• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kamar sempit di lantai rumah bordil Jade Lotus itu digenangi darah enam sosok mayat Empat lelaki di antaranya telah ditembak, tiga pada pusat tubuh, dan satu pada wajah Laki-laki kelima

Dalam dokumen I HANTU LORD KIYORI (Halaman 153-158)

mati dengan usus terburai oleh pisau yang barangkali miliknya sendiri, dan masih tertancap di bawah tulang dadanya. Sebelum menikam jantungnya, pisau itu telah menumpahkan isi perutnya di lantai. Sepertinya pembunuhnya sangat marah. Stark mengamati mayat gadis itu. Barangkali si usus terburai itulah yang membunuh Fong-fong. Dia cantik, tampaknya belum melewati masa remajanya, dengan wajah campuran Eropa-Asia. Tenggorokannya terbelah dalam sepanjang tulang selangka.

Stark berkata, "Makoto tidak membunuh gadis ini. Orang itu pelakunya."

Wu mengangguk. "Dia datang untuk membebaskannya, begitu menurutnya. Gadis ini, ah, tanpa sengaja, terbunuh."

"Di mana dia?"

"Di mana pun dia," kata Wu, "dia akan mati. Tak ada alternatif yang baik sekarang." Dia melirik setengah lusin polisi yang tengah melakukan penyelidikan di kamar itu. "Deputi itu sedang makan di restoran. Dia mendengar bunyi tembakan, dan tiba di sini sesaat setelah Makoto kabur."

"Apakah dia terluka?"

"Saya kira tidak. Dia menyerang yang terdekat"—Wu menunjuk mayat dengan wajah terbakar mesiu—"dan pisau orang ini ada di sana, tidak berdarah. Maafkan saya, Tuan Stark. Saya kira, masalah ini sudah diselesaikan. Siapa yang bisa mengantisipasi tindakan sebodoh ini dari pihaknya, mempertaruhkan segalanya demi seorang pelacur."

Stark berkata pada diri sendiri, dia bisa dan seharusnya mengantisipasinya. Dia telah melakukan hal-hal yang kurang lebih sama ketika dia seusia Makoto. El Paso alih-alih San Francisco. Tempat yang berbeda, hasil yang sama. Karena dia, gadis itu mati juga, dan dalam keadaan lebih parah ketimbang Fong-fong. Anak tidak selalu menyerupai ayahnya. Makoto telah

berkata begitu. Terkadang, dalam hal-hal yang patut disayangkan, dia memang menyerupai dirinya. Seorang polisi yang mengenakan setelan jas alih-alih seragam, deputi yang disinggung Wu tadi, mendekati mereka dan mengangkat topinya. "Tuan Stark," sapanya.

Stark pernah bertemu dengannya dalam beberapa kesempatan untuk urusan tentang pencurian di dermaga. Seorang keturunan Irlandia yang gemuk dan periang yang tampaknya lebih mirip penjaga bar yang ramah ketimbang penjaga kedamaian, Deputi Mulligan. Ulyssen Mulligan.

"Deputi Mulligan."

"Berantakan sekali," kata Mulligan.

"Ya, tetapi berantakan yang menguntungkan bagi Anda," kata Stark. "Saya dengar, Anda adalah petugas pertama di tempat kejadian."

"Betul, Tuan Stark." Mulligan memandang Stark dengan heran selagi dia berbicara. "Saya sedang makan kudapan kecil di bawah. Mi dengan daging asap merah di atasnya."

"Berkat selera makan Anda, Deputi Mulligan. Anda adalah pahlawan. Anda telah menangkap Bandit Chinatown dan mengakhiri masa terornya."

Deputi menunduk memandang mayat-mayat itu satu per satu, kemudian kembali menatap Stark.

"Apakah Bandit Chinatown itu salah seorang dari mereka, Tuan?"

"Ya. Yang wajahnya Anda tembak ketika dia menyerang dengan golok daging Cina." Mulligan mengerutkan dahi dan menatap mayat itu lagi.

"Apakah Bandit Chinatown itu sebuah geng? Yang baku tembak dengan geng ini?"

"Tidak, dia seorang penjahat tunggal yang nekat dan barangkali kesepian." Stark mengambil revolver 38 dari pahanya, memutarnya sekali, dan menyodorkannya gagang lebih dahulu kepada Mulligan "Bersenjatakan pistol dan golok daging, seperti yang telah digambarkan semua saksi. Para pria dan wanita yang malang ini hanyalah penonton yang menjadi korban."

Mulligan menerima pistol itu dan menatapnya. "Pelurunya masih lengkap."

"Saya ragu senjata itu akan tetap begitu ketika mencapai kantor polisi dan dimasukkan dalam daftar bukti," kata Stark. "Saya harap, Anda akan dipromosikan menjadi asisten inspektur untuk ini. Saya yakin Inspektur Winslow akan memberi tahu saya sesuatu tentang ini ketika saya makan malam bersamanya besok."

"Apakah Anda perlu paham, Asisten Inspektur Mulligan?"

Senyum lebar lambat-lambat menguak wajah Mulligan hingga matanya berpijar gembira. "Tidak, Tuan Stark, saya kira, saya tidak perlu paham. Istri saya akan sangat bahagia dengan ke- naikan gaji yang menyertai promosi."

"Izinkan saya menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat kepada Anda." Stark dan Mulligan berjabat tangan.

"Ah, tetapi kalau dia Bandit Chinatown, di mana harta rampokannya?" Stark menatap Wu.

Wu berkata, "Dikubur diam-diam entah di mana." Stark menggelengkan kepala.

"Karena Bandit sudah ditangkap, para korban akan sangat kesal jika perhiasan mereka tidak kembali. Untuk sementara, Anda menyingkirkan perhiasan-perhiasan itu dari tempat kejadian untuk melindunginya, dan sekarang Anda dengan gembira mengembalikannya kepada Tuan Mulligan." Wu mengerutkan kening tidak senang.

"Ya."

"Pengusaha yang berterima kasih tentu saja dengan senang hati akan memberikan hadiah kepada Anda karena peran Anda dalam hal ini. Katakanlah, seribu dolar."

"Pengusaha yang benar-benar berterima kasih akan lebih bermurah hati, saya rasa, mengingat kerugian yang saya alami untuk menjadi warga yang baik. Katakanlah, dua ribu dolar."

"Tampaknya cukup adil," kata Stark. Masalah itu selesai. Hanya tinggal satu ganjalan. Ke mana Makoto? Dia tidak akan pergi ke Meksiko sekarang. Ke mana dia akan pergi?

"Ya ampun, tadi itu makan malam terburuk selama ini, ya?" kata Hope, ketika dia dan kakaknya,

Angela, kernbali ke kamar tidur mereka di atas. Meskipun baru berusia sebelas, dua tahun lebih muda dari kakaknya, dia lebih terbuka. "Setiap kali mereka saling menyapa dengan 'Tuan Stark dan Nyonya Stark', aku tahu mereka bertengkar tentang sesuatu."

"Makoto dalam masalah," kata Angela. "Itu sebabnya mereka bertengkar."

"Dia tidak pernah benar-benar dalam masalah," kata Hope. "Dialah sang pangeran, ingat? Jadi, dia bisa berbuat apa saja tanpa dihukum."

"Aku mendengar Jiro dan Shoji membicarakan polisi. Sesuatu yang buruk telah terjadi di Chinatown."

Angela menggeleng. Hope melihat kakaknya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ada yang mem- buatnya ragu.

"Ayo Angela, katakan saja."

"Bahasa Jepangku berkarat," kata Angela. "Aku pasti keliru. Dan mereka berbicara dengan dialek Akaoka, jadi semakin sulit dimengerti."

"Apa yang mereka katakan?"

Angela menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Mereka membicarakan Makoto seakan-akan dia telah membunuh seseorang." "Apa?"

Angela mulai menangis.

"Aku khawatir, dia tak akan pernah pulang lagi."

Makoto terbangun di atas kapal uap

Hawaiian Cane. Dia merasa perutnya mual. Ini bukan karena alkohol clalam jumlah banyak yang diminumnya semalam, juga bukan karena gerakan kapal yang memusingkan di laut yang tidak ramah meskipun semua itu bisa menjadi penyebab. Dan, mualnya juga tidak disebabkan oleh kekerasan, atau darah, atau kematian, bahkan kematian Fong-fong. Dia mual karena tatapan gadis itu sebelum mati. Dari seberang ruangan, tatapannya. menyiratkan prasangka bahwa dirinya telah dikhianati. Dan tepat saat itu, seorang penjaga menggorok lehernya. Makoto telah berjanji kepadanya dan dia telah memercayainya. Namun Makoto gagal menyelamat- kannya. Itu bukan penutup kisah yang heroik seperti yang telah dibayangkannya untuk lolosnya Bandit Chinatown.

Tidak berarti dia telah lolos pula, sama sekali tidak. Polisi pasti tidak jauh di belakangnya, demikian pula Tong. Matthew Stark telah salah perhitungan. Bukan terdapat dua kemungkinan buruk dengan salah satu saja yang terjadi, melainkan tiga, dan kemungkinan ketiga adalah dua pihak itu menemukannya sekaligus. Mereka akan berhasil menyusulnya, dan ketika itu terjadi, tak apa, tak mungkin dia meloloskan diri, tetapi masih ada satu penutup yang heroik tetapi tragis. Yaitu, Bandit Chinatown akan melawan hingga kematian datang menjemputnya.

Sebelum itu terjadi, ada satu hal lagi yang harus dilakukannya.

Makoto bangun dari bangku tidur dan pergi ke geladak. Dia memandang langit yang menjadi terang di garis cakrawala sebelah timur.

Di negeri itu, seluruh daerah matahari terbit adalah tempat kita berdiri. Dari sini, daerah mataharl terbit adalah California. Dia memandang ke arah barat, pada separuh langit yang gelap, ke arah Hawaii, ke arah Jepang.

Apakah Genji akan terkejut melihat Makoto? Dan, jika Makoto melihat dalam diri Genji sesuatu yang dikiranya akan dilihatnya, apa jawaban Genji ketika Makoto mengajukan pertanyaan yang membuatnya menyeberangi Pasifik, pertanyaan serupa dengan yang diajukan Matthew Stark dalam konteks berbeda.

6

Dalam dokumen I HANTU LORD KIYORI (Halaman 153-158)