Dan sistem guru kelas tidak mengajar secara langsung dalam hal siswa autis yang memiliki perilaku hiperaktif. Terapi penting untuk anak autis adalah terapi perilaku. Terapi ini dikenal luas karena hasilnya memuaskan. Meski begitu, terapi tersebut akan lebih baik jika dipadukan dengan terapi lain. Selain metode di atas, terdapat metode yang dapat diterapkan untuk mendisiplinkan perilaku siswa autis, yaitu metode permainan.Berdasarkan luasnya keterbatasan terapi bermain, penerapannya pada penyandang autis memerlukan batasan yang lebih spesifik. disesuaikan dengan karakteristik penyandang autis itu sendiri Pada anak autis, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu mengembangkan keterampilan sosialnya, meningkatkan kesadaran akan keberadaan orang lain dan lingkungan sosialnya, mengembangkan keterampilan berbicara, mengurangi perilaku yang sulit diatur. dan mengendalikan agresivitas. Berbeda dengan anak non autis yang dapat dengan mudah mempelajari dunia di sekitarnya dan meniru apa yang mereka lihat. Sehingga anak autis mengalami hambatan dalam peniruan dan keterampilan bermainnya kurang beragam. Hal ini membuat metode bermain juga efektif dalam mendisiplinkan perilaku anak autis. anak 7. Maka dari uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dan Metode Permainan Dalam Mendisiplinkan Perilaku Siswa Autis Di SLB Negeri 1 Lombok Tengah”.
1. Jurnal Pendidikan, Vol 8, Nomor 2, November 2009. Oleh Kurniana Bektiningsih dengan gelar pendidikan guru sekolah dasar berjudul “Program terapi untuk anak autis di SLBN Negeri Semarang”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk terapi diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing tingkat keterampilan anak autis. 3. Jurnal Pendidikan, volume 6 nomor 2, oleh Anggun Oktavia dkk, prodi PGSD Universitas Sebelas Maret dengan judul “Pengaruh Terapi Perilaku dengan Metode Analisis Perilaku Terapan terhadap Kemandirian Anak Autis”. sekolah sampai anak siap menerima pengajaran di kelas. Dari beberapa hasil penelitian literature review yang telah penulis lakukan, dapat dikatakan bahwa anak autis perlu mendapatkan terapi untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.Melalui terapi terpadu diharapkan apa yang kurang dari anak autis dapat mengurangi masalah perilaku, untuk meningkatkan keterampilan belajar anak-anak dan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan penyesuaian diri dengan baik.
Hampir semua anak autis bermasalah dengan keterlambatan perkembangan keterampilan motorik halus.Kebanyakan anak autis menunjukkan gejala gangguan motorik seperti stereotip dan hiperaktif yang umum terjadi, terutama pada anak autis prasekolah. Anak autis juga memiliki gangguan emosi yang ditandai dengan kurangnya empati dan toleransi yang sangat rendah tanpa empati.Jika tidak mendapatkan apa yang diinginkan, akan sulit mengendalikan perilaku agresif, apalagi jika perubahan rutinitas sehari-hari terjadi. terganggu. yang mengarah pada kesusahan. Menurut Dan Atmaj, selain beberapa pengertian di atas, ada lagi pengertian terapi ABA yaitu suatu metode untuk membantu menggunakan kemampuan yang bermanfaat secara sosial dan mengurangi atau menghilangkan sebaliknya yang menjadi masalah. bentuk modifikasi perilaku melalui pendekatan perilaku langsung dengan fokus yang lebih besar pada perubahan spesifik berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri. Tujuan dari metode ini adalah mengajarkan bagaimana anak dapat berkomunikasi dengan dua cara yang aktif. Bersosialisasi di lingkungan masyarakat, hilangkan atau minimalkan perilaku anak autis yang tidak wajar, lalu ajarkan keterampilan akademik dan kemandirian.
Materi harus dimulai dengan kepatuhan dan kontak mata. Keduanya harus dikuasai oleh anak sebaik mungkin, semakin baik. Kemudian pelajari keterampilan meniru dan beralih ke keterampilan bahasa reseptif atau kognitif.
