeriksaan (PHP) ke kecamatan dan desa sekaligus memberikan pengarahan hal-hal yang harus dipersiapkan untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan APIP dan BPK. Terkait dengan Tindak Lanjut Hasil Temuan Pengawasan telah dilakukan desk hasil pemeriksaan reguler sebanyak 3 kali, desk hasil pemeriksaan Inspektorat provinsi sebanyak 1 kali dan desk pemeriksaan BPK sebanyak 1 kali.

Kapabilitas APIP Kabupaten Wonosobo tahun 2019 berhasil naik dari level 2 menjadi level 3. Naiknya level Kapabilitas APIP tahun ini karena Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah berhasil mencukupi enam elemen yang menjadi syarat level APIP 3 yaitu pada elemen peran dan layanan, pengelolaan sumberdaya manusia;, praktik professional, akuntabilitas dan

(22)

manjemen kinerja, budaya dan hubungan organisasi serta struktur tata kelola.

f. Urusan Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan

Salah satu program reformasi birokrasi dari Pemerintah yaitu meningkatkan efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Efektifitas tersebut diantaranya dapat menurunkan tumpang tindih peraturan dari seluruh tingkatan pemerintahan serta efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan.

Pembangunan bidang Hukum dilaksanakan sesuai dengan kewenangan daerah dalam rangka penataan, pengawasan dan penegakan produk hukum daerah. Upaya yang dilakukan meliputi penyusunan rancangan peraturan daerah, Penindakan terhadap pelanggar Peraturan Daerah Kabupaten, bantuan hukum melalui Lembaga Bantuan Hukum kepada masyarakat tidak mampu yang berperkara di peradilan.

Tabel 2. 94 Capaian Kinerja Urusan Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 2021 1 Rasio realisasi Propemperda 0,44 Sep-25 Jul-25 99,86 ST 0,4 70 2 Persentase Raperda yang disetujui DPRD 100 100 7/7=100 100 ST 100 100 3 Rasio Perda yang dibatalkan terhadap raperda dan raperbup yang ditetapkan menjadi Perda dan Perbup 0 0,1 0 100 ST 0,1 100 4 Persentase perbup yang ditetapkan terhadap jumlah perbup 10 35 47,36 85,71 ST 50 94,72

(23)

No Indikator Kinerja Program (outcome) Capaian 2018 2019 Target (RPJMD) % Realisasi Capaian dibandingkan dengan target RPJMD 2021 Target Capaian % Realisasi capaian Status capaian 2021 amanat Perda

Sumber: Bagian Hukum Setda Kabupaten Wonosobo, 2019

Berdasarkan Skala Nilai Peringkat kinerja, maka dapat disimpulkan Capaian Kinerja Program Urusan Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Terdapat 4 (empat) indikator Kinerja Program Urusan Hukum Dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan

 Realisasi Kinerja Program Kategori Sangat Tinggi sebanyak 4 indikato Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa capaian indikator kinerja program Fungsi Lain Urusan Hukum dan Penataan Peraturan Perundang-Undangan Tahun 2019 berstatus sangat tinggi. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Wonosobo pada tahun 2019 telah menyetujui 7 Rancangan Peraturan Daerah yaitu:

1. Raperda tentang Penyelenggaraan Haji Daerah 2. Raperda tentang Pembangunan Kepemudaan

3. Raperda tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan 4. Raperda tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Wonosobo Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

5. Raperda tentang Pertanggungjawaban APBD Tahun 2018 6. Raperda tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 7. Raperda tentang APBD Tahun Anggaran 2020

Adanya peristiwa pandemic Covid-19 mengakibatkan capaian kinerja indikator makro dan indikator urusan yang sudah tercapai pada Tahun 2019, kemungkinan pada Tahun 2020 dan Tahun 2021 akan mengalami perlambatan capaian (tidak sesaui dengan target akhir yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD 2016-2021).

