PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Aturan tersebut tertuang mulai dari Peraturan Pemerintah (PP) 10/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, kemudian direvisi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1990, Undang-Undang Perkawinan (UUP) Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam (KHI).1 Dan kini sudah mulai ada rencana memasukkan poligami ilegal ke dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHP) yang tidak tunduk pada keputusan pengadilan agama. Sedangkan untuk poligami, undang-undang Tunisia secara resmi melarangnya melalui Pasal 18 yang menyatakan bahwa dilarang memiliki lebih dari satu istri.
Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah
Bagaimana konsep keadilan menurut suami istri dalam perkawinan poligami di Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah. Bagaimana penerapan keadilan menurut pandangan suami istri dalam perkawinan poligami di Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Tujuan Penelitian
Dari judul yang telah disampaikan maka permasalahan penelitian dapat dibatasi untuk membahas mengenai pandangan suami istri mengenai pelaksanaan keadilan dalam perkawinan poligami di Kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah.
Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Dengan meneliti permasalahan-permasalahan di atas, saya sebagai pemula dalam penelitian dapat memperoleh pembelajaran dan pengalaman dari penelitian ini, serta dapat mengkaji bagaimana sebenarnya pandangan perempuan terhadap keadilan dalam perkawinan poligami. Doa Tengah karena peneliti setidaknya sudah mengetahui keluarga yang melakukan poligami dan berharap dapat memperoleh informasi yang lengkap terkait penelitian.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dilihat dari isi tulisan Ali Yasmant mengenai konsep keadilan dalam poligami di atas, dapat ditarik perbedaan antara hasil penelitian saya dan penelitian Ali. Berbeda dengan kitab suci di atas, kita masih melihat keadilan dalam poligami dari sudut pandang tokohnya.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah para istri dalam perkawinan poligami dan para suami, serta kitab-kitab dan hukum-hukum baik Al-Quran maupun hukum positif. Objek penelitiannya adalah penegakan keadilan menurut pandangan suami istri dalam perkawinan poligami di Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Kerangka Teori
Artinya, seorang laki-laki boleh menikah lebih dari satu jika dilakukan secara adil, namun ada batasannya. Dengan kata lain, Al-Qur’an melarang laki-laki mengawini lebih dari satu isteri jika tidak mampu mengasuh anak yatim yang dibawa oleh perkawinan ibu mereka yang menjanda dengan penuh akal dan jujur.
Sistematika Pembahasan
Berkaitan dengan penelitian ini, bagian sistematis pembahasan ini akan memberikan gambaran mengenai isi atau pembahasan yang akan peneliti lakukan. Bab (IV) Keadilan dalam Perkawinan Poligami di Lombok yang berkaitan dengan pembahasan ini adalah: Penerapan Keadilan Suami dalam Perkawinan Poligami di Lombok dan Pandangan Perempuan tentang Keadilan dalam Perkawinan Poligami di Lombok.
KONSEP KEADILAN DALAM BERPOLIGAMI
Pengertian, Hukum dan Hikmah Poligami
Semakin mendapat 'pelayanan' dari istri mudanya, maka sang suami akan selalu memberikan sesuatu yang istimewa kepada istri mudanya. Asbab al-Nuzul lainnya bahwa ketika Rasulullah diutus, kaum Quraisy masih menjalankan tradisi lamanya, termasuk menikahkan lebih dari empat orang. Untuk mewujudkan keadilan tersebut adalah tradisi Jahiliyyah yang biasanya membatasi lebih dari satu pernikahan menjadi empat.
Dari sinilah sebenarnya diturunkan ayat yang melarang orang menikah lebih dari empat, tidak membolehkan atau bahkan menganjurkan poligami. Mengomentari ayat ini, Ibnu Abbas berkata, Sebagaimana kamu takut tidak mampu berbuat adil terhadap anak yatim, demikian pula jika kamu menikah lebih dari satu, hendaknya kamu juga takut tidak mampu berbuat adil terhadap istrimu. Dalam kasus seperti ini, tidak ada alasan untuk melarang seorang laki-laki melakukan poligami. Dan tentu saja poligami lebih problematis dibandingkan menceraikan istri, apalagi harus makan di luar.
Poligami dalam Hukum Negara (KHI & Hukum
Artinya, pengadilan agama/pengadilan syariat hanya dapat memberikan izin poligami kepada suami jika seluruh syarat tersebut terpenuhi, setelah itu pengadilan agama/pengadilan syariat harus menolak permohonan tersebut. Kedua, apabila istri terdahulunya tidak meminta rujuk, maka pengadilan agama harus menyatakan permohonan poligami tidak dapat diterima (neit onvanklijk velklaard). Dari ketentuan tersebut, syarat lain yang harus dipenuhi oleh suami yang hendak melakukan poligami adalah adanya kepastian bahwa suami mampu menafkahi istri dan anaknya.
Lain halnya dengan laki-laki yang mempunyai pekerjaan tidak tetap, misalnya pedagang yang bekerja di biro perjalanan wisata. Benarkah istri sebelumnya tidak mampu menunaikan kewajibannya sebagai istri, menderita cacat atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau mandul? Alasan pertama sebenarnya hampir tidak bisa dibedakan dengan alasan kedua, yaitu perempuan tersebut mempunyai cacat fisik atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Keadilan dalam Berpoligami menurut para
Selain itu, diperbolehkannya poligami juga dipandang sebagai solusi ketika jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan, sehingga munculnya lebih banyak perempuan tidak mendorong terjadinya prostitusi. Alasan umum adalah ketika jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah perempuan, maka yang membedakan adalah mereka tidak setuju, padahal syarat-syarat yang ditetapkan syariat nyatanya juga ditentukan oleh negara. Jawad, kelompok ini cenderung melarang poligami karena kesalehan sebagai syarat untuk berpoligami adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh setiap manusia (sebagaimana firman Allah SWT.
Ayat ini menunjukkan urutan seorang laki-laki boleh menikahi wanita yang disukainya. Akhirnya disimpulkan bahwa hal ini (menikahi satu orang saja) mendekatkan laki-laki pada perdamaian dan menjauhkan mereka dari tindakan kekerasan dan ketidakadilan.64. Siti Anshariyah berpendapat bahwa hukum Islam memberlakukan ketentuan ketat bahwa laki-laki harus menghabiskan waktu yang sama dengan setiap istrinya, di samping memperlakukan istrinya secara setara secara finansial dan hukum.
Praktik Perkawinan Di Masyarakat Sasak
68 Proses memberitahukan pihak mempelai pria kepada keluarga calon mempelai wanita bahwa ia telah menikah. Oleh karena itu, pernikahan tidak hanya mempersatukan laki-laki dengan perempuan, tetapi juga mempunyai makna tersendiri. Perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang mempunyai hubungan erat (ikatan kekeluargaan) disebut perkawinan benang sambung uwat (untuk mempererat ikatan kekeluargaan).
Perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan disebut perkawinan pegaluh gumi (perluasan wilayah/wilayah). Kapahica yaitu diberikan, dikabulkan, yaitu apabila seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan yang strata sosialnya lebih dijunjung tinggi oleh orang tuanya. Di tempat ini, calon mempelai wanita harus didampingi oleh wanita lain dari keluarga mempelai pria, dan baru bisa kembali ke rumah orang tua mempelai pria setelah selesai betikah.
Stratifikasi Sosial Perkawinan
Alhamdulillah, dari usaha besi saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga, meski saya mempunyai dua istri dan anak yang harus dinafkahi. Alhamdulillah saya paham dait muk mun izinangk (Saya tidak pernah berniat poligami tapi karena permintaan guru berarti saya harus menuruti tapi sebelumnya saya minta izin dan bilang ke ibu anak kalau itu permintaan guru. Muk seninen keduen yakn senang - senang menikmati hasil keletihan saya (iya, saya izinkan dia berpoligami dengan alasan semua gaji PNS harus diberikan kepada saya, terserah istri yang lain mau memberikannya dengan cara apa. .Karena saya selama ini memperjuangkannya agar dia bisa menjadi PNS)85.
Mun pinak penyengker teras taokn momot kance seninen" (karena saya tidak melihat mereka berbincang bersama di ruang tamu. Alhamdulillah saya akan mengerti dait muk mun izinangk (saya tidak berniat poligami, tapi karena permintaan guru berarti saya terpaksa mengiyakan, tapi saya minta ijin dulu dan bilang ke ibu anak-anak itu, terpaksa nikah di sana sembunyi-sembunyi, tapi lambat laun istri pertama tahu dan alhamdulillah dia bersedia poligami).
KEADILAN DALAM PERKAWINAN
Cara Mengimplementasikan Keadilan Menurut
Pandangan Istri terhadap Keadilan Suami dalam
PENUTUP
Kesimpulan
Pemahaman keadilan menurut suami istri dalam perkawinan poligami di Lombok Kecamatan Praya Tengah berbeda-beda. Mengingat keadaan masyarakat yang taat dan sadar terhadap undang-undang yang ditetapkan pemerintah yaitu melalui pengadilan, maka dapat dikatakan bahwa di Lombok khususnya di Kecamatan Praya Tengah masyarakat masih jauh dari kesadaran karena sumber daya yang mereka dapat temukan hanya beberapa peneliti. Bisa dikatakan satu atau dua orang melakukan poligami berdasarkan tata cara atau permintaan melalui izin istri dan putusan pengadilan.
Melihat hal tersebut dalam keluarga, terutama yang berpoligami, banyak perempuan yang mengakui suaminya bersikap adil. Secara ekonomi jarang diberikan kepada istri yang sudah tua karena anak dari istri pertama yang memakainya.
Implikasi
Masih banyak pelaku poligami yang tidak bisa bertindak jujur, meski dalam urusan materi. Teori keadilan ini diharapkan dapat mengubah keluarga atau pasangan yang ingin berpoligami agar lebih memperhatikan persoalan keadilan dalam keluarga. Dengan adanya teori ketaatan dan kesadaran hukum diharapkan mampu mengubah paradigma masyarakat yang ingin melakukan poligami melalui jalur resmi yaitu melalui pengadilan agama.
Hasil penelitian ini merupakan masukan data bagi keluarga khususnya keluarga dari pernikahan poligami di Lombok. Hal ini dapat ditingkatkan terutama dari segi keadilan, karena keadilan merupakan syarat yang harus ada dalam poligami. Kepada para pelaku poligami dan masyarakat setempat, bersikaplah dan berperilaku adil, ideal secara fisik, psikis, ekonomi dan seksual, jika tidak, biarkan mantan istri bebas memilih apakah ingin tetap bersama suaminya yang poligami atau hidup sendiri.
Saran
Sebagai mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia hukum tentunya mengetahui aturan-aturan yang digunakan dalam penyusunan hukum Islam dan UU No. Hukum Islam merupakan harga mati di kalangan masyarakat Lombok, sedangkan hukum positif yang diberlakukan oleh pemerintah, tetap mewajibkan sosialisasi yang lambat. Masnun Tahir, “Perempuan dalam Bingkai Hak Asasi Manusia dalam Hukum Keluarga Islam,” Musawa 15, No. Diakses 11 Mei 2018. http://ejournal.uin-suka.ac.id/jurnal/volume/MSW.
Riyandi S, ― Syarat Izin Istri Berpoligami (Analisis Ushul Fikih Syafi'yyah Tentang UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974), ‖ Islam Futura 15 No. 1 (Agustus : 2015). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Apakah pernikahan poligami yang dilakukan selama ini sudah sesuai dengan tata cara peraturan yang ada di negeri ini?