• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "SKRIPSI - - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP

NEGERI 3 SAMBIT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Oleh:

NURLINDA PUJI ASTUTI NIM: 210313233

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

JUNI 2017

(2)

ABSTRAK

Astuti, Nurlinda Puji. 2017. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Tipe Kepribadian Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Sambit Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Lia Amalia, M.Si.

Kata Kunci: Lingkungan sekolah, Tipe kepribadian dan Prestasi Belajar.

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Faktor lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor eksternal prestasi belajar karena sekolah merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Selain faktor lingkungan sekolah, tipe kepribadian juga termasuk salah satu faktor intern dari prestasi belajar, karena tiap-tiap orang mempunyai sifat- sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seseorang dengan yang lain.

Berangkat dari fenomena tersebut, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017? (2) Adakah pengaruh tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017? (3) Adakah pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017? Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi penelitiannya adalah siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit yang berjumlah 70 siswa, dengan melihat pendapat Suharsimi Arikunto yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka sampel diambil semuanya sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi.

Pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Untuk uji validitas dengan menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan menggunakan Spearman Brown, sedangkan untuk analisa data utamanya menggunakan rumus Regresi Linier Berganda.

Dari hasil penelitian ini bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh yag signifikan antara lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit dengan prosentase sebesar 12,57%.(2) Ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit dengan prosentase sebesar 35,12%. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung >

Ftabel, maka tolak H0 yang artinya lingkungan sekolah (x1) dan tipe kepribadian (x2) berpengaruh pada prestasi belajar siswa (y) dengan prosentase sebesar 38,96% dan sisanya sebesar 61,04% dipengaruhi oleh faktor lain .

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.1

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) dan dari luar diri (faktor eksternal) individu.2 Oleh karena itu pencapaian hasil pembelajaran juga terkait dengan kondisi-kondisi tertentu baik yang ada dalam diri siswa atau yang berasal dari luar diri siswa. Belajar yang tidak

1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), 63.

2 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 138.

(4)

memperoleh dukungan baik dalam individu maupun dari luar individu akan mengalami hambatan kesulitan belajar, tentunya akan mempengaruhi hasil belajar seseorang.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional dikenal tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut berfungsi sebagai wahana yang dilalui anak didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan sekaligus untuk mencapinya.3

Diantara tiga pusat pendidikan tersebut, sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Sekolah merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.4 Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama meraka diserahkan kepadanya.5

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di

3 Uyoh Sadulloh, Pedagogik Ilmu Mendidik (Bandung: Alfabeta, 2010), 185.

4 Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 131.

5 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), 92.

(5)

sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib di kelas dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.6

Lingkungan sekolah yang kondusif sangat mendukung bagi kenyamanan dan kelangsungan proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik di kelas. Peserta didik yang nyaman akan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, serta memiliki minat dan pola pikir yang positif tentang pentingnya belajar bagi dirinya dan masa depannya, sehingga dalam diri peserta didik tersebut akan tumbuh kesadaran untuk belajar dengan baik, yang pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang baik.7

Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan penting dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam usahanya, halus perasaannya dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dicapai.8

Kepribadian mengandung pengertian yang sangat kompleks, berkali- kali dikatakan bahwa kepribadian itu mencakup berbagai aspek dan sifat-sifat

6Dalyono, Psikologi Pendidikan, 59.

7 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Mnagement) (Bandung: Alfabeta, 2014), 267.

8 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 102.

(6)

fisis maupun psikis dari seorang individu. Kepribadian juga bersifat unik.

Artinya kepribadian seseorang bersifat khas, mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dari individu yang lain.9 Kepribadian merupakan sifat individual manusia, artinya tidak seorang pun yang memiliki kepribadian sama.

Tipe kepribadian adalah suatu pengelompokkan tingkah laku seseorang, baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan seseorang, sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya.10 Menurut Carl Gustav Jung ada dua sifat dasar tipologi manusia yaitu introvert dan ekstrovert. Orang yang mempunyai kepribadian introvert lebih mengarahkan perhatiannya ke dalam dirinya. Sedangakan ekstrovert lebih mengarahkan perhatiannya ke luar dirinya.11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus Setijoadi selaku Kepala Sekolah di SMPN 3 Sambit ditemukan bahwa beberapa anak mendapatkan hasil belajar PAI kurang maksimal atau belum mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah. Bahkan ada beberapa anak dari kelas VIII yang belum hafal surat al-Fatihah.12

9 Ibid., 155.

10 Rafy Sapuri, Psikologi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), 151.

11 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 150.

12 Wawancara dengan Bapak Agus Setijoadi, Kepala Sekolah SMPN 3 Sambit pada tanggal 06/04/2017 pukul 09.00 WIB.

(7)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti “PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMPN 3 SAMBIT TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.

B. Batasan Masalah

Banyak faktor atau variabel yang dapat dikaji untuk ditindak lanjuti dalam penelitian ini. Namun, karena cakupan bidang yang sangat luas serta adanya berbagai keterbatasan yang ada baik waktu, dana maupun tenaga, sehingga dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017?