(24)

B. PERMASALAHAN DAERAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

 Identifikasi Permasalahan Urusan Pemerintah Daerah

a). Urusan Wajib Pelayanan Dasar

a. Urusan Pendidikan:

1. Masih ada anak usia sekolah yang tidak sekolah baik putus sekolah maupun tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena berbagai faktor penyebab seperti kurangnya motivasi, faktor ekonomi, anggapan bahwa sekolah tidak memberikan bekal untuk masuk kerja serta akses sekolah yang jauh terutama pada tingkat SMA

2. Masih minimnya akses layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus terutama pada pemenuhan guru yang memiliki kompetensi pendampingan anak berkebutuhan khusus, standar kurikulum dan sistem pembelajaran.

3. Jumlah pendidik dan kepala sekolah yang semakin menurun karena pensiun guru tidak dibarengi dengan penambahan kuota formasi guru

4. Rata- rata nilai ujian SD dan SMP belum memenuhi target RPJMD

b. Urusan Kesehatan:

1. Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 126,83 per 100.000 kelahiran hidup.

2. Masih adanya kasus stunting di Kabupaten Wonosobo

3. Meningkatnya prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita.

4. Masih tingginya angka prevalensi ibu hamil kurang energi kronik (KEK).

5. Meningkatnya angka Baku Mutu Limbah Cair di rumah sakit yang mencapai 106 gr/lt

c. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang:

1. Kurangnya kertersediaan data infrastruktur beserta kondisi yang akurat sebagai dasar perencanaan pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran

(25)

2. Kompetensi sumber daya manusia yang belum menyesuaikan perkembangan teknologi dan peraturan teknis

3. Minimnya regulasi terkait bidang infrastruktur sebagai pedoman dalam percepatan capaian kinerja

4. Degradasi lingkungan yang berimplikasi pada meningkatnya beban infrastruktur antara lain semakin meningkatnya limpasan air hujan akibat berkurangnya daerah resapan air dan erosi di daerah hulu

5. Curah hujan yang tinggi dan seringnya terjadi limpasan air hujan mempercepat kerusakan jalan

d. Urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman

1. Angka rumah tidak layak huni (RTLH) yang masih tinggi

2. Angka cakupan rumah layak huni terjangkau yang masih rendah 3. Keterbatasan lahan untuk pengembangan permukiman (pengaruh

topografi dan alokasi untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan)

4. Keberadaan rumah dan permukiman pada zona kawasan rawan bencana tinggi (khususnya longsor)

5. Keterbatasan data di bidang perumahan khususnya data jumlah rumah dengan tingkat akurasi tinggi

6. Pendataan kawasan permukiman kumuh hanya di Kecamatan Wonosobo (ibukota kabupaten sebagai lokasi program Kotaku) 7. Kecenderungan alokasi dana APBD untuk urusan perumahan

rakyat dan kawasan permukiman yang terlalu kecil dibandingkan dengan gap IKU RPJMD yang harus ditangani

e. Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat:

1. Petugas Satpol PP masih belum seimbang dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo

2. Kapasitas SDM Satpol PP yang memiliki kompetensi masih sangat rendah/ PPNS

3. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten/ Kota belum tercukupi

(26)

5. Belum ada Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati terkait dengan pembentukan wilayah manajemen kebakaran (WMK) pada lingkungan dan atau kawasan potensi kebakaran

6. Sarana prasarana terkait dengan pemadam kebakaran masih belum mencukupi sehingga penanggulangan terhadap bencana kebakaran belum optimal

7. SDM terkait dengan penanggulangan bencana, baik di Pusdalop, Tim Reaksi Cepat maupun relawan bencana belum memadai

f. Urusan Sosial:

1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS), sehingga terkadang ada penolakan masyarakat terhadap PPKS yang sudah dikembalikan ke masyarakat dan keluarga (reunifikasi)

2. Kurangnya Pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak terlantar, balita terlantar, ABH, Penyandang Cacat dan Trauma

3. Cakupan Raskin/BPNT terhadap Rumah Tangga Miskin masih kurang

b) Urusan Wajib Non-Pelayanan Dasar

a. Urusan Pilihan Ketenagakerjaan:

1. Pencari kerja dan tenaga kerja masih kurang memahami pentingnya sertifikasi kompetensi

2. Belum adanya instruktur bersertifikasi profesi dengan kompetensi sesuai potensi lokal (pertanian, pariwisata)

3. Masih kurangnya akses kesempatan kerja bagi ruta miskin

b. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:

1. Masih terbatasnya Lembaga layanan aktif desa dan tenaga yang berkompeten yang menangani dan memberikan pelayanan terhadap kasus-kasus kekerasan

2. Kurangnya partisipasi Angkatan kerja perempuan sehingga jumlah perempuan yang menjadi tenaga profesional dan keterlinatan perempuan dalam parlemen masih rendah

(27)

c. Urusan Pangan:

1. Masih rendahnya konsumsi protein hewani oleh penduduk Kabupaten Wonosobo

d. Urusan Pertanahan:

1. Aset tanah Pemerintah Kabupaten Wonosobo sebagian belum bersertifikat

2. Aset tanah yang sudah bersertifikat sebagian belum tercatat

3. Adanya aset desa yang belum terdata dan keengganan desa untuk melakukan tertib administrasi

4. Proses pengadaan tanah yang cukup panjang dan pensertifikatan yang memerlukan waktu lama

e. Urusan Lingkungan Hidup:

1. Belum optimalnya penanganan pengelolaan persampahan

2. Masih adanya kegiatan/usaha yang belum melaksanakan pengelolaan lingkungan secara optimal

3. Masih adanya kerusakan lahan dan/atau kekritisan lahan karena kegiatan budidaya

4. Terbatasnya SDM handal, pendanaan, sarana dan prasarana yang memadai untuk pengelolaan lingkungan hidup

5. Meningkatnya banjir limpasan

f. Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1. Gedung pelayanan adminduk kurang representatif sehingga pelayanan kurang maksimal

2. Rendahnya cakupan layanan jemput bola karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya

3. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kepemilikan akte kematian

4. Tipelogi Dinas Adminduk yang masih tipe C tidak sesuai dengan jumlah penduduk dan luas wilayah serta kompleksitas pelayanan

(28)

g. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1. Masih kurangnya desa dengan kategori maju

2. Belum terbentuknya posyantekdes di semua desa dan tidak aktifnya kelembagaan Pos pelayananan teknologi untuk pengembangan Teknologi Tepat Guna

3. Kepedulian dan partisipasi konkrit masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa belum optimal

h. Urusan Pengendalian Penduduk dan KB

1. Pola pikir masyarakat yang berubah dari pilihan penggunaan kontrasepsi modern menjadi kontrasepsi tradisional

2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga

3. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah, ini ditandai dengan Usia Kawin pertama perempuan masih tinggi, 4. Terbatasnya jumlah dan kualitas sumber daya manusia sebagai

penggerak program di tingkat desa/rw maupun RT untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program KKBPK

i. Urusan Perhubungan

1. Dengan wilayah yang cukup luas dan banyak terdapat titik rawan jalur lalu lintas maka diperlukan Sumber Daya Manusia yang mencukupi.

2. Belum tersedianya area bongkar muat barang yang layak

3. Potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo yang kian berkembang dan munculnya destinasi-destinasi wisata yang baru mendorong meningkatnya kunjungan wisatawan dari luar Kabupaten Wonosobo. Dalam rangka mendukung kemudahan mencapai destinasi wista yang dituju maka perlu peningkatan sarana informasi bagi wisatawan.

4. Uji kendaraan bermotor yang dilaksanakan Kabupaten Wonosobo selama ini masih dilakukan secara manual sehingga pelayanan pengujian bermotor kurang efisien dan efektif

5. Tidak tersedianya ruang pelayanan yang representatif dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat.

(29)

6. Kondisi topografi Kabupaten wonosobo yang berupa pegunungan menyebabkan jalur jalan banyak yang curam dan berkelo-kelok sehingga memerlukan pengamanan jalan yang lebih dibandingkan kondisi jalur jalan yang datar.

