• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH I Wayan Sudiyasa

Dalam dokumen Volume 1, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 169-173)

SMA N 3 Karawang [email protected]

ABSTRAK

Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh setiap siswa dalam pembelajaran matematika Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran di kelas.Untuk meningkatkan kemampuan ini perlu adanya upaya pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan observasi dan eksplorasi agar dapat membangun pengetahuannya sendiri. Aktivitas kemampuan berpikir kritis dapat dimunculkan dalam hal menghadapi tantangan, hal-hal yang baru, non rutin, misalnya masalah kontekstual matematika.Dimana siswa dituntut dapat memahami masalah kontekstual, membuat rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah dan dapat mengecek kembali hasil yang diperoleh. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah pembelajaran berbasis masalah.

Kata kunci : Kemampuan Koneksi Matematik, Pembelajaran Berbasis Masalah

1. PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang sering kita temukan di sekolah-sekolah pada umumnya dilaksanakan untuk mencapai ujuan tingkat rendah yakni mengetahui, memahami, dan menggunakan tetapi belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir kritisyakni suatu yang paling esensi dari dimensi belajar.

Dalam mempelajari matematika siswa harus berpikir agar mampu memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari serta mampu menggunakan konsep-konsep tersebut secara tepat ketika ia harus mencari jawaban bagi berbagai soal matematika.Soal matematika yang dihadapi siswa seringkali tidaklah dengan segera dapat dicari solusinya sedangkan siswa diharapkan dan dituntut untuk dapat menyelesaikan soal tersebut. Karena itu siswa perlu memiliki ketrampilan berpikir agar dapat menemukan cara yang tepat untuk menelesaikan masalah yang dihadapinya.

Menurut Langrehr (Sumarmo,2012) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir evaluative yang melibatkan kreteria yang relevan dalam mengases informasi disertai dengan ketepatan (accuracy), relevansi (relevancy), kepercayaan (reliability), ketegapan (consistency), dan bias (bias).

Proses pembelajaran yang sering kita temukan di sekolah-sekolah pada umumnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan tingkat rendah yakni mengetahui, memahami, dan menggunakan tetapi belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir kritis yakni suatu yang paling esensi dari dimensi belajar. Dalam proses pembelajaran anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berikir kritis. Dengan demikian pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran kritis adalah pembelajaran berbasis masalah.Seng (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.Semantara Thomas (Roh, 2003) yang

158 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung mengatakan karena pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dengan sebuah masalah yang harus dipecahkan, maka siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif.Pembelajran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya.

2. KAJIAN TEORI

Berpikr kritis menurut Glaser (2000) adalah sebagai kemampuan disposisi yang menggabungkan pengetahuan awal, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk mengeneralisasi, membuktikan dan mengevaluasi situasi matematis secara reflektif.Sedangkan menurut Pendapat Ennis (1996) menyatakan bahwa berpikir kritis dan reflektif terdapat keterkaitan. Beberapa indicator kemampuan berpikir kritis adalah : memfokuskan diri pada pertanyaan, menganalisis, dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan argymen, mempertimbangkan sumber terpercaya, mengamati, dan menganalisis deduksi, menginduksi dan menganalisis induksi, merumuskan eksplanatori, kesimpulan dan hipotesis, menarik pertimbangan yang bernilai, menetapkan suatu aksi dan berinteraksi dengan orang lain.

Berrpikir kritis sangat penting agar dapat menggunakan potensi pikiran secara optimal sehingga menjadi pembaca yang cermat. Kemampuan berpikir kritis matematika akan berkesempatan dimunculkan dan dikembangkan ketika siswa sedang dalam proses yang intens tentang pemecahan masalah. Dengan kata lain pembelajaran matematika di kelas perlu menyentuh juga aspek pemecahan masalah dan dilakukan secara sengaja dan terencana.

Krulik dan Rudnick (NCTM, 1999) mengemukakan bahwa yang termasuk berpikir kritis adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah. Sebagai contoh, ketika seseorang sedang membaca suatu naskah ataupun mendengarkan suatu ungkapan atau penjelasan ia akan berusaha memahami dan coba menemukan atau mendeteksi adanya hal-hal yang istimewa dan yang perlu ataupun yang penting.

Demikian juga dari suatu data ataupun informasi ia akan dapat membuat kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus melihat adanya kontradiksi ataupun ada tidaknya konsistensi atau kejanggalan dalam informasi itu. Jadi dalam berpikir kritis itu orang menganalisis dan merefleksikan hasil berpikirnya.Tentu diperlukan adanya suatu observasi yang jelas serta aktifitas eksplorasi, dan inkuiri agar terkumpul informasi yang akurat yang membuatnya mudah melihat ada atau tidak ada suatu keteraturan ataupunsesuatu yang mencolok.

Menurut Ennis (1996), berpikir kritis sesungguhnya adalah suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang masuk akal mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya serta yang akan dilakukan nanti. Seseorang pada suatu saat tertentu akan selalu harus membuat keputusan, oleh karena itu kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan, terutama ketika dalam membuat keputusan itu ia sedang berhadapan dengan suatu situasi kritis, terdesak oleh waktu serta apa yang dihadapi itu tidaklah begitu jelas dan rumit. Hal ini biasanya terjadi jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan keputusan yang mungkin, dan dia harus memilih manakah yang terbaik dari sekian pilihan tersebut.

Demikian juga dalam hal berpikir kritis, keputusan yang akan diambil itu haruslah didasarkan pada informasi yang akurat serta pemahaman yang jelas terhadap situasi yang dihadapi. Misalnya dalam membuat suatu keputusan dalam memilih suatu strategi atau suatu teorema dalam matematika untuk membuktikan suatu statemen untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar, maka hal ini harus didasarkan pada informasi yang diketahui atau yang bersumber dari apa yang dketahui serta sifat-sifat matematika yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Sebab, jika keputusan itu tidak didasarkan pada informasi serta asumsi yang benar, maka kesimpulan itu tidak memiliki dasar yang benar. Ada enam unsur dasar yang perlu dipertimbangkan dalam berpikir kritis (Ennis, 1996), disingkat FRISCO, yaitu: fokus , alasan, kesimpulan, situasi, kejelasan dan pemeriksaan secara

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung 159 keseluruhan. Jika keseluruhan unsur ini telah dipertimbangkan secara matang maka orang dapat membuat keputusan yang tepat.

2.1. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis masalah (PBM) adalah suatu bentuk pembelajaran matematika yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.Pembelajaran berbasis masalah ini bertujuan membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik dan menjadi pelajar yang mandiri.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengejaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sndiri tentang dunia social dan sekitarnya.Dengan didasari teori konstruktivis maka pada pembelajaran ini dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antar siswa, sedangkan guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, disini guru menciptakan suasna kelas yang fleksibel dan berorentasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Ciri-ciri utama pembelajaran berbasis masalah menurut Arends mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan Autentik

Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hiotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya

Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program computer. e. Kolaborasi

Berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi pembelajran ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

Menurut Trianto kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah : 1. Sesuai dengan kehidupan siswa.

2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa. 3. Memupuk sifta inquiry siswa.

4. Retensi konsep menjadi kuat.

5. Memupuk kemampuan problem solving.

Selain kelebihan juga mempunyai kekurangan yaitu :

1. Persiapan peralatan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks. 2. Sulitnya mencari problem yang relevan.

3. Sering terjadi misskonsepsi. 4. Memerlukan waktu yang panjang

160 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung

2.2. Penelitian yang relevan.

Syukur (2005) terhadap siswa SMA menyatakan kememampuan berpikir kritis matematis siswa tergolong cukup baik dan lebih baik peningkatannya pada siswa dengan pembelajarannya open ended daripada siswa yang pembelajaran konvensional. Rohaeti (2008) terhadap siswa SMP melaporkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa tergolong cukup baik dan lebih baik peningkatannya pada siswa dengan pembelajaran Kontekstual daripada siswa yang pembelajarannya konvensional. Ratnaningsih, N (2003) terhadap siswa SMU melaporkan bahwa kemampuan berpikir matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. KESIMPULAN

Berpikir kritis sangat penting agar dapat menggunakan potensi pikiran secara optimal sehingga menjadi pembaca yang cermat. Kemampuan berpikir kritis matematika akan berkesempatan dimunculkan dan dikembangkan ketika siswa sedang dalam proses yang intens tentang