Guru membuat perencanaan dengan berpedoman pada hasil revisi siklus I, yang meliputi :
a. Menyusun silabus dan RPP yang berkaitan dengan materi sistem gerak manusia (macam-macam otot dan sendi serta penyakit / gangguan pada system gerak manusia) .
b. Merancang skenario pembelajaran dengan strategi small group discussion yang
diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam kelas.
c. Merancang alat pengumpul data yang berupa lembar pengamatan dan tes agar digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Pelaksanaan
a. Mengadakan apersepsi yang bertujuan untuk memotivasi siswa.
b. Menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran.
c. Membagi siswa menjadi tetap dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok beraggotakan 5 siswa dan menunjuk ketua serta sekretaris kelompok, tetapi dengan pengaturan meja kelompok yang berbentuk persegi, tidak ada meja kelompok berbentuk L.
d. Setiap kelompok dibagikan lembar kerja siswa dan diminta untuk mendiskusikan dan menyelesaikan tugas tersebut.
e. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi.
f. Guru mengistruksikan setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya di forum kelas.
g. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
h. Guru memberi kuis untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
i. Guru memberikan tindak lanjut untuk memantapkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran berikutnya.
3. Observasi
Observasi dilakukan terhadap seluruh aktivitas pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran, baik siswa maupun guru menggunakan lembar observasi. Guru meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan Siklus II.
4. Refleksi
Guru bersama observer melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, kemudian memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil refleksi
HASILDANPEMBAHASAN A. SIKLUS I
Pada awal kegiatan, guru mengadakan apersepsi yang bertujuan untuk menarik motivasi siswa. Salah seorang siswa diminta maju ke depan dan seluruh siswa diminta memperhatikan dengan dialog sebagai berikut :
Guru :” Coba nak, lakukan perintah ini, berdiri tegak, memberi hormat , mengangkat satu kaki dan kembali ke posisi semula”.
Guru : “Mengapa temanmu dapat melakukan gerakan yang diperintahkan?”
Siswa : “Karena memiliki tulang dan daging, bu”
(dengan antusias menjawab) Guru : “ Ya, benar. Tulang dan daging yang
menyebabkan kita bisa bergerak. Nah, anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang tulang manusia, yaitu fungsi rangka manusia, macam-macam tulang dan bentuk-bentuk tulang manusia. Daging yang kalian sebutkan tadi, istilahnya adalah otot. Dan untuk otot akan kita pajari pada pertemuan yang akan datang”
Guru : “Selanjutnya anak-anak, untuk lebih mempelajari tentang tulang kalian akan saya minta membentuk kelompok bedasar urutan barisan meja dari depan ke belakang.
Silahkan dilakukan!”
Siswa : “ Iya , bu”
Selanjutnya, untuk setiap kelompok diminta menunjuk 1 siswa sebagai ketua dan 1 siswa sebagai sekretaris. Kebetulan, setiap banjar siswa kelas VIII C sudah heterogen, baik kemampuan atau jenis kelaminnya. Strategi small discussion dilakukan untuk mengetahui bagaimana siswa dapat belajar dalam kelompok kecil membahas topik fungsi rangka manusia dan nama-nama tulang manusia serta bentuk-bentuk tulang manusia.
Kelompok 1 sampai 3 segera membentuk meja kerja yang berbentuk persegi dengan merapatkan masing-masing meja belajarnya, kebetulan di kelas VIII C terdiri dari 1 meja untuk 1 siswa sehingga siswa mudah memindahkan meja dan kursinya. Tetapi untuk kelompok 4 yang terdiri dari 2 putri dan 3 putra tidak segera membentuk meja kerja, hanya memindahkan 1 meja belakang sehingga membentuk huruf L dan anak putra membentuk kelompok sendiri yang disajikan pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Siswa dalam kelompok 4
Kemudian guru membagikan LKS I dan menjelaskan tujuan dan cara kerja LKS Untuk membantu belajar siswa, guru memasang charta rangka manusia di papan tulis. Kelompok 2 dan 3 segera mengerjakan LKS dengan membagi tugas pada anggota kelompoknya. Untuk kelompok 3 ada satu siswa yang sama sekali tidak mau ikut berdiskusi, walau sudah dekati dan dimotivasi oleh guru. Sedang pada kelompok 1 tidak segera mengerjakan, setelah didekati guru ternyata mereka berselisih siapa ketua dan sekretarisnya, masing- masing anggota kelompoknya saling menuding teman dan setelah dibantu guru untuk menentukan
ketua dan sekretarisnya baru mereka mulai bekerja.