7. Kurang optimalnya penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas dalam menyusun jalur pergerakan lalu lintas yang tidak saling tumpang tindih.

8. Pemeliharaan perlengkapan jalan

j. Urusan Komunikasi dan Informatika

1. Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik belum menyeluruh

2. Penerapan teknologi informasi untuk menyelesaikan permasalahan perkotaan belum dilihat sebagai salah solusi untuk memecahkannya

3. Masih terdapat blank spot jaringan telekomunikasi

4. Terlalu banyak portal/aplikasi untuk publik yang secara fungsi hampir sama

k. Urusan Koperasi dan UMKM:

1. Kurangnya komitmen para anggota untuk saling memiliki koperasi.

2. Pasar yang terlalu terfokus sehingga target pasar menjadi sangat sempit dan kurang meluas

3. Kemampuan SDM koperasi dan UMKM yang masih minim dalam pemanfaatan teknologi informasi.

4. Masih rendahnya kesadaran pelaku usaha UMKM untuk bermitra dalam suatu koperasi sebagai bentuk usaha meningkatkan produksi dan produktifitas produk yang dihasilkan.

5. Kurangnya pengetahuan tentang teknologi produksi dan pengendalian mutu produk

6. Suku bunga bank yang semakin menurun memberikan efek berkurangnya gairah/partisipasi anggota untuk memanfaatkan dana di koperasi

(30)

l. Urusan Penanaman Modal

1. Publikasi informasi mengenai penanaman modal baik melalui website maupun media sosial cenderung monoton dan kurang informatif

2. Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia belum memenuhi standard pelayanan minimal, antara lain belum memiliki gedung kantor yang bernuansa layanan publik

3. Belum tersedianya regulasi khusus yang mengatur tentang penanaman modal termasuk pemberian insentif kepada investor di Kabupaten Wonosobo

4. Kesadaran para pelaku usaha belum secara rutin melaporkan perkembangan usahanya kepada Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)

5. Dengan berlakunya Perpres Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik, Online Single Submission (OSS) sebagian besar masyarakat belum mengetahui perizinan dimaksud

m. Urusan Kepemudaan dan Olahraga:

1. Belum sinerginya pelayanan dan kegiatan kepemudaan antar perangkat daerah

2. Masih rendahnya minat pemuda dalam organisasi masyarakat yang menyebabkan kaderisasi organisasi tersendat.

3. Pembinaan dan pembibitan atlet masih kurang maksimal

n. Urusan Statistik:

Masih terbatasnya publikasi data/dokumen hasil riset/kajian atau produk administrasi yang diakui BPS

o. Urusan Persandian

Kepedulian penanganan 5 area keamanan informasi pada setiap Perangkat Daerah masih perlu dibangun.

p. Urusan Kebudayaan:

1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia di bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, sedangkan amanat UU Nomo 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang meliputi 10 obyek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya, sangat luas

(31)

rentang tugas pokok fungsi dan tanggungjawabnya, selaras dengan upaya mewujudkan tagline Wonosobo the Soul of Java 2. Keterbatasan Anggaran termasuk untuk mendukung pelaksanaan

Pentas Duta Seni TMII, Parade Seni Jawa Tengah, pentas wayang kulit, lomba desain batik dengan lebih layak/optimal

3. Perlunya komunikasi yang lebih intens untuk menyatukan berbagai seniman budayawan Wonosobo yang kadang berbeda pemikiran, ide dan gagasan, mengingat banyak agenda kebudayaan yang memerlukan kebersamaan dan kekompakan mereka

4. Kemampuan peserta lomba menulis cerita rakyat dalam menulis dengan tata bahasa dan kalimat yang benar dan menarik, masih harus ditingkatkan

5. Keterbatasan anggaran untuk bantuan pelaksanaan berbagai event budaya dan tradisi, sehingga banyak pengaju proposal bantuan yang belum dapat dibantu