2. Adakah pengaruh tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017?

(8)

3. Adakah pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui adakah pengaruh tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

(9)

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini untuk menguji dan membuktikan teori tentang pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dan wacana ke depan bagi kemajuan lembaga dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada guru tentang pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar.

c. Bagi Peneliti

Menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan dan cakrawala pengalaman peneliti tentang hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah, tipe kepribadian dan prestasi belajar.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika penyusunan laporan hasil penelitian ini nantinya akan dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Untuk memudahkan penulisan maka pembahasan dalam laporan akan

(10)

dikelompokkan menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang berkaitan. Sistematika pembahasan ini adalah:

Bab pertama, merupakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran bagi keseluruhan laporan penelitian yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, adalah landasan teori tentang lingkungan sekolah, tipe kepribadian dan prestasi belajar serta kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis. Bab ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan teori yang dipergunakan untuk melakukan penelitian.

Bab ketiga, berisi tentang metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian, populasi, sampel, responden, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab keempat adalah temuan dan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data (pengujian hipotesis) serta pembahasan dan interpretasi.

Bab kelima merupakan penutup dari laporan penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Lingkungan Sekolah

a. Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural.13 Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memberikan pengaruh tertentu kepada individu.14

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral- spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.15

Lingkungan sekolah adalah semua kondisi di sekolah, yang mempengaruhi tingkah laku warga sekolah, terutama guru dan

13 Dalyono, Psikologi pendidikan, 129.

14 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara: 2006), 195.

15 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 54.

(12)

peserta didik sebagai ujung tombak proses pembelajaran di sekolah.16

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa lingkungan sekolah yaitu semua kondisi yang ada di sekolah yang mempengaruhi tingkah laku warga sekolah untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

b. Fungsi Lingkungan Sekolah

Menurut Oemar Hamalik, suatu lingkungan pendidikan/

pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi Psikologis, artinya stimulus bersumber/ berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan tingkah laku tertentu. Respon tadi pada gilirannya dapat menjadi stimulus baru yang menimbulkan respon baru, demikian seterusnya. Ini berarti lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu.

2) Fungsi Pedagogis, artinya lingkungan memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga sosial. Masing-

16Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management), 268.

(13)

masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan baik tertulis maupun tidak tertulis.

3) Fungsi Intruksional, program intruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran/ pembelajaran yang di rancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran dan kondisi lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang senagaja dikembangkan untuk mengembangakan tingkah laku siswa.17 c. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah

Beberapa unsur yang ada di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi belajar adalah:

1) Metode Mengajar

Metode mengajar mempengaruhi belajar, dimana metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar peserta didik yang tidak baik pula dan sebaliknya.

2) Kurikulum

Kurikulum yang kurang tepat akan berpengaruh tidak baik terhadap belajar dan begitupun sebaliknya.18

17 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 196.

18Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management), 268.

(14)

3) Relasi Guru dengan Peserta Didik

Guru yang kurang berinteraksi dengan peserta didik secara akrab akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.

4) Relasi Peserta Didik dengan Peserta Didik

Menciptakan relasi yang baik antar peserta didik adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar peserta didik.

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan peserta didik dalam sekolah dan juga belajar.

6) Alat Pengajaran

Alat pengajaran yang baik dan lengkap perlu, agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore dan malam hari.

(15)

8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar, sehingga peserta didik merasa kurang mampu dan takut kepada guru.

9) Keadaan Gedung

Dengan keadaan gedung dan kelas yang kurang memadai bagi peserta didik maka peserta didik akan merasa tidak nyaman dalam belajar.19

10)Cara Belajar

Banyak peserta didik yang melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat, maka hasil belajar peserta didik akan semakin efektif.

11)Tugas Rumah

Guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah kepada peserta didik, sehingga peserta didik tidak memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan yang lain.20

19 Ibid., 269.

20 Ibid., 270.

(16)

2. Tipe Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian

Dalam kamus Chaplin “tipe” memiliki pengertian sebagai satu pengelompokan individu yang dapat dibedakan dari orang lain karena memiliki satu sifat khusus. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda.21

Secara etimologi kepribadian berasal dari kata dalam bahasa Inggris, personality yang artinya kepribadian.22 Kata personalityitu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “per” dan

“sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “ personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut.23 Pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh para pemain sandiwara. Kemudian lambat laun kata ini menjadi suatu istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, istilah ini digunakan untuk melukiskan keadaan atau penampilan fisik seseorang, gaya bicaranya, semangat dan daya tarik yang dimilikinya. Definisi lain dikatakan bahwa kepribadian berhubungan dengan sifat atau ciri- ciri yang menonjol pada diri seseorang. Demikian juga dikatakan

21 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, 149.

22 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), 23.

23 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 136.

(17)

bahwa kepribadian merupakan bentuk-bentuk respons tingkah laku yang menggambarkan situasi tertentu.24

Price dan Patty mengatakan kepribadian adalah jumlah keseluruhan faktor yang dibawa sejak lahir dan faktor-faktor fisik lainnya yang berasal dari pengalaman. Dengan demikian tipe kepribadian adalah satu pengelompokkan tingkah laku seseorang, baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan seseorang, sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya.25

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa tipe kepribadian adalah pengelompokkan tingkah laku seseorang baik yang sudah sudah dibawa sejak lahir atau yang berasal dari pengalaman maupun yang masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan seseorang sehingga membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.

b. Karakteristik Kepribadian

Menurut E.B Hurlock mengemukakan bahwa kepribadian yang sehat ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Mampu menilai diri secara realistik; 2) Mampu menilai situasi secara realistik; 3) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara

24 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, 149.