Pada kelompok 4, keaktifan diskusi sangat kurang, terlihat dari siswa putri saja yang bekerja, sedang siswa putra banyak mengobrol. Setelah waktu presentasi tiba, guru memilih kelompok 4 untuk presentasi terlebih dahulu dengan melihat hasil pengamatan selama berdiskusi kurang dapat bekerja sama dengan baik. Adapun hasil pengamatan pada siklus I sebagai berikut disajikan pada Tabel 1 dan 2 berikut.
Tabel 1. Hasil Kerja LKS Setiap Kelompok Siklus II
No Kelompok
Materi Nama
tulang
Fungsi Tulang
Bentuk tulang
Re- rata
1 Kelompok 1 100 100 95 98
2 Kelompok 2 100 100 100 100
3 Kelompok 3 100 100 100 100
4 Kelompok 4 100 100 100 100
Tabel 2. Hasil Pengamatan selama Proses Belajar
No. Komponen Penelitian
Siklus I
Rerata %
1 Hasil kerja LKS 99,6 -
2 Unjuk kerja diskusi 72,5 60%
3 Tes tulis 64 40%
Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil kerja LKS terdapat peningkatan dengan rerata 99,6. Hal ini dapat didukung oleh materi fungsi tulang, nama-nama tulang dan bentuk tulang disenangi oleh siswa.
Tampak bagaimana ketika mereka mencari nama- nama tulang manusia dengan sangat antusia pada LKS. Untuk untuk kerja diskusi didapatkan hasil sebesar 72,5 atau sebesar 60% yang diambil dari hasil pengamatan diskusi yang meliputi keaktifan, kerjasama, keberanian mengemukakan pendapat dan kebenaran konsep. Pada unjuk kerja diskusi juga sudah mulai membaik, tapi belum maksimal.
Aktifitas siswa selama berdiskusi belum merata, terlihat pada kelompok 3 ada satua siswa yang sama sekali tidak ikut berdikusi, walau sudah didekati guru dan ditanya apa ada masalah. Pada kelompok 4 juga belum terjadi diskusi yang baik, anak perempuan saja yagng aktif berdiskusi, sedang anak laki-laki hanya melihat sekilas. Namun pada tes tulis, nilai rerata siswa hanya 64 atau sebesar 40 % yang memenuhi KKM, hal ini dapat disebabkan siswa masih kurang memahami apa yang dibacanya atau diamatinya.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan, terdapat beberapa kelemahan atau masalah penerapan strategi small group discussion pada proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa pada materi pelajaran belum maksimal. Adapun kelemahan-kelemahan yang ditemui sebagai berikut: 1) kurangnya bimbingan terhadap siswa; 2) kurangnya peran aktif siswa dalam proses pembelajaran; dan 3) rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA. Ada beberapa siswa yang masih kebingungan
189 dalam mengerjakan soal dan belum terbiasa menggunakan strategi small group discussion dalam pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I belum mencapai nilai yang diinginkan dan belum maksimal. Nilai rata-rata tes pada siklus I baru mencapai 40% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II.
B. SIKLUS II
Pada awal kegiatan pembelajaran, guru mengadakan apersepsi yang bertujuan untuk menarik motivasi siswa. Salah seorang siswa diminta maju ke depan dan seluruh siswa diminta memperhatikan dengan dialog sebagai berikut:
Guru :”Coba nak, lakukan perintah ini, kepalkan tangan, luruskan ,dan kembali ke posisi semula”.
Guru :“Saat tangan dikepalkan, perhatikan bagian lengan atas. Naah, bagian lengan atas yang menonjol ini disebut apa?”
Siswa : “Otot, bu” (dengan antusias menjawab) Guru : “Ya, benar. Otot yang menonjol ini disebut
otot bisep. Pada saat tangan dikepalkan, otot bisep membesar atau sitilahnya adalah berkontraksi, sedang lengan atas bagian bawah yang disebut otot trisep mengalami relaksasi. Nah, anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang otot, sendi serta gangguan dan penyakit pada otot dan sendi.
Guru : “Selanjutnya anak-anak, untuk lebih mempelajari tentang tulang kalian akan saya minta membentuk kelompok bedasar pembelajaran pada pertemuan terdahulu.
Silahkan dilakukan!”