6. Penelitian terhadap situs watu gong, sudah menemukan bukti-bukti yang lebih signifikan, tetapi masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan atas skema bentuk bangunan, fungsi bangunan, sejarah situs sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut

7. Kesulitan mencari narasumber untuk parikan topeng lengger yang notabene para pelaku seni topeng lengger yang sudah tua, banyak yang sudah meninggal dan tidak meninggalkan catatan kepada ahli warisnya

8. Masih sangat minimnya literasi di bidang kebudayaan termasuk belum adanya ensiklopedi kebudayaan yang membukukan kekayaan Wonosobo dari sisi budaya (10 obyek pemajuan kebudayaan) secara lengkap. Masih perlu banyak perjuangan untuk mewujudkan hal ini

9. Lokasi temuan candi Bedhali yang sudah tidak in situ, sehingga menyulitkan proses penggalian/penelitian untuk menemukan badan candi serta alas candi yang belum teruangkap

10. Belum adanya tempat yang memadai untuk museum cagar budaya

11. Tim ahli cagar budaya belum didukung oleh tim pendaftaran yang akan menguatkan upaya survey dan pendataan cagar budaya

(32)

q. Urusan Perpustakaan:

1. Belum terpenuhinya jumlah perpustakaan desa maupun sekolah dengan standar pengelolaan perpustakaan sesuai regulasi yang berlaku sesuai target RPJMD

2. Belum optimalnya tingkat kunjungan perpustakaan baik di Arpusda maupun di perpustakaan desa dan sekolah

r. Urusan Kearsipan:

1. Belum semua PERANGKAT DAERAH menerapkan tata Naskah Dinas Elektronik

2. Belum optimalnya sarana prasarana terkait pengolahan dan penyimpanan arsip

c) Urusan Pilihan

a. Urusan Kelautan dan Perikanan

1. Masih minimnya penggunaan induk unggul bersertifikat oleh pembenih ikan

2. Masih rendahnya Angka Konsumsi Ikan (AKI) Kabupaten dibandingkan dengan AKI Provinsi/Nasional

3. Masih rendahnya produksi perikanan tangkap

b. Urusan Pariwisata:

1. Isu kerusakan lingkungan di kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Wonosobo secara umum

2. Masih minimnya kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap keberlangsungan dan perkembangan pariwisata

3. Ketersediaan sarana pendukung transportasi yang kurang memadai

4. Aksesibilitas menuju lokasi wisata yang masih relatif rendah 5. Kenyamanan dan keamanan wisatawan yang dirasakan masih

kurang

6. Rendahnya angka long of stay (live in) di Wonosobo

7. Kompetensi sumber daya manusia, baik pada pengelola, maupun pelaku usaha pariwisata yang masih kurang

(33)

c. Urusan Pertanian

1. Tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian serta terjadinya degradasi sumberdaya alam

2. Kelembagaan pelaku utama yang masih lemah

3. Lemahnya akses pelaku utama terhadap permodalan dan terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian (benih, bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan, alsintan) pendukung pengembangan sistem agribisnis

4. Fluktuasi harga produk pertanian yang diakibatkan ketersediaan bahan pangan tidak kontinyu sepanjang tahun serta lemahnya tata niaga dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian

d. Urusan Perdagangan

1. Masih rendahnya kesadaran pelaku usaha perdagangan terhadap kelengkapan administrasi perizinan

2. Persaingan produk lokal Wonosobo dengan produk dari daerah lain maupun dari luar negeri yang semakin meningkat

3. Masih banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan tidak pada peruntukannya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam proses jual beli

4. Belum berfungsinya UML (Unit Metrologi Legal) secara sempurna dalam melaksanakan kegiatan pelayanan tera/tera ulang dan pengawasan secara mandiri

e. Urusan Perindustrian:

1. Masih belum tersedianya Rencana Induk Pengembangan Industri Daerah

2. Masih lemahnya SDM IKM tentang penguasaan teknologi 3. Masih lemahnya jejaring pemasaran bagi IKM

4. Lemahnya data, inovasi, diversifikasi dan pengembangan produk

f. Permasalahan Urusan Transmigrasi:

(34)

d) Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan

a. Urusan Perencanaan:

1. Tingkat ketersediaan data dalam SIPD untuk tahun berjalan belum maksimal

2. Masih sedikitnya jumlah desa sebagai pusat pertumbuhan dan kawasan strategis cepat tumbuh yang dilegalisasi

b. Fungsi Penunjang Pemerintahan Bidang Keuangan:

1. Kapasitas keuangan daerah Kabupaten Wonosobo masih rendah. Hal ini terlihat dari kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah masih sebesar 11,50%, bahkan pada tahun 2019 persentase kenaikan PAD menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya

2. Keuangan daerah masih mengalami ketergantungan terhadap alokasi pendanaan dari pusat maupun provinsi

3. Belanja APBD masih didominasi untuk keperluan belanja pegawai

c. Fungsi Lain pada Kepegawaian dan Diklat

1. Masih rendahnya pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan

2. Jumlah ASN belum sesuai dengan kebutuhan formasi (formasi khusus tenaga kependidikan guru, tenaga kesehatan dokter spesialis, teknik sipil, pertanian, akuntan, ahli hukum, tenaga teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung program Smart City)

d. Urusan Penelitian dan Pengembangan:

1. Kelembagaan kelitbangan yang masih sangat terbatas baik secara kategori kelembagaan (sub bidang) maupun sumber daya sehingga kegiatan kelitbangan belum optimal

2. Belum banyak hasil kajian/riset yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah

3. Masih banyak produk inovasi, termasuk hasil lomba Krenova yang belum dihilirisasi atau dikomersialisasi

(35)

e) Fungsi Lain

a. Fungsi Kerjasama Daerah:

1. Naskah Akademik dan RaPeraturan Daerah tentang CSR dan Naskah Akademik dan RaPeraturan Daerah tentang Kemitraan belum ditindaklanjuti menjadi Peraturan Daerah

2. Masih ada peluang kerjasama dengan pihak lain yang memiliki tools dan sumber daya yang lebih baik

b. Fungsi Pengawasan:

1. Perlunya perbaikan Kapabilitas APIP Level 3

2. Masih rendahnya minat masyarakat untuk menyampaikan aduan melalui Whistle Blowing System

c. Fungsi Hukum dan Penataan Perundang-Undangan:

Minimnya jumlah Peraturan Daerah yang dihasilkan oleh Pemerintah Daerah baik itu Peraturan Daerah yang berasal dari inisiatif DPRD maupun usulan dari perangkat daerah

d. Fungsi Administrasi Pemerintahan

1. Penyelenggaraan urusan oleh Perangkat Daerah belum optimal 2. Penguatan penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) masih diperlukan

3. Penyelenggaraan implementasi Reformasi Birokrasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi belum maksimal

4. Tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran masih belum maksimal dan capaian kinerja masih rendah

(36)

C. ISU STRATEGIS

dalam rangka penyelesaian permasalahan pembangunan dan isu-isu strategis yang menjadi fokus dan prioritas pembangunan, dengan memperhatikan perkembangan isu nasional dan global yaitu terjadinya pandemi Corona Virus 2019 (Covid-19) yang menimbulkan dampak sosial ekonomi masyarakat secara luas. Adapun isu strategis Kabupaten Wonosobo sebagai berikut:

1. Kemiskinan

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan masih menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Wonosobo sebagaimana visi pembangunan 5 tahun dalm RPJMD 2016-2021 yaitu Wonoosbo yang bersatu untuk maju mandiri dan sejahtera untuk semua. Dalam kurun waktu periode RPJMD ini, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program- program baik yang bersifat spesifik menyasar pada kelompok masyarakat miskin maupun program secara umum yang akan membawa multiplier effect pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin memberikan dampak pada penurunan angka kemiskinan. Meskipun menjadi kabupaten dengan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah, namun kinerja penurunannya cukup tinggi dibandingkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa tengah sehingga pada tahun 2019 angka kemiskinan berhasil turun menjadi 16.65% dan berubah posisi menjadi peringkat 34, dengan demikian selama periode RPJMD 2016-2021 angka kemiskinan berhasil turun sebesar 3,9%. Kinerja program percepatan penanggulangan kemiskin tidak hanya dilihat dari tingkat kemiskinan, indikator lainnya adalah indeks kedalaman kemsikinan dan keparahan kemiskinan. Indek kedalaman kemiskinan pada tahun 2019 sebesar 2,44 dan indek keparahan kemiskinan sebesar 0,46%. Dengan melihat indeks keparahan kemiskinan yang semakin turun diartikan gap antar penduduk miskin semakin menurun yang diartikan kondisi kemiskinan antar penduduk miskin relatif sama. Secara umum penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo bekerja sebagai pekerja bebas pertanian, pekerja bebas non pertanian dan petani dengan kepemilikan lahan terbatas dengan rata-rata jam bekerja hanya 6 jam yang tentunya berpengaruh pada tingkat upah yang rendah. Rendahnya penghasilan mempengaruhi kemampuan keluarga mskin untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pola konsumsi pangan, akses pendidikan anak, kesehatan dan sanitasi serta kondisi fisik bangunan rumah. Pada akses pangan rata-rata konsumsi kalori penduduk 40% pendapatan terendah sebesar 1.749.90 Kkal per kapita per hari di bawah rata-rata konsumsi kalori penduduk Kabupaten Wonosobo. Selain karena rendahnya akses terhadap konsumsi pangan bernilai kalori tinggi, konsumsi rokok juga menjadi penyebab rendahnya rata-rata konsumsi kalori perkapita. Rendanya akses terhadap pangan yang bergizi dan sesuai

Gambar

Grafik 2.  75 Perkembangan PDRB ADHB Lapangan Usaha Industri  Pengolahan Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019
Tabel 2.  87 Capaian Kinerja Urusan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo  No  Indikator Kinerja  Program  (Outcome)  Capaian 2018  2019  Target  RPJMD 2021  Realisasi Capaian Target Akhir  RPJMD  Target   Capaian   %  Realisasi  Capaian  Status  Capaian  1  Per
Tabel 2.  90 Target dan Realisasi Kinerja Urusan  Keuangan Berdasarkan Indikator RKPD  Kabupaten Wonosobo Tahun 2019
Tabel 2.  91 Capaian Kinerja Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang  Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan tersebut dilakukan untuk mendukung target capaian tahun 2018 yaitu persentase perijinan AKDP sebesar 100%; jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengembangan

Jumlah kecamatan yang terfasilitasi dalam pembentukan majelis krame kecamatan Untuk mendukung kegiatan dengan rata-rata capaian indikator output indicator sebesar

Dengan rata – rata pencapaian sebesar 3,54% dan target pencapaian yang ditentukan sebesar 25,46%, maka hasil pencapaian pada periode 3 bulan tersebut telah

Persentase Penanganan Sampah Tahun 2020. diketahui realisasi capaian indikator kinerja yaitu %. Jika dibanding target yang telah ditetapkan sebesar 90%, maka pencapaian ini

Indikator Kinerja 6:Persentase pegawai yang mengikuti diklat PIM tepat waktu Realisasi Indikator Kinerja 6 tahun 2015 adalah sebesar 100% dari target yang telah ditetapkan sebesar

Indikator kinerja nomor 4 Persentase Penerapan Inovasi pada Tahun 2016 dari target yang ditetapkan sebesar 25% realisasinya 25% berarti telah mencapai target 100,00%,

Capaian indikator kinerja ini sesuai target yang ditetapkan, dari target 11 model terealisasi sebanyak 11 model dengan persentase capaian sebesar 100%, maka

Capaian kinerja nyata indikator Persentase Kelurahan yang memenuhi standar kriteria baik adalah sebesar 100% dari target sebesar 71.43% yang direncanakan dalam