25 Rafi Sapuri, Psikologi Islam, 151.

(18)

realistik; 4) Menerima tanggung jawab; 5) Kemandirian; 6) Dapat mengontrol emosi; 7) Berorientsi tujuan; 8) Berorientasi keluar; 9) Penerimaan sosial; 10) Memiliki filsafat hidup; 11) Berbahagia.26

Adapun kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Mudah marah (tersinggung); 2) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan; 3) Sering merasa tertekan; 4) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain;

5) Ketidakmampuan untuk dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum; 6) Mempunyai kebiasaan berbohong; 7) Hiperaktif; 8) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas; 9) Senang mengkritik/ mencemooh orang lain; 10) Sulit tidur; 11) Kurang memiliki rasa tanggung jawab; 12) Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama; 13) Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.27

c. Macam-Macam Tipe Kepribadian

Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe-tipe manusia dengan cara lain. Yang menjadi dasar tipologi Jung ialah arah perhatian manusia. Ia mengatakan bahwa perhatian manusia itu tertuju kepada dua arah yakni keluar dirinya yang disebut ekstrovert dan ke dalam dirinya yang disebut

26 Ibid., 131.

27 Ibid., 132.

(19)

introvert.28 Menurut Carl Gustav Jung, ada dua sifat dasar tipologi manusia yaitu:

1) Tipe Ekstrovert

Ekstrovert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya terutama tertuju ke luar.29 Seseorang yang bertipe kepribadian ekstrovert lebih suka pergaulan, tidak kaku dan canggung, senang dalam kegiatan sosial, biasa tampil hangat dan membawa suasana mencair dalam diskusi.30

Crow and Crow menguraikan lebih terperinci lagi sifat- sifat dari tipe ekstrovert antara lain sebagai berikut: 1) Lancar/

lincah dalam berbicara; 2) Bebas dari kekhawatiran/

kecemasan; 3) Tidak lekas malu dan tidak canggung; 4) Umumnya bersifat konservatif; 5) Mempunyai minat pada atletik; 6) Dipengaruhi oleh data obyektif; 7) Ramah dan suka berteman; 8) Suka bekerja bersama orang-orang lain; 9) Kurang memperdulikan penderitaan dan milik sendiri; 10) Mudah menyesuaikan diri dan fleksibel.31

28 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 150.

29 Sutan Surya dan Hariwijaya, Tes Bakat dan Kepribadian (Yogyakarta: PT Citra Aji Parama, 2012), 6.

30 Sutan Surya dan Hariwijaya, Tes Bakat dan Kepribadian, 6

31Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 151.

(20)

Dalam aktivitas sehari-hari, seseorang yang memiliki tipe ekstrovert cenderung berpartisipasi, bersikap spontan dan wajar dalam berekspresi, menguasai perasaan, tidak banyak pertimbangan, cenderung memberikan respon secepat mungkin. Oleh karena itu, tipe seperti ini adalah tipe individu yang suka berpraktik. Namun, kekurangannya adalah sulit berkonsentrasi dalam waktu yang lama.32

Ciri-ciri tipe kepribadian ekstrovert adalah sifat sosial, menyukai pesta, memiliki banyak teman, membutuhkan teman bicara, tidak menyukai belajar sendiri, menyukai kegembiraan, suka mengambil kesempatan, cenderung mengambil resiko,sering bertindak sesuai situasi dan implusif. Mereka senang bercanda, selalu memiliki jawaban yang siap, menyukai perubahan, ingin bebas, easy going, optimistik, selalu bergembira, selalu bergerak, cenderung agresif dan mudah marah, perasaan mereka tidak terkait pada satu kontrol.33

2) Tipe Introvert

Introvert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya tertuju ke dalam. Seseorang dengan tipe kepribadian introvert pada umumnya pendiam,

32 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, 153.

33 Ibid., 155

(21)

kurang hangat kepada orang lain, suka menyendiri, tidak suka bicara, mudah tersinggung, kurang percaya diri, kurang bergaul dan lebih pemalu.34

Crow and Crowmenguraikan lebih terperinci lagi sifat- sifat dari tipe introvert antara lain sebagai berikut: 1) Lebih lancar menulis daripada bicara; 2) Cenderung/sering diliputi kekhawatiran; 3) Lekas malu dan canggung; 4) Cenderunng bersifat radikal; 5) Suka membaca buku-buku dan majalah; 6) Lebih dipengaruhi oleh perasaan-perasaan subyektif; 7) Agak tertutup jiwanya; 8) Menyukai bekerja sendiri; 9) Sangat menjaga/berhati-hati terhadap penderitaan dan miliknya; 10) Sukar menyesuaikan diri dan kaku dalam pergaulan.35

Umumnya orang introvert itu senang introspektif dan sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri. Tentu saja mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif, dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri.36 Apa yang dilakukannya banyak didasari oleh cita-cita dan pemikirannya sendiri yang bersifat absolut dan disesuaikan dengan nilai-nilai dirinya.37

34 Sutan Surya dan Hariwijaya, Tes Bakat dan Kepribadian, 6.

35 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 151.