Siswa : “ Iya , bu”
Berdasar hasil siklus I yang lalu, guru tidak memerintahkan siswa untuk membentuk meja belajar model persegi, sehingga ada kelompok yang membentuk huruf L, oleh karena itu pada pembelajaran kali ini guru menghimbau agar setiap kelompok membentuk meja belajar persegi, agar komunikasi selama berdiskusi dapat berjalan dengan lancar dan saling bertatap muka.
Kemudian guru membagikan LKS dan menjelaskan tujuan dan cara kerja LKS Untuk membantu belajar siswa, guru memasang charta otot manusia di papan tulis. Dengan motivasi dari guru diskusi pada setiap kelompok dapat berjalan dengan lancar. Guru mendekati Kelompok 3 karena pada saat siklus 1 ada 1 siswa yang tidak mau aktif berdiskusi sehingga pada kegiatan kali ini siswa tersebut lebih dimotivasi untuk berdiskusi dan akhirnya siswa tersebut mau ikut aktif walau hanya menjadi pendengar. Pada kelompok 4 dengan bentuk meja belajar persegi mulailah terjadi diskusi yang lebih baik dari siklus 1 dan terjadi pembagian tugas antar anggota kelompok. Saat presentasi tiba, sebelum guru menunjuk kelompok mana yang maju terdahulu, kelompok 4 angkat tangan dan satu siswa putra yang maju untuk presentasi. Dan guru memberikan kesempatan kepada siswa tersebut
untuk presentasi. Hasil kerja yang didapatkan pada siklus II disajikan pada Tabel 3 dan 4 berikut.
Tabel 3. Hasil Kerja LKS setiap kelompok Siklus II
No Kelompok Materi
Otot Sendi Gangguan Rerata
1 Kelompok 1 95 100 85 93
2 Kelompok 2 100 100 85 95
3 Kelompok 3 100 100 85 95
4 Kelompok 4 58 100 75 78
Tabel 4. Hasil Pengamatan selama Proses Belajar
No. Komponen Penelitian Siklus II
Rerata %
1 Hasil kerja LKS 90,3 -
2 Unjuk kerja diskusi 81,25 80%
3 Tes tulis 77 60%
Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil kerja LKS terdapat penurunan dari siklus I dengan rerata 90,3. Hal ini dapat terjadi karena materi otot, sendi, serta gangguan pada sistem gerak adalah materi baru bagi siswa dan materi yang abstrak atau sulit dipahami oleh siswa. Tampak bagaimana ketika mereka kesulitan menggambarkan otot serta mencari bagaimana kerja masing-masing jenis otot pada LKS. Untuk kerja diskusi didapatkan peningkatan dari siklus I dengan hasil sebesar 81,25 atau sebesar 80% yang diambil dari hasil pengamatan diskusi yang meliputi keaktifan, kerjasama, keberanian mengemukakan pendapat dan kebenaran konsep.
Pada unjuk kerja diskusi juga sudah meningkat.
Aktifitas siswa selama berdiskusi sudah merata, terlihat pada kelompok 3 ada satua anak yang pada saat siklus I sama sekali tidak ikut berdikusi terlihat pada siklus II sudah mulai aktif berdiskusi. Pada kelompok 4 juga terjadi peningkatan diskusi yang baik, meja kerja sudah berbentuk persegi bukan lagi huruf L dan saat presentasi justru siswa laki-laki dari kelompok 4 mau tampil sendirian. Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang baik yaitu sebesar 81,25 (80%) pada unjuk kerja diskusi jika dibandingkan siklus I hanya sebesar 72,5 (60%) dari seluruh siswa. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dari hasil tes terjadi peningkatan nilai rerata siswa dari 64 (40%) pada siklus I yang memenuhi KKM meningkat menjadi 77 (60%) yang telah memenuhi KKM. Hal ini berarti strategi Small group discussion dapat meningkatkan prestasi belajar siswa , baik dari segi keaktifan berdiskusi maupun pada hasil tes.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan, terdapat beberapa peningkatan penerapan strategi small group discussion pada proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa pada materi pelajaran meningkat.
Dengan menggunakan strategi small group discussion dalam pembelajaran secara berkesinambungan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam hal berdiskusi dan hasil tes.
Nilai rata-rata tes pada siklus II sudah mencapai
60% sehingga penelitian ini diputuskan untuk dihentikan pada siklus II. Perbandingan hasil yang diperoleh menggunakan strategi small group discussion disajikan pada Grafik 1 berikut.