IPEMBAHASAN
Sekolah Luar Biasa (SLB) 1 Lombok Tengah merupakan lembaga pendidikan formal bagi siswa berkebutuhan khusus yang beralamat di Jln Basuki Rahmat Kecamatan. Praya Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. dan pada tahun 2018 diambil alih oleh provinsi dan berganti nama menjadi SLB Negeri 1 Lombok Tengah. Sebelumnya bernama SDLB. Dari data siswa SLB 1 Negeri Lombok Tengah khususnya siswa SD hanya terdapat satu kelas siswa autis yaitu kelas 2 dengan jumlah siswa sebanyak 4 orang Untuk kelas 1 dan 3 siswa tunagrahita disertai dengan hiperaktif. Guru kelas juga akan menentukan pilihan dalam menentukan program yang tepat untuk membimbing siswa autis, misalnya metode yang akan digunakan. Kemudian langkah selanjutnya dalam memilih program pembelajaran adalah guru akan menyelesaikan atau menjalankan program yang telah ditetapkan.
Diantaranya adalah metode latihan, metode permainan dan metode ABA (Applied Behavior Analysis).Metode latihan merupakan metode yang juga diterapkan oleh guru kelas dengan mengulang pelajaran sebelumnya. Dalam membentuk program kontak mata, guru akan melatih kemampuan motorik anak terlebih dahulu, misalnya dengan mengajaknya bermain, dengan cara ini anak tetap bisa diawasi. Kemudian menciptakan kedekatan antara guru dan siswa autis sehingga guru dapat memperoleh poin saat siswa bermain, dengan cara ini guru dapat memberikan program untuk melakukan kontak mata. Memang di sini anak autis benar-benar hiperaktif, tapi tidak semuanya, kalau kategorinya ringan tidak suka diam dan terus berlari atau melompat-lompat”44.
Tentunya guru kelas juga mengalami kesulitan, kesulitannya adalah bagaimana melatih siswa untuk fokus diam, karena melihat perilaku siswa autis di SLB Negeri 1 Lombok Tengah yang dikaitkan dengan hiperaktif. Dari perilaku siswa autis yang sulit disiplin dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa yang tidak disiplin juga terjadi karena masih tidak adanya kontak mata dengan guru. mempromosikan harga diri siswa, termasuk dari siswa memasuki kelas. Saat menerapkan metode ini, guru kelas berusaha melakukan kontak mata, saat kontak mata dengan siswa terjalin, guru dapat mengambil langkah selanjutnya. juga melatih fokus siswa, misalnya ketika guru mengatakan “lihat” ketika siswa menanggapi, guru akan memberikan umpan balik kepada siswa seperti memberikan pelukan atau tepuk tangan. .
Karena itu, guru pasti akan mengontrol perilaku anak. Namun demikian, guru kelas tetap bertindak tegas terhadap siswa yaitu dengan menyuruh siswa untuk menatap benda atau mainan yang dipegang guru, terkadang guru juga memeluk anak untuk mengontrol perilaku agresif anak. Berdasarkan observasi dengan subjek 3 berinisial (SY) autis dengan kategori berat. Dengan memberikan metode ini, guru akan memberikan mainan sambil memegang tangan siswa, sehingga guru menciptakan kenyamanan bagi siswa, sehingga siswa tidak agresif saat memberikan instruksi kepada guru.(SY) dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tersebut. kelas hanya duduk diam sambil menyadari benda-benda kesukaannya. Materi dalam pelajaran ini diawali dengan kepatuhan kontak mata. Siswa harus menguasai keduanya karena semakin konsisten anak maka semakin baik. Salah satu cara untuk melatih siswa agar fokus adalah dengan memberikan kenyamanan, misalnya menggandeng tangan saat masuk kelas kemudian mengajak duduk siap sholat, mulai dari autisme ringan, sedang dan berat. Sehingga guru kelas dapat menyesuaikannya. Setelah melakukan kontak mata, kemudian dilakukan peniruan (imitasi) berupa gerakan motorik dan gerakan mulut.