36 Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2009), 45.

37 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, 145.

(22)

Tipe kepribadian introvert ini lebih menyenangi membaca buku berjam-jam daripada berbicara dan bergaul dengan orang lain.38

Ciri-ciri tipe kepribadian introvert yaitu orangnya pendiam, tenang, introspektif, lebih senang membaca buku daripada berhubungan dengan orang lain, menarik diri, mengambil jarak kecuali pada teman dekat, berencana jauh ke depan, tidak mengikuti implus yang muncul pada situasi tertentu, tidak menyukai kegembiraan, serius, menyukai hidup yang teratur, menjaga perasaan, tidak mudah marah, jarang bersikap agresif, dapat diandalkan, pesimistik dan mendapatkan nilai utamanya pada standar-standar etika.39 3. Prestasi Belajar PAI

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).

Sedangkan menurut Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

38 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, 154.

39 Ibid., 155.

(23)

individual maupun kelompok.40 Jadi kesimpulannya prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai atau diperoleh dari suatu kegiatan atau aktivitas yang telah dikerjakan.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.41

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dijelaskan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan yang berupa perubahan tingkah laku yang dialami oleh subjek belajar di dalam suatu interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat

40 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 118.

41 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 13.

(24)

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.42

Prestasi belajar merupakan kemampuan yang meliputi segenap ranah psikologi (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik.43

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka prestasi belajar adalah suatu hasil dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang saling berhubungan. Pada penelitian ini, aspek yang diukur adalah aspek kognitif dan psikomotorik, yaitu prestasi belajar siswa yang berupa rata-rata nilai ulangan harian siswa antara nilai tulis dan nilai praktik.

Dengan mengetahui prestasi belajar siswa dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak itu termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidag studi setelah mengalami proses belajar mengajar.44

42 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 119.

43 Doni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Bandung: Alfabeta, 2014), 289.

44 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 119.

(25)

Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. Yang termasuk ke faktor individual antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada diluar diri individu yang disebut faktor sosial.

Yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/

keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.45

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pencapaian prestasi yang baik merupakan usaha yang tidak mudah, karena prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1)Faktor internal: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

2)Faktor eksternal: faktor keluarga, faktor sekolah da faktor masyarakat.46

45 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 102.

46Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 120.

(26)

Menurut Dalyono faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar adalah sebagai berikut:

1)Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri): kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar.

2)Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri): keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.47

Menurut Syah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu:

1)Faktor internal yang meliputi dua aspek yaitu: aspek fisiologis dan psikologis.

2)Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan nom sosial.

Menurut Merson U. Sangalang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik terdiri dari:

1)Faktor internal meliputi: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, kesehatan dan cara belajar.

2)Faktor eksternal meliputi: lingkungan keluarga, pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar.48

47 Ibid.

48 Ibid., 121.

(27)

Selain itu prestasi belajar selalu terkait dengan faktor- faktor lain seperti: kecerdasan emosi, pengaturan diri, self efficacy, lingkungan belajar di rumah, pendekatan belajar, tipe kepribadian, aspirasi pendidikan dan kebiasaan belajar.49

c. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan al-Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.50

4. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Tipe Kepribadian Terhadap Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

49 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), 102.

50 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rodakarya, 2014), 11.

(28)

a. Faktor internal yaitu faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

1)Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah di miliki.

2)Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi penyesuian diri.51

b. Faktor eksternal yaitu faktor sosial yang terdiri atas: 1) Lingkungan keluarga; 2) Lingkungan sekolah; 3) Lingkungan masyarakat.52

Lingkungan sekolah yang kondusif sangat mendukung bagi kenyamanan dan kelangsungan proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik di kelas. Peserta didik yang nyaman akan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, serta memiliki minat dan pola pikir yang positif tentang pentingnya belajar bagi dirinya dan masa depannya, sehingga dalam diri peserta didik tersebut akan tumbuh kesadaran untuk belajar dengan baik, yang pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang baik.53

51 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 138.

52 Ibid.

53 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management), 267.

(29)

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Demikian pula jika murid per kelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah.54

Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing- masing yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam usahanya, halus perasaannya dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat

54 Dalyono, Psikologi Pendidikan, 59.

(30)

kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dicapai.55

B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Disamping menggunakan buku-buku dan referensi yang relevan, peneliti juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya tidak terjadi kesamaan, dari hasil kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, antara lain:

1. Hanifah Anggraini (210312127), Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun hasil penelitiannya yaitu: 1) Hasil analisa data tentang Tingkat keadaan lingkungan keluarga siswa kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun dalam kategori cukup. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase jawaban siswa sebesar 73% atau sebanyak 73 siswa dari 100 responden. 2) Tingkat motivasi pelajar siswa kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun dalam kategori cukup. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase jawaban siswa sebesar 71% atau sebanyak 71 siswa dari 100 responden. 3) Tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun dalam kategori cukup. Hal ini ditunjukkan dengan dokumentasi nilai

55 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 104.