Gambar 1. Perolehan peneparan hasil strategi small group discussion
Strategi small group discussion dalam pembelajaran merupakan salah satu pembelajaran aktif. Dalam proses pembelajarannya, peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil guna memecahkkan dan mendiskusikan beberapa topik permasalahan. Diskusi merupakan percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban atas masalah tersebut. Sedangkan diskusi kelompok dapat diartikan sebagai jalan pemecahansuatu masalah yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar, yang dapat merangsang peserta didik utnuk berpikir sistematis, kritis dan bersikap terbuka dalam menyumbangkan pikiran- pikirannya untuk memecahkan suatu permasalahan (Nafsri, 2014).
Menurut Silberman (2006), diskusi kelas memainkan peranan penting dalam kegiatan belajar aktif di kelas, karena dengan mendengarkan beragam pendapat dalam diskusi, siswa akan tertantang untuk berpikir. Guru berperan selama proses dis-kusi terutama dalam memudahkan lalu lintas pendapat siswa, dan memberikan sumbang saran dan komentar tambahan selama proses diskusi siswa.
Dalam belajar kelompok kecil (small group), pengetahuan keseluruhan yang ada dalam kelompok cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan yang dimiliki oleh peserta didik perorang. Dengan adanya strategi pembelajaran small group discussion ini, sangat memungkinkan bagi seorang guru untuk bisa memberikan soal-soal yang relatif lebih sulit jika dibandingkan diberikan kepada peserta didik secara perseorangan. Dengan demikian pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berfikir kritis, sistematis dan saling menyumbangkan fikirannya baik dalam kelompoknya maupun secara klasikal. Pembelajaran
dengan strategi small group discussion lebih mengutamakan pola kerjasama dalam kelompok kecil sehingga peserta didik tidak ada yang merasa bahwa dirinya yang paling pintar dan menguasai materi.
Dari penerapan strategi small group discussion terdapat beberapa kelebihan strategi ini, yaitu (1) semua peserta didik bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar; (2) mengajarkan kepada peserta didik agar mau menghargai pendapat orang lain dan bekerjasama dengan teman yang lain; (3) dapat melatih dan mengembangkan sikap sosial dan demokratis bagi siswa; (4) meningkatkan keterampilan berkomunikasi bagi siswa; (5) meningkatkan partisipasi peserta didik baik secara individual dalam kelompok maupun dalam kelas;
dan (6) mengembangkan pengetahuan mereka, karena bisa saling bertukar pendapat antar siswa baik dalam kelompoknya maupun dengan kelompok yang lain. Selain memiliki kelebihan, small group discussion juga memiliki beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut: (1) diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi; (2) dapat menimbulkan ketergantungan sesorang pada kelompok dan tidak ikut terlibat dalam kegiatan diskusi, karena hanya mengandalkan teman dalam kelompoknya; (3) dapat menimbulkan dominasi dari kelompok yang sekiranya lebih banyak dan lebih mampu mengungkapkan ide sehingga kelompok yang lain tidak memberikan kontribusi yang berarti; dan (4) bagi guru, diskusi kelompok kecil dapat mempersulit dalam mengelola iklim kelas.
PENUTUP Kesimpulan
Strategi small group discussion dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada materi system gerak manusia di kelas VIII-C SMP Negeri 2 Rembang. Pada siklus I nilai rata-rata tes siswa hanya 64 dan ketuntasan belajar 40%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa naik menjadi 77 dan ketuntasan belajar 60%.
Saran
Guru dapat mengembangkan berbagai alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
DAFTARRUJUKAN
Ariyani, F. 2012.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Matapelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Demontrasi di Kelas V SD Negeri 10 Kabawetan. 57,J- TEQIP,Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
Junita, P. 2012. Penggunaan Media Kit IPA pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sumber Daya Alam untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 12 Tebat. 62, J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
0 20 40 60 80 100 120
Hasil kerja LKS
unjuk kerja diskusi
tes tulis
SIKLUS I SIKLUS II
191 Nafsri, L. 2014. Penerapan Strategi Small group
discussion untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IVB SDN 002 Tanah Grogot. 56, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Silberman, M.L. 2006. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.
Sudjana, N. 1999. Evaluasi dan Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sumantri, M., dkk, 1998/1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud
Wormeli, R. 2016. Teknik Meningkatkan Pembelajaran Siswa. Jakarta: Erlangga Zubaidah, Siti., Mahanal, Susriyati., dan Yuliati,
Lia. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.