Berdasarkan hasil observasi peserta didik autis dengan peserta didik autis awal (RZ) dalam kategori lunak Pada kegiatan permainan, peserta didik autis (RZ) paling senang bermain kartu bergambar, menyusun setiap kartu berdasarkan kolom yang telah disiapkan, kemudian guru akan memberikan petunjuk bila siswa mengalami kesulitan dalam memilah kartu, dengan cara ini guru dapat memberikan petunjuk pada setiap kartu bergambar yang dimainkan (RZ). Berkaitan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan metode ini, guru kelas memperkenalkan pembelajaran pada setiap permainan yang dimainkan anak autis, hal ini dilakukan karena melihat anak yang memiliki hobi yang berbeda dalam permainan tersebut. , agar guru mengikuti. keinginan anak autis agar anak autis tidak merasa tertekan atau bosan di dalam kelas dengan mainan yang dimainkannya. Dalam penerapan metode ini terdapat anak dengan tingkat perkembangan yang semakin meningkat yang dapat diamati oleh peneliti dari pengamatan checklist yang dilakukan. ke dalam kategori lunak. tidak menunjukkan perilaku yang berlebihan. Terkadang ia hanya menunjukkan perilaku agresif ketika keinginannya tidak terpenuhi, siswa melukai diri sendiri. Anak autis dengan kategori ini langsung mendekati guru. Dalam mendisiplinkan perilaku siswa dengan metode permainan ini, guru akan mengemas suasana kelas yang menyenangkan mungkin agar saat di kelas siswa tidak bertindak agresif saat merasa bosan.Tentunya cara ini cocok dengan anak autis di SLB 1 Lombok Tengah yang berada di tahap bermain (anak-anak).
I PEMBAHASAN
Bentuk komunikasi yang diberikan adalah komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang bercampur dengan ucapan, misalnya gerakan, ekspresi wajah, gerakan mata, dan suara, karena itu juga merupakan bentuk komunikasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian bahwa penerapan bahasa ekspresif dan responsif sangat efektif dalam membantu siswa autis untuk berkomunikasi 56. kegiatan di rumah. Maka guru kelas juga membutuhkan kontribusi orang tua dalam membentuk interaksi dengan anak autis, karena dalam mengasuh anak autis tidak pernah bisa lepas dari berbagai strategi, bahkan dalam hal interaksi pun tidak. Diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu perilaku siswa autis yang tidak dapat dikontrol sebelum mendapat terapi yang tepat dan pemberian reward kepada siswa merupakan salah satu faktor pemicu dalam membangkitkan motivasi pada anak.59 Namun data lapangan yang peneliti peroleh, tidak semua siswa autis mendapatkan reward, tergantung dari gangguan atau kategori siswa tersebut. Misalnya, anak autis dengan kategori ringan dapat menerima prompt dengan respon singkat. Hal yang sama tentunya juga berlaku bagi anak autis yang termasuk dalam kategori berat, akan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Di SLBN 1 Lombok Tengah, siswa autis yang berperilaku tidak disiplin diajarkan untuk membangun diri mulai dari hal-hal kecil seperti salam dan tertib saat masuk kelas. Selain itu, guru kelas juga memberikan kehangatan kepada anak, kehangatan yang guru berikan berupa pelukan hangat, sehingga ketika siswa merasa tertekan dapat dikendalikan. Selain kehangatan, sikap tegas tanpa rasa jengkel juga dilakukan guru kepada siswa, sehingga ketika siswa tidak dibimbing, guru menegur siswa, misalnya mengambil benda yang tidak layak untuk dimainkan. Kemudian penghargaan guru dengan cara anak memberikan reward dan motivasi agar anak menjadi lebih semangat.Reward diberikan dalam bentuk tepuk tangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti guru kelas dalam menawarkan metode ini, secara alami dimulai dengan membentuk kontak mata, dengan begitu akan lebih mudah bagi guru untuk belajar jika anak dapat fokus pada lawan interaksi. Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh peneliti, metode ABA efektif dalam mendorong perilaku tidak disiplin di kalangan siswa, baik siswa berkebutuhan khusus maupun tidak.
Diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa metode ABA (Applied Behavior Analysis) dalam mendisiplinkan perilaku siswa khususnya Autisme sangat efektif, mulai dari reaksi yang sederhana misalnya sampai melihat pandangan orang lain. Dalam proses penerapan metode Applied Behavior Analysis dimulai dengan pembentukan kepatuhan dan kontak mata, karena keduanya harus dikuasai dengan baik dan konsisten oleh anak. Dengan melatih kontak mata dan kepatuhan pada anak, sehingga anak bisa mulai bagaimana meniru. Perlu diketahui bahwa tidak semua anak autis memiliki tingkat pemahaman yang sama, seperti yang peneliti uraikan pada bab sebelumnya bahwa anak autis memiliki kategori yang berbeda. untuk memahami bahasa reseptif lebih mudah daripada bahasa ekspresif. Metode bermain atau yang biasa disebut dengan metode Roll Play, dalam metode ini memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan anak, seperti teori yang dikemukakan oleh Aristoteles yang berpendapat bahwa anak harus didorong dalam pembelajarannya yang juga disesuaikan dengan alam. dengan minat anak Frobel juga mengatakan bahwa cara bermain ini dapat mengasah kemampuan dan keterampilan tertentu pada anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang mengamati bagaimana guru kelas memberikan metode ini kepada anak autis, dimulai dari mengikuti hobi anak seperti mainan apa yang diinginkan dan disukai anak autis, sehingga guru dapat menyesuaikan pembelajaran pada setiap permainan yang ada. Karena kecerdasan dan perkembangan kognitifnya sangat luar biasa 63. Dalam hal ini, perkembangan kognitif adalah suatu susunan yang menggambarkan kemampuan mental seseorang, karena karakteristik setiap anak autis berbeda-beda. Berdasarkan teori di atas, metode permainan ini dikemas semenarik mungkin. Hal ini disesuaikan dengan aktivitas anak autis saat berada di kelas. Sebagai orang tua atau pendidik, wajib bagi kita untuk menerapkan kedisiplinan pada anak khususnya anak autis, karena masih cukup banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak disiplin dalam menerapkan aturan yang ada.
Karena disiplin merupakan arah untuk melatih dan membentuk siswa untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik dan meningkatkan perasaan siswa untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan belajarnya secara objektif melalui kepatuhannya untuk melaksanakan peraturan dan petunjuk yang diberikan oleh guru. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling mendasar. Dengan diterapkannya metode ABA (Applied Behavior Analysis) di SLBN 1 Lombok Tengah, kini siswa autis yang awalnya hiperaktif dan tidak disiplin sudah mulai menurun. Dari beberapa kategori siswa autis di SLB Negeri 1 Lombok Tengah, tentunya cara ini efektif untuk meningkatkan perilaku siswa dengan cara menyampaikan dan menyampaikan materi pada tahapan yang berbeda.
PENUTUP
2. Orang tua Perlu diperhatikan bahwa peran orang tua dan keluarga dalam pendampingan anak autis sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak dengan selalu memberikan semangat, selain itu orang tua juga harus memenuhi kebutuhan anak untuk mendukung, mengenal dan memahami perkembangan mereka. Dengan menerapkan metode ABA dan Play diharapkan orang tua lebih cermat dalam memahami perilaku dan perkembangan anak autis, sehingga orang tua tidak hanya mengandalkan guru kelas/terapis. Bagaimanapun, anak menghabiskan lebih banyak waktu. Di rumah. Indani, N. (2012) “Efektivitas cerita bergambar dalam memahami peran anak di TK.” Jurnal Studi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia Vol.1 no.5-9. Winkanda SatriaPutra. (2017) “Game Efektif Melatih Kecerdasan dan Kreativitas Anak” Jogjakarta:. 2014).
LAMPI RAN
Tujuan wawancara: untuk mengetahui sejarah SLBN 1 Lombok Tengah dan untuk mengetahui bagaimana metode ABA (Applied Behavior Analysis) dan metode bermain digunakan dalam mendisiplinkan perilaku siswa autis. Tujuan wawancara: Untuk mengetahui penggunaan metode ABA (Applied Behavior Analysis) dan metode permainan dalam mendisiplinkan perilaku siswa autis di SLBN 1 Lombok Tengah. Kalau reaksinya tergantung mood, kalau mereka marah, lalu kita dekati, mereka akan melawan sampai memukul guru.
Memang benar anak autis kita memang hiperaktif, tapi tidak semuanya, kalau dalam kategori ringan malah tidak suka berdiri diam dan terus berlari atau melompat-lompat. Ketika anak tidak bosan, dia akan diam dan mendengarkan instruksi guru, tetapi ketika dia bosan, dia tentu saja tidak peduli dengan instruksi tersebut. Anak-anak tentu berbeda-beda, terkadang ada yang membantu temannya saat terjatuh atau saat sedang bermain, misalnya menyusun puzzle.
Kalau isinya beda, anak beda kekuatan, seperti yang kami amati, ada salah satu anak ketika temannya berteriak hendak menutup telinga karena merasa terganggu. Ketika kita mendapatkan umpan balik berupa kontak mata, maka dalam setiap permainan yang dimainkan anak autis, kita memberikan pelajaran imitasi atau peniruan disana tentang apa yang dia mampu.