(31)

UAS mata pelajaran Fiqih siswa sebesar 71% atau sebanyak 71 siswa dari 100 responden. 4) Variabel lingkungan keluarga dan motivasi belajar siswa berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII MTsN Sidorejo Wungu Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan Fhitung = 17,087029 dan dibandingkan dengan Ftabel dengan taraf signifikansi 5% yaitu 3,09. Maka Fhitung > Ftabel. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) di atas didapatkan nilai yaitu 34,87

%. artinya lingkungan keluarga dan motivasi belajar siswa berpengaruh sebesar 34,87 % terhadap prestasi belajar mata pelajaran Fiqih dan 65,13% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lain.56

Terdapat beberapa persamaan antara penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini, yaitu terkait dengan variabel dependennya yaitu sama-sama meneliti tentang prestasi belajar siswa. Selain itu dalam penelitian ini juga sama-sama menggunakan analisis regresi.

Perbedaannya adalah telaah terdahulu variabel independennya yaitu lingkungan keluarga dan motivasi belajar, sedangkan penelitian kali ini variabel independennya yaitu lingkungan sekolah dan tipe kepribadian.

56 Hanifah Anggraini, Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII MTsN SidorejoWungu Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016. (Skripsi: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Jurusan Tarbiyah, 2016).

(32)

2. Dian Rusdiana Triastuti (210612042), Korelasi Tipe Kepribadian Dengan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Kelas IV dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016. Adapun hasil penelitiannya yaitu: 1) Mayoritas tipe kepribadian Siswa Kelas IV dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015- 2016, dapat dikatakan bertipe kepribadian ekstrovert. Hal ini dapat diketahui dari skor tipe kepribadian siswa kelas IV dan V MI Ma’arif Al- Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016 dalam kategori tipe kepribadian ekstrovert terdapat 12 responden dengan prosentase 52,17%, dan pada kategori tipe kepribadian introvert terdapat 11 responden dengan prosentase 47,83%. 2) Mayoritas kemampuan berkomunikasi siswa kelas IV dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016, dapat dikatakan cukup.

Hal ini dapat diketahui dari skor kemampuan berkomunikasi siswa kelas IV dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016 dalam kategori baik terdapat 3 responden dengan prosentase 13.04%, dalam kategori cukup terdpat 15 responden dengan prosentase 65,22% dan dalam kategori kurang terdapat 5 responden dengan prosentase 21,74%. 3) terdapat korelasi yang positif antara tipe kepribadian dengan kemampuan berkomunikasi siswa kelas VI dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016

(33)

dengan korelasi sebesar 0,610. Hal ini terlihat pada taraf signifikansi 5%

r0 =0,610, r1= 0,413 sehingga r0 > r1= 0,610 > 0,413, maka Ho di tolak atau Ha di terima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi terdapat korelasi yang positif anatar tipe kepribadian dengan kemampuan berkomunikasi siswa kelas VI dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016.57

Terdapat beberapa persamaan antara penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini, yaitu terkait dengan variabel independennya yaitu sama-sama meneliti tentang tipe kepribadian. Perbedaannya adalah telaah terdahulu hanya terdiri dari satu variabel independen yaitu tipe kepribadian dan satu variabel dependen yaitu kemempuan berkomunikasi, sedangkan penelitian kali ini terdapat dua variabel independen yaitu lingkungan sekolah dan tipe kepribadian. Selain itu telaah terdahulu menggunakan teknik analisis korelasi, sedangkan penelitian kali ini menggunakan teknik analisis regresi.

3. Siti Nasa Bandiyah (210311157), Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Sikap Keagamaan Siswa Kelas XI di SMAN 1 Balong Ponorogo Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun hasil penelitiannya yaitu: 1) Hasil perhitungan korelasi kondisi lingkungan

57 Dian Rusdiana Triastuti, Korelasi Tipe Kepribadian Dengan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Kelas IV dan V MI Ma’arif Al-Ishlah Kalisat Bungkal Ponorogo Tahun Pelajaran 2015-2016.

(Skripsi: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Jurusan Tarbiyah, 2016).

(34)

keluarga dengan sikap keagamaan, didapatkan nilai Rxy sebesar 0,590 dengan r tabel 0,272 pada taraf signifikansi 1 %. Karena rxy > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara kondisi lingkunga keluarga dengan sikap keagamaan siswa. 2) Hasil perhitungan korelasi kondisi lingkungan sekolah dengan sikap keagamaan, didapatkan nilai rxy sebesar 0,447 dengan r tabel 0,272 pada taraf signifikansi 1 %. Karena rxy > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara kondisi lingkungan sekolah dengan sikap keagamaan siswa. 3) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap sikap keagamaan didapatkan nilai F hitung sebesar 34,783 dengan F tabel sebesar 4,82 pada taraf signifikansi 1 %. Karena F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap sikap keagamaan siswa kelas XI SMAN 1 Balong Ponorogo Tahun Ajaran 2014/2015. Kemudian diperoleh koefisien determinasi 44,40%. Artinya lingkungan skeluarga dan lingkungan sekolah berpengaruh sebesar 44,40% terhadap sikap keagamaan siswa, dan sisanya 55,6 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian.

Terdapat beberapa persamaan antara penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini, yaitu terkait dengan variabel independennya

(35)

yaitu sama-sama meneliti tentang lingkungan sekolah. Selain itu sama- sama menggunakan analisis regresi. Perbedaannya adalah telaah terdahulu variabel dependennya yaitu tingkah laku siswa sedangkan penelitian kali ini variabel dependennya yaitu prestasi belajar siswa.58

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan lanadasan teori dan telaah pustaka di atas maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen (X1) : Lingkungan Sekolah (X2) : Tipe Kepribadian Variabel Dependen (Y) : Prestasi Belajar PAI

1. Jika lingkungan sekolah siswa baik, maka prestasi belajar PAI siswa baik.

2. Jika tipe kepribadian siswa baik, maka prestasi belajar PAI siswa baik.

3. Jika lingkungan sekolah dan tipe kepribadian siswa baik maka prestasi belajar PAI siswa baik.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka selanjutnya dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

58 Siti Nasa Bandiyah, Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Sikap Keagamaan Siswa Kelas XI di SMAN 1 Balong Ponorogo Tahun Ajaran 2014/2015. (Skripsi:

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Jurusan Tarbiyah, 2011).

(36)

1. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

2. Pengaruh tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

3. Pengaruh lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMPN 3 Sambit.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.59 Dalam rancangan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik.60

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau karakteristik dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.61 Berdasarkan hubungan antar variabelnya, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

1. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel lain, yang kemudian disebut sebagai variabel dependen.

59 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 2.

60 Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik dengan Menggunakan SPSS (Ponorogo: STAIN Po Press, 2012), 24.

61 Ibid., 58.

(38)

2. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel lain dalam hal ini adalah variabel dependen.62

Dalam penelitian ini, variabel independennya ada dua yaitu lingkungan sekolah ( 1) dan tipe kepribadian ( 2). Sedangkan variabel dependennya adalah prestasi belajar PAI (Y). Secara operasional definisi lingkungan sekolah adalah semua kondisi di sekolah, yang mempengaruhi tingkah laku warga sekolah, terutama guru dan peserta didik sebagai ujung tombak proses pembelajaran di sekolah. Menurut Euis Karwati ada beberapa unsur yang ada di lingkungan sekolah yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: 1) Metode mengajar; 2) Kurikulum; 3) Relasi guru dengan peserta didik; 4) Relasi peserta didik dengan peserta didik; 5) Disiplin sekolah; 6) Alat pengajaran; 7) Waktu Sekolah; 8) Standar pelajaran di atas ukuran; 9) Keadaan gedung; 10) Cara belajar; 11) Tugas rumah.63 Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil 8 unsur lingkungan sekolah untuk dijadikan indikator penelitian karena keterbatasan waktu. Dan dari 8 unsur tersebut sudah mewakili indikator lingkungan sekolah. Sedangkan tipe kepribadian adalah adalah satu pengelompokkan tingkah laku seseorang, baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan seseorang, sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya. Menurut Carl

62 Ibid., 59.

63 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Mana gement), 268.

(39)

Gustav Jung, ada dua sifat dasar tipologi manusia yaitu tipe ekstrovert dan introvert, orang yang bertipe kepribadian ekstrovert memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Terbuka; 2) Aktif; 3) Lancar/lincah dalam bicara; 4) Ramah dan suka berteman; 5) Suka bekerjasama dengan orang lain; 6) Percaya diri.

Sedangkan orang yang bertipe kepribadian introvert memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tertutup; 2) Pendiam; 3) Lebih lancar menulis; 4) Suka membaca buku-buku; 5) Menyukai bekerja sendir; 6) Kurang percaya diri.64 Sedangkan prestasi belajar adalah kemampuan yang meliputi segenap ranah psikologi (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik.65

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.66

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMPN 3 Sambit yang berjumlah 70 siswa, yang dibagi dalam 3 kelas yaitu:

64 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 151.

65 Doni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Bandung: Alfabeta, 2014), 289.

66 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 80.

(40)

Tabel 3.1

Distribusi Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII A 24

2 VIII B 23

3 VIII C 23

Total 70

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.67 Pengambilan sampel dilakukan karena adanya keterbatasan dana, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, biasanya pada penelitian dengan jumlah populasi besar. Apabila peneliti dapat menjangkau seluruh populasi maka tidak perlu dilakukan pengambilan sampel.68 Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Sambit yaitu 70 siswa. Hal ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka sampel diambil semuanya sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi.69

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling probability sampling.

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

67 Ibid., 81.

68 Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik dengan Menggunakan SPSS, 42.

69 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 134.

(41)

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.70

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.71

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data tentang lingkungan sekolah siswa kelas VIII SMPN 3 Sambit.

