• Tidak ada hasil yang ditemukan

1311, Menara Kastel Awan Burung Gereja

Dalam dokumen I HANTU LORD KIYORI (Halaman 83-86)

Lady Shizuka tersenyum kepada Ayame, kepala dayangnya, dan terheran-heran bahwa wanita semuda mereka, yang belum lama meninggalkan masa kanak-kanak, harus menyandang gelar berat sebagai "lady" dan "dayang". Lady Shizuka berusia sembilan belas tahun, dan dia tidak akan bertambah tua lagi. Ayame baru tujuh belas tahun meskipun ekspresinya yang serius membuatnya tampak lebih dewasa.

"Saya mohon Anda mempertimbangkan lagi, Nyonya," kata Ayame. Dia duduk dengan kedua kaki terlipat rapi di bawahnya sesuai tata krama istana. Dia tampak sangat halus meskipun mengenakan baju perang, rambutnya dipangkas kasar, dan kapak naginata bermata panjang di sampingnya. "Saya sudah memata-matai sendiri posisi musuh, dan benar apa yang dikatakan Fumi. Penjagaan mereka lemah, barisan mereka mudah ditembus, dan setengah dari pasukan mereka mabuk tak sadarkan diri karena sake. Jika saya mengalihkan perhatian mereka, Anda dapat dengan mudah menyelinap dan menyelamatkan diri."

"Aku tidak bisa pergi," kata Shizuka. Tangannya memegang perutnya yang membuncit, sebagaimana sering dilakukannya akhir-akhir ini. Jubahnya yang longgar berjuntai menutupi kondisinya dari pengamat yang tidak awas, dan wajahnya, yang kurus seperti bisaanya, memainkan perannya dalam menutupi kebenaran.

"Anda tidak akan melahirkan sampai satu setengah bulan lagi," kata Ayame, "dan anak Anda tampaknya tidak terburu-buru untuk muncul lebih awal. Tak banyak kesulitan yang akan Anda hadapi setelah Anda keluar dari kepungan. Lord Chiaki tentu sudah menerima pesan kita saat ini, dan pasti dalam perjalanan pulang dengan banyak samurai kita. Anda mungkin akan bertemu dengannya bahkan sebelum mencapai tanjung."

"Bukan itu alasan aku tidak bisa pergi," kata Shizuka. "Di sinilah aku ditakdirkan berada." Ayame membungkuk ke depan, menempatkan kedua tangannya di lantai di depannya, dan bersujud. "Lady Shizuka, maafkan saya karena saya harus berbicara terus terang."

BUKU KEDUA

11

"Tak ada batas di antara kita, Ayame. Kau selalu bebas mengutarakan pikiranmu padaku." "Saya harap, Anda akan terus menganggap begitu. Banyak orang berkata, bukan masa depan yang Anda lihat, ataupun ruh-ruh yang Anda temui, melainkan khayalan Anda sendiri. Tebakan yang kebetulan benar, kata mereka, membuat Anda seakan-akan punya kemampuan melihat masa depan. Sejak hari pertama saya melayani Anda, saya tak pernah meragukan Anda. Apa pun yang Anda katakan, saya tahu Anda mempunyai alasan untuk mengatakannya. Anda bijaksana melampaui usia dan pengalaman Anda. Tidak penting apakah Anda tahu apa yang akan datang atau tidak. Tetapi, Nyonya, jika Anda tidak pergi dari tempat ini malam ini, Anda akan mati di sini."

Shizuka meletakkan tangannya di lantai dan membungkuk rendah sebagai balasan.

"Kau berpendirian teguh dan setia, dan seberani samurai dalam legenda. Untuk itu, aku berterima kasih. Sekarang, kau masih harus lebih berani. Kau akan hidup melewati malam ini, Ayame, dan melalui saat-saat tergelap dini hari, dan untuk tahun demi tahun sesudahnya. Inilah masa depanmu, dan pada waktunya, kau akan tahu bahwa aku telah benar-benar melihatnya. Kau akan menikah dengan pria yang memiliki banyak kebajikan dan keunggulan, dan akan mendapatkan banyak kebahagiaan, di samping sedikit penderitaan. Kau akan mempunyai lima orang anak. Yang sulung akan menikahi keturunan Lord Hironobu, yang sekarang masih dalam kandunganku ini, dan akan memerintah wilayah ini sebagai Bangsawan Agung."

