• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU KEDUA

Dalam dokumen I HANTU LORD KIYORI (Halaman 75-83)

usianya yang ke-29 tahun, dia telah menjadi ibu dari seorang putra bangsawan, istri orang kepercayaan Lord Genji, sahabat Lady Emily, wanita Amerika yang, melalui putaran nasib yang aneh, menjadi begitu dekat bagaikan anggota klan sendiri. Betapa beruntungnya mereka semua bahwa Lord Genji, tidak seperti manusia bisaa, dapat melihat masa depan. Karena itu, peniliannya, sekalipun terkadang tampak aneh, selalu dapat dipercaya.

Hanako menjepit ke belakang lengan kiri kimononya yang kosong agar tidak menghalangi geraknya tidak pernah melakukan itu di hadapan orang lain karena dia merasa itu akan mengundang perhatian berlebihan pada ketiadaan lengan kirinya. Meskipun baru enam tahun berlalu sejak pertempuran di kuil itu, orang-orang sudah menyebutnya dengan penuh kekaguman dan penghormatan sebagai. Pertempuran Besar di Kuil Mushindo. Hanako, Hide, Lord Genji, dan Lady Emily termasuk di antara beberapa gelintir orang saja yang bertahan hidup dalam penyergapan enam ratus prajurit musuh bersenapan, dan memenangi pertempuran yang berai sebelah dan tampak mustahil itu. Tentunya, perjuangan mereka telah dibesar-besarkan dalam penceritaan ulang oleh orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Dan Hanako sendiri, di luar kehendaknya, tela memperoleh kemasyhuran berkat keberanian yang membuatnya kehilangan satu tangan dalam pertempuran. Karena itu, gerakan apa pun yang mengingat kan orang akan kehilangannya, sekalipun tidak di sengaja, tampak baginya sebagai pamer diri.

Perkamen ada di mana-mana, sebagian terbuka sebagian tidak, yang bisaanya begitu rapi, telah meninggalkan mejanya dalam keadaan berarantakan. Apakah tiba-tiba dia telah dipanggil keluar Untunglah Hanako memutuskan untuk membenahinya. Terlalu banyak perkamen yang terbuka, Hanya seseorang seperti dirinya, seseorang yang bertekad untuk tidak melihat, bisa menggulung mereka tanpa membaca satu huruf pun.

Untuk mengalihkan perhatiannya, dia mencoba mengingat apa Suzume-no-kumo dalam bahasa Inggris. Emily baru saja memberitahunya kemarin. Istilahnya terdengar jauh lebih aneh dalam bahasa Inggris ketimbang bahasa Jepang. Hmm, apa ya?

Hanako menggulung perkamen lain dan meletakkanya di samping perkamen yang sudah dia gulung sebelumnya. Dengan mempertahankan urutan sebagaimana perkamen ditinggalkan, akan cukup rnudah bagi Emily untuk melanjutkan pekerjaannya meskipun perkamen-perkamen itu sudah tidak terbuka lagi.

BUKU KEDUA

3

Ah, ya, Hanako ingat. Cloud of Sparrows. Awan Burung Gereja. Dia mengucapkannya dengan keras untuk rnelatih bentuk kata-kata itu di dalam mulutnya mendengar bunyinya, cara yang lebih baik untuk mengingatnya.

"Cloud of Sparrows," kata Hanako lagi, dan sangat puas dengan dirinya. Dia telah mengucapkan kata-kata bahasa Inggris dengan sangat jelas, pikirnya.

"Halo?" kata Emily, dan muncul dari belakang meja di ujung kamar. Tampaknya, dia duduk di lantai tadi.

"Maafkan aku," kata Hanako. "Aku tidak tahu kau di sini. Kau tidak ada di mejamu. Jadi, aku masuk untuk membereskannya." Dia membungkuk dan beranjak pergi.

"Tidak, jangan pergi, Hanako," kata Emily "Aku jugai hendak pergi mencarimu tadi. Lihatlah ini." Dia menunjuk peti kecil di sampingnya, berlapis kulit, dengan lukisan yang sudah memudar di bagian atasnya.

"Ah," ujar Hanako, "kau telah membuka kotak perkamen yang baru. Pasti menggairahkan bagimu."

"Perkamen di dalamnya berbeda dengan yang lain. Bahkan, peti yang memuatnya juga berbeda. Apakah ini karya seni Jepang?"

Hanako mengamati naga yang melingkar-lingkar bagai asap merah penuh amarah di sekeliling Pegunungan Es Biru.

"Bukan," katanya. "Lebih mirip gaya Cina, tetapi lebih liar, lebih barbar. Barangkali, itu dibuat oleh orang Mongol."

Emily mengangguk. Dia tampak khawatir, atau bingung, atau barangkali hanya lelah. Meskipun Hanako sudah mengenalnya selama tujuh tahun, dan telah bertemu banyak orang asing sejak itu, dia tidak selalu bisa membedakan emosi apa yang ditunjukkan wajah mereka. Tidak seperti orang Jepang, orang asing sering tidak berusaha menyembunyikan perasaan mereka, tetapi justru tidak adanya kendali yang disengaja membuat ekspresi mereka begitu sulit dipahami Hanako. Terlalu banyak isyarat wajah yang muncul secara bersamaan, di antaranya ada yang tidak pantas dilihat. Terkadang, dia sedang bersama Emily ketika salah seorang teman Amerikanya datang berkunjung. Perwira angkatan laut, Robert Farrington, atau pemilik peternakan, Charles Smith. Pada saat-saat itu, Hanako sering melihat wajah para pria menunjukkan emosi-emosi yang begitu intim sehinga dia merasa jengah sendiri. Emily

BUKU KEDUA

4

tampaknya tidak menyadari ekspresi itu karena dia melanjutkan percakapan seakan-akan tidak ada yang salah, dan tampaknya juga tidak merasa tersinggung, marah, atau malu. Hanako bertanya-tanya, bukan untuk pertama kalinya, apakah mereka bahkan pernah benar-benar saling memahami.

Kini, Emily agaknya sedang memikirkan banyak hal, yang mungkin menjadi penyebab munculnya ekspresi kebingungan pada wajahnya, karena ketika dia berbicara lagi, yang disinggungnya adalah hal yang sama sekali berbeda.

Katanya, "Apakah kautahu tentang Go, pengawal pribadi Lord Hironobu?"

"Tentu saja," kata Hanako, lega karena perhatian Emily telah beralih dari perkamen. Sejarah itu hanya boleh dibaca oleh para bangsawan agung dan mereka yang akan menjadi ahli waris wilayah. Lord Genji telah membuat pengecualian bagi Emily. Dia boleh membacanya. Hanako tidak boleh. "Dia adalah salah seorang pahlawan besar klan kami. Tanpa dia, Lord Hironobu pasti sudah tewas waktu kecil, dan pasti tak pernah ada lagi Bangsawan Agung Akaoka setelah itu."

"Apakah Go orang Mongol?"

"Oh, bukan," sahut Hanako, terkejut mendengar pertanyaan yang lancang itu. "Aku yakin dia bukan orang Mongol."

"Dari mana asalnya?" "Asalnya? Dia dari Jepang." "Di mana Jepangnya?"

Hanako berpikir sejenak. "Aku tidak ingat pernah mendengar kisah masa kecilnya. Kecuali bahwa dia dapat menunggang kuda hampir sebelum dia bisa berjalan." Hanako tersenyum. "Tetapi, tentu saja, itu hanya kisah dalam dongeng. Sebaliknya, dia selalu disebut-sebut sebagai pengawal pribadi Lord Hironobu. Dia adalah pengawal pribadi Lord Hironobu ketika beliau masih kecil, dan dia adalah pengawal pribadi Lord pada akhirnya."

"Pada akhirnya," ulang Emily. "Apa akhirnya?"

"Mereka berdua tewas bersama dalam perang," kata Hanako, "menahan pasukan Hojo sehingga putra Lord Hironobu yang masih bayi dapat diselamatkan dan hidup untuk menuntut pembalasan yang adil." Ini juga merupakan episode terkenal dalam sejarah klan Okumichi. "Putra ini, Danjuro, menjadi Bangsawan Agung kedua wilayah kami. Belum lagi dia keluar dari

BUKU KEDUA

5

masa kanak-kanaknya, dia telah membantu menghancurkan kekuasaan Hojo." Suatu pemikiran tiba-tiba melintas di benaknya dan membuatnya menggigil. Sebelum dia dapat menahan dirinya, dia bertanya, "Apakah Suzume-no-kumo menyebutkan sebaliknya?"

Emily menggelengkan kepalanya. "Tidak, tetapi persis seperti yang kaukatakan."

"Ah." Hanako merasa lega. Tidak jarang, di setiap klan, mereka yang di atas tahu sesuatu selain yang diceritakan kepada mereka yang di bawah. Di dalam klan seperti klan Okumichi, yang dipimpin turun temurun oleh bangsawan agung dengan kemampuan melihat masa depan, atas dan bawah bisa sangat berbeda. Dan sekarang, setelah Emily menyinggung soal perkamen, sebaiknya dia pergi sebelum soal itu dikemukakan lagi. Dia membungkuk kepada sahabatnya. "Maafkan aku telah mengganggumu, Emily. Aku akan meninggalkanmu untuk bekerja lagi sekarang."

"Aku perlu bantuanmu, Hanako."

Hanako bimbang. "Dengan senang hati, aku akan melakukan semua yang aku bisa, selama aku tidak diminta membaca perkamen-perkamen itu atau mendengar lebih banyak tentang apa yang tertulis di sana."

"Yang ini bukan perkamen yang tidak boleh membaca." Emily mengulurkan perkamen di tangannya kepada Hanako.

Hanako membungkuk lagi, tetapi tidak menerimanya. "Aku tidak bisa." "Ini bukan Suzume-no-kumo."

Emily sudah mengalami kemajuan pesat dalam memahami bahasa Jepang selama tinggal di sini. Akan tetapi, Hanako jauh dari yakin bahwa Emily dapat membedakan apa yang menjadi bagian dari sejarah rahasia klan dan apa yang bukan. Jika perkamen itu berasal dari salah satu peti itu, bagaimana mungkin ia bukan bagian dari sejarah klan? Untuk menolaknya sekarang sangatlah tidak sopan. Namun, untuk menerimanya bisa berarti melanggar peraturan dasar klan. Yang terbaik adalah menghindarkan penghinaan sedapat mungkin. Dengan ragu, dia menerima perkamen itu. Begitu ada tanda-tanda Emily telah keliru, dia akan segera berhenti membaca.

Sekilas, pandangan pada baris-baris huruf hiragana dan tidak adanya ideogram kanji yang rumit memberitahunya bahwa Emily benar. Tak seorang pun akan menulis sejarah klan dalam gaya yang begitu tidak resmi. Namun, ketika dia membaca baris pertama, penyebutan Lord

BUKU KEDUA

6

Narihira dan ramalan keliru yang terkenal tentang mawar itu membuatnya berhenti. "Aku tidak bisa, Emily"

"Ini tampaknya sejenis catatan harian," kata Emily. "Gosip, bukan sejarah."

"Apa pun ini, di dalamnya menyebutkan para bangsawan agung dan ramalan," kata Hanako. "Aku tidak berhak terus membacanya."

Emily tersenyum, "Adakah orang yang tak pernah membicarakan ramalan di sini? Apakah Lord Genji pernah menjadi bahan gunjingan?"

Hanako membalas senyum Emily Tentu saja, dia benar. Di dalam klan Okumichi, ramalan, pemikiran, dan tindakan bangsawan agung selalu menjadi bahan pembicaraan, perdebatan, dan spekulasi. Ini bukan perilaku yang benar. Akan tetapi, dengan watak alami manusia seperti itu, bisakah diharapkan perilaku yang berbeda? Hanako melanjutkan membaca. Di akhir paragraf pertama, dia tidak dapat me dapat menahan tawanya.

"Ya," kata Emily. "Aku tertawa juga di situ. Aku menerjemahkannya begini, `Ketika kayangan memberikan kekuasaan kepada pria untuh mengatur dunia, dewa-dewa di atas tentu sedang menunjukkan rasa humor yang nakal."'

"Ya, itu tepat, kukira."

"Seorang wanita yang menulis ini."

"Tak diragukan lagi," sahut Hanako. "Tulisan tangannya, gayanya, isinya, semua sangat feminin." Dia membaca lagi dan tersenyum, sekarang tanpa krkhawatiran karena dia yakin yang dibacanya bukan sejarah terlarang. "Dia mengisahkan hubungan cinta, tampaknya hubungan yang terlarang dan tragis."

"Salah satunya."

"Aku heran bagaimana ini terselip di dalamnya?"

"Tidak sepenuhnya tepat jika dikatakan terselip." Emily membuka tutup peti dengan lukisan naga dan pegunungan biru. "Semua ini dalam gaya serupa itu."

"Kalau begitu, peti itulah yang tanpa sengaja diletakkan di antara peti-peti lain."

"Aku heran," kata Emily. Dia menyingkirkan lapisan kain kasar untuk menunjukkan sutra halus yang dibordir rumit dengan pola kumpulan mawar berlatar belakang gumpalan awan putih dan langit biru sangat cerah. "Apakah ini yang disebut mawar American Beauty oleh para anggota klan?"

BUKU KEDUA

7

"Ya, kelihatannya begitu," kata Hanako, merasa resah sekali lagi. "Kupikir tentu begitu, karena perkamen itu menyebutkan namanya."

"Mawar itu ditanam untuk pertama kalinya oleh Lord Narihira," kata Emily. "Ya."

"Dan kapankah itu?"

"Tahun kedelapan belas Kekaisaran Ogimachi," sahut Hanako. "Tahun berapa menurut kalender Barat?"

Hanako menghitung dengan cepat. "Kupikir tahun 1575."

Emily mengangguk. "Sama dengan hasil perhitunganku, tetapi tadi aku yakin telah salah hitung. Orang asing sering salah mengurutkan para kaisar dalam kalender Jepang." Dia mengamati lukisan di atas peti. "Perlu waktu dua minggu bagiku untuk membacanya. Aku menyelesaikannya kemarin. Sejak saat itu, aku tidak memikirkan yang lain." Dia tampak hendak berbicara lebih banyak, tetapi tetap diam.

Akhirnya, Hanako bertanya, "Mengapa kau berpikir telah membuat kesalahan dalam perhitungan tanggalnya?"

"Karena mawar-mawar," kata Emily, "dalam narasi ini dan kain ini."

"Ya?" Hanako tidak mengerti mengapa Emily tampak begitu bingung. Simbol paling umum klan Okumichi adalah burung gereja mengelakkan panah dari empat penjuru. Simbol ini muncul pada bendera perang resmi Okumichi. Pada dua ratus tahun belakangan, mawar-mawar ini nyaris sama seringnya digambarkan. Mereka dapat ditemukan pada bendera, kimono, dekorasi baju besi, mata, dan gagang pedang. Tak ada yang misterius tentang pemunculan mereka dalam tulisan anggota klan pria atau wanita, atau dalam sepotong sutra seperti ini, yang digunakan untuk membungkus perkamen.

"Mawar itu ditanam tahun 1575," kata Emily,

"Jodi, mustahil bagi siapa pun yang menulis sebelum tahun itu untuk menyebutkannya." "Itu benar," kata Hanako.

"Tetapi, mawar itu disebutkan dengan jelas sekali dalam perkamen ini," kata Emily, "yang menurut penulisnya ditulis pada tahun keempat Kaisar Hanazono."

Hanako dengan cepat memeriksa ingatannya tentang kronologi kekaisaran. Katanya, "Tidak mungkin. Tahun keempat Hanazono sama dengan tahun1311 dalam kalender Masehi."

BUKU KEDUA

8

Emily berkata, "Aku harus pergi ke Kastel Awan Burung Gereja."

Hanako terbelalak ngeri. Bagaimana Emily bahkan bisa memikirkannya? Kastel itu hampir lima ratus kilometer jauhnya dari sini. Di antara dua tempat ini, membentang daerah penuh dengan samurai antiorang asing yang semakin kejam, yang paling utama di antara mereka adalah yang disebut dengan Pasukan Kebajikan. Penyerangan terhadap orang asing telah menjadi hal yang umum akhir-akhir ini. Tak ada wanita yang menjadi sasaran. Sejauh ini keadaan belum memburuk. Namun, Emily terkenal sebagai tamu Lord Genji, dan Lord Genji menduduki daftar teratas musuh dalam negeri Pasukan Kebajikan.

"Untuk alasan apa perjalanan seperti itu dilakukan?"

Emily menatap langsung ke dalam mata Hanako. Dia berkata, "Kita bersahabat. Kita adalah sahabat sejati."

"Ya," sahut Hanako. "Kita adalah sahabat sejati."'

Emily memandangnya untuk beberapa saat lamanya sebelum dia beralih pada peti itu dan mulai membongkar perkamen-perkamen isinya. Ketika semuanya telah dikeluarkan, dia mengambil pakaian sutra dalam peti itu, membuka lipatannya, dan mempertunjukkannya. Hanako melihat ternyata itu selembar kimono.

"Coba perhatikan, bagaimana kimono ini menurutmu?" tanya Emily.

"Potongannya mengikuti mode masa kini," kata Hanako. Ini agak mengejutkan jika perkamen itu benar-benar tua seperti kelihatannya. Namun, tidak begitu mengherankan karena mungkin isi peti itu sudah dibungkus ulang belum lama ini.

Emily menempelkan kimono itu di tubuhnya. "Ada yang lain?"

"Yah, sangat mewah," kata Hanako. "Tampaknya dipakai hanya pada acara-acara khusus. Perayaan festival, atau sejenisnya."

"Atau pernikahan?" kata Emily.

"Ya, kimono itu cocok untuk pernikahan. Bukan untuk tamu, tentunya. Terlalu megah. Hanya mempelai wanita yang bisa memakainya." Dia memperhatikan bordiran rumit sekumpulan mawar pada kimono itu. Sang mempelai harus sangat cantik pula, kalau tidak, kimono itu sendiri yang akan menarik semua perhatian. "Dan kimono itu memerlukan obi istimewa."

BUKU KEDUA

9

yang sama rumitnya dengan kimono itu, dalam warna-warna senada, dipenuhi bordiran dengan benang emas dan perak.

"Ya," kata Hanako, "sempurna." Apa yang dilakukan kimono dan obi pengantin di dalam sebuah peti berisi perkamen kuno? Dia merasakan dirinya semakin dingin.

Emily berkata, "Peti ini dikirimkan kepadaku." Suaranya sangat lemah, seakan-akan dia berbicara di luar kemauannya.

Hanako tidak memahami keresahannya. Semua orang tahu, Lord Genji telah meminta Emily menerjemahkan sejarah rahasia klan ke dalam bahasa Inggris. Dia telah memerintahkan semua perkamen untuk dikirimkan kepada Emily. Tentunya, jika sebuah peti semacam itu ditemukan, benda itu pasti akan sampai di tangannya, sebagaimana peti-peti lain yang ditemukan pada tahun-tahun setelah tugas itu dimulai. Tiga puluh generasi Lord Okumichi telah membaca perkamen itu. Melalui waktu selama itu dan karena perbedaan kepribadian para bangsawan, pasti ada saja bagian-bagian sejarah yang disimpan di tempat yang salah. Awan Burung Gereja merupakan kastel yang sangat besar, dengan kamar-kamar tersembunyi dan lorong-lorong rahasia. Banyak tempat di dalamnya untuk menyembunyikan barang-barang yang akhirnya terlupakan. Karena hanya seorang bangsawan atau mereka yang diizinkannya yang boleh melihat perkamen-perkamen itu, siapapun yang menemukannya tidak akan berani membacanya, dan itu berarti mereka tidak tahu bahwa perkamen di dalam peti Mongol itu bukan bagian dari sejarah klan. (Sebagian bangsawan tidak menganggap serius sejarah itu maupun larangannya sehingga ada waktu-waktu ketika banyak orang di luar garis keturunan telah diberi akses untuk membacanya—para kekasih, teman yang mabuk, geisha, dan pendeta, misalnya. Akibatnya, banyak bagian sejarah menjadi pengetahuan umum, atau barangkali lebih tepat, gosip umum). Tak ada yang misterius tentang pengiriman peti itu kepadanya. Namun, Emily jelas sangat gelisah.

"Peti itu ditemukan dan dikirimkan kepadamu karena Lord Genji memerintahkannya begitu," kata Hanako.

"Tidak," kata Emily. "Bukan itu yang kumaksud. Ini mustahil, untuk mempertimbangkan- nya saja bisa dikatakan menghujat Tuhan, tetapi—" Emily terrnyak di lantai dan duduk tanpa daya, kimono dan obi di pangkuannya. "Aku harus pergi ke kastel itu. Itu satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa Ini tidak benar. Dan aku harus membuktikan bahwa Ini tidak

BUKU KEDUA

10

Dalam dokumen I HANTU LORD KIYORI (Halaman 75-83)