2. Data tentang tipe kepribadian siswa kelas VIII SMPN 3 Sambit.

3. Data tentang prestasi belajar siswa PAI kelas VIII SMPN 3 Sambit.

Adapun instrument pengumpulan data dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Angket Lingkungan Sekolah

Indikator Nomer Item

Favorable Unfavorable

a. Metode mengajar 2, 9 14, 20

b. Relasi guru dengan peserta didik

6, 12 3, 23

c. Relasi peserta didik dengan peserta didik

1, 17 21, 25

d. Displin sekolah 4, 26 10, 15

e. Alat pengajaran 11, 22 18, 28

70 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 82.

71 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 134.

(42)

f. Waktu sekolah 7, 24 13, 29

g. Keadaan gedung 19, 30 5, 32

h. Cara belajar 8, 31 16, 27

Jumlah 16 Item 16 Item 32 Item Soal

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Tipe Kepribadian Sub

Variabel

Indikator Nomer Item

Favorable Unvaforable

Ekstrovert a. Terbuka 1, 8 3, 12

b. Aktif 4, 15 9, 18

c. Lancar/lincah dalam bicara

2, 10 17, 20 d. Ramah dan suka

berteman

16, 19 5, 11 e. Suka bekerjasama

dengan orang lain

7, 13 21, 23

f. Percaya diri 6, 24 14, 22

Introvert a. Tertutup 25, 31 37, 43

b. Pendiam 32, 38 26, 44

c. Lebih lancar menulis 27, 39 33, 45 d. Suka membaca buku-

buku

34, 40 28, 46 e. Menyukai bekerja

sendiri

35, 41 29, 47 f. Kurang percaya diri 30, 42 36, 48

Jumlah 24 Item 24 Item

48 Item Soal

(43)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket/Kuosioner

Angket atau kuosioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden. Bentuk kuosioner ini adalah kuesioner berstruktur yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban, sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.72 Metode ini digunakan untuk mengukur data tentang skor lingkungan sekolah dan tipe kepribadian.

Skala yang digunakan adalah Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial.73 Adapun pengumpulan data menggunakan angket yang mengacu pada skala Likert dengan skor sebagai berikut:

Tabel 3.4

Perhitungan Skor Skala Likert Pilihan Jawaban Skor Pernyataan

Positif

Skor Pernyataan Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-Kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

72 Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik Dengan Menggunakan SPPS, 69.

73 Ibid., 134.

(44)

2. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.74

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan pemikiran. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai tentang prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMP N 3 Sambit tahun pelajaran 2016/2017.

E. Teknik Analisis Data 1. Pra Penelitian

a. Uji Validitas

Instrumen dalam suatu penelitian perlu diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Validitas adalah kualitas yang menunjukkan hubungan suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku.75

74 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 158.

75 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 31.

(45)

Dalam proposal ini penulis menggunakan rumus korelasi product moment dalam menentukan validitas instrumennya, sebagai berikut:

r

xy

=

N XY- ∑X (∑Y)

N∑X2- ∑X 2 N∑Y2- ∑Y 2

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi product moment

∑X = Jumlah seluruh nilai X

∑Y = Jumlah seluruh nilai Y

∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara X dan Y N = Jumlah siswa.76

Dengan cara yang sama didapatkan koefisien korelasi untuk item pertanyaan yang lain. Setelah itu untuk mendapatkan informasi kevalidannya, masing-masing nilai rxy dibandingkan dengan nilai rtabel.

Apabila nilai rxy> rtabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid.77

Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 37 responden.

Dalam menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2. Jumlah responden yang dilibatkan dalam uji coba validitas

76Retno Widyaningrum, Statistika Edisi Refisi, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2014), 107.

77 Ibid., 84.

(46)

adalah 37 responden. Sehingga db = n-2 = 37-2 = 35 dan α = 5 % diperoleh nilai tabel koefisien korelasi 0,325.

Dari hasil perhitungan validitas item instrumen terhadap 32 item soal variabel lingkungan sekolah, terdapat 20 item soal yang dinyatakan valid yaitu nomor 4, 6, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31. Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket untuk uji validitas lingkungan sekolah dapat dilihat lampiran 5.

Untuk variabel tipe kepribadian dari 48 item soal, terdapat 22 item soal yang valid yaitu item nomor 4, 6, 8, 10, 12 ,13, 14 , 16, 19, 20, 23, 25, 27, 28, 34, 38, 39, 40, 41, 42, 46, 47. Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket untuk uji validitas tipe kepribadian dapat dilihat di lampiran 7.

Hasil perhitungan validitas item soal instrumen variabel lingkungan sekolah dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 6.

Untuk hasil perhitungan validitas item soal instrumen penelitian variabel tipe kepribadian dapat dilihat pada lampiran 8.

Kemudian hasil perhitungan validitas-validitas item instrumen di atas dapat disimpulkan ke dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.

(47)

Tabel 3.5

Rekapitulasi Uji Validitas Item Soal Instrumen Penelitian Lingkungan Sekolah

Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan Lingkungan

Sekolah (X1)

1 0,118552 0,325 Tidak Valid 2 0,216026 0,325 Tidak Valid 3 0,313009 0,325 Tidak Valid

4 0,477841 0,325 Valid

5 -0,18294 0,325 Tidak Valid

6 0,410989 0,325 Valid

7 0,198044 0,325 Tidak Valid 8 0,266158 0,325 Tidak Valid

9 0,406042 0,325 Valid

10 0,42509 0,325 Valid

11 0,458219 0,325 Valid

12 0,374353 0,325 Valid

13 0,076447 0,325 Tidak Valid

14 0,435411 0,325 Valid

15 0,555599 0,325 Valid

16 -0,3191 0,325 Tidak Valid

17 0,332592 0,325 Valid

18 0,462964 0,325 Valid

19 0,4259 0,325 Valid

20 0,562261 0,325 Valid

21 -0,00155 0,325 Tidak Valid

22 0,715014 0,325 Valid

23 0,710001 0,325 Valid

24 0,368994 0,325 Valid

25 0,450348 0,325 Valid

26 0,303857 0,325 Tidak Valid 27 0,133333 0,325 Tidak Valid

28 0,377587 0,325 Valid

29 0,348657 0,325 Valid

30 0,430844 0,325 Valid

31 0,626086 0,325 Valid

32 0,072923 0,325 Tidak Valid

(48)

Tabel 3.6

Rekapitulasi Uji Validitas Item Soal Instrumen Penelitian Tipe Kepribadian

Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan Tipe

Kepribadian (X2)

1 0,288023 0,325 Tidak Valid 2 0,290416 0,325 Tidak Valid 3 0,130299 0,325 Tidak Valid

4 0,417033 0,325 Valid

5 0,24346 0,325 Tidak Valid

6 0,338538 0,325 Valid

7 0,162922 0,325 Tidak Valid

8 0,41481 0,325 Valid

9 0,210635 0,325 Tidak Valid

10 0,421825 0,325 Valid

11 0,313395 0,325 Tidak Valid

12 0,339121 0,325 Valid

13 0,411847 0,325 Valid

14 0,493366 0,325 Valid

15 0,096482 0,325 Tidak Valid

16 0,556062 0,325 Valid

17 0,031713 0,325 Tidak Valid 18 -0,02241 0,325 Tidak Valid

19 0,404964 0,325 Valid

20 0,470663 0,325 Valid

21 0,150949 0,325 Tidak Valid 22 0,283747 0,325 Tidak Valid

23 0,35965 0,325 Valid

24 0,244535 0,325 Tidak Valid

25 0,397693 0,325 Valid

26 0,254484 0,325 Tidak Valid

27 0,331254 0,325 Valid

28 0,456267 0,325 Valid

29 -0,15702 0,325 Tidak Valid 30 0,016961 0,325 Tidak Valid 31 -0,34488 0,325 Tidak Valid 32 -0,06386 0,325 Tidak Valid 33 -0,0472 0,325 Tidak Valid

34 0,474794 0,325 Valid

35 -0,29375 0,325 Tidak Valid

(49)

36 -0,27188 0,325 Tidak Valid 37 0,017869 0,325 Tidak Valid

38 0,32965 0,325 Valid

39 0,403298 0,325 Valid

40 0,447361 0,325 Valid

41 0,477717 0,325 Valid

42 0,35571 0,325 Valid

43 -0,07206 0,325 Tidak Valid 44 -0,36476 0,325 Tidak Valid 45 0,303069 0,325 Tidak Valid

46 0,370253 0,325 Valid

47 0,423695 0,325 Valid

48 -0,05408 0,325 Tidak Valid b. Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas instrument, dalam penelitian ini dilakukan secara internal consistency, dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.78

Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas instrumen ini adalah teknik belah dua (Split Half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown di bawah ini:

�� = 2.��

1 +��

78 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), 131- 132.

Gambar

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas dengan Rumus  Lillifors
Tabel Perhitungan Analisis Regresi sederhana  No.
Tabel Perhitungan Analisis Regresi sederhana
Tabel Anova ( Analysis of Variance )  Variation
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 mayoritas Kecerdasan Emosional siswa kelas IV MI Al- Jihad Karanggebang dalam kategori sedang atau cukup sebanyak 10 responden yang dinyatakan

Dalam kitab Risalatul ma>hid dijelaskan bahwa nifas adalah: darah merupakan darah yang keluar dari farji seorang perempuan setelah melahirkan anak dengan syarat waktu keluarnya darah

Menurut Tekat seorang tokoh adat, Pada masyarakat khususnya di desa Jalen, pernikahan semacam ini hanya aturan adat terdahulu yang dipegang oleh nenek moyang, oleh karena itu masyarakat

Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui pengertian tari sema yaitu tarian berputar yang dipopulerkan oleh Jalaluddin Rumi, mengetahui nilai-nilai spiritual dalam atribut dan gerakan

Pada dasarnya, kemajuan teknologi sangat membantu dalam menanggulangi perihal masalah terhambatnya silaturahmi, akan tetapi tidak sedikit orang yang tidak sadar akan hal itu sehingga

Ini adalah masalah nyata yang harus segera diatasi dan diantisipasi oleh orang tua, terutama para orang tua yang memiliki anak usia remaja, sudah selayaknya memberikan pengawasan ketat

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Peneliti melakukan

Mereka mendapatkan penyuluhan-penyuluhan, tetapi tidak langsung kepada tunagrahitanya melainkan kepada keluarganya tunagrahita seperti kakaknya atau orang tua anak itu sendiri yang