"Nyonya," kata Ayame, terguncang. Rasanya seperti melakukan pengkhianatan sekalipun hanya berpikir bahwa putra siapa pun selain Hironobu akan menggantikannya. Kecurigaan akan adanya pemikiran seperti itu saja, terbukti benar ataupun tidak, telah menyebabkan kematian di antara pelayan-pelayan pada banyak klan. Dan sekarang, istri Bangsawan Agung sendiri yang menyatakannya.

"Putriku bernama Sen. Putramu akan kauberi nama—" Shizuka menghentikan dirinya. Biarkan Ayame memutuskannya sendiri, meskipun dalam keterpaduan waktu, dia telah memutuskan untuk memanggilnya Danjuro. Mereka yang memiliki masa lampau terpisah dari masa depan tidak melihatnya seperti itu. Untuk menyebutkan nama itu sekarang berarti merampok kebahagiaannya yang akan datang. "—kau akan memberi putramu nama besar, sebagaimana yang layak disandangnya. Atas nama Lord Hironobu, dengan ini aku mengadopsi putramu sebagai anggota klan. Sejak saat kelahirannya, dia akan menjadi seorang Okumichi."

BUKU KEDUA

12

"Lady Shizuka, jika apa yang Anda katakan benar, dan Anda dapat melihat apa yang akan terjadi, gunakanlah pertanda itu untuk menyelamatkan diri. Sungguh merupakan aib untuk menyia-nyiakan hidup Anda."

Shizuka berkata, "Pergilah ke jendela itu dan lihat ke arah timur." Setelah keraguan sesaat yang nyaris tak kentara, Ayame mematuhinya. "Apa yang kaulihat?"

"Ombak, Nyonya, memecah pantai." "Tenangkan air laut," kata Shizuka. "Nyonya?"

"Hentikan ombak, Ayame. Tenangkan lautan." "Saya tidak bisa."

"Pergilah ke jendela sebelah barat. Lihat sejauh mungkin. Ada apa di sana?"

"Udara malam yang cerah," kata Ayame, "bulan yang terang, dan di kejauhan tampak Gunung Tosa."

"Bawakan Gunung Tosa kepadaku." `

Ayame menatap Shizuka. Apakah ketakutan dan kepedihan telah membuatnya gila? Sebuah ekspresi kekhawatiran yang mendalam mengerutkan alisnya.

"Nyonya, bahkan penyihir terbesar pun tidak mampu memindahkan sebuah gunung." "Kau melihat ombak, tetapi kau tidak mampu menghentikannya. Kau melihat Gunung Tosa, tetapi kau tidak mampu memindahkannya. Sama halnya, aku dapat melihat apa yang akan terjadi, tetapi tidak mampu membelokkan atau mengubahnya sedikit pun." Shizuka tersenyum. "Kau akan hidup melewati malam ini, demikian pula aku. Kau akan hidup melewati esok, tetapi aku tidak. Aku membicarakan ini sama seperti aku membicarakan gelombang yang berubah menjadi buih-buih di karang, dan Gunung Tosa di bawah sinar bulan. Ini gambaran dunia, bukan sesuatu yang harus dilakukan."

"Mengetahui, tetapi tak mampu bertindak. Apa gunanya bakat seperti itu?"

Kau tidak akan pernah tahu, pikir Shizuka, demikian pula Danjuro. Namun, Sen akan tahu. Di bawah telapak tangannya, dia merasakan putrinya bererak.

"Apakah perkamen itu sudah diamankan seperti yang kuminta?" tanya Shizuka.

BUKU KEDUA

13

Dalam dokumen I HANTU LORD KIYORI (Halaman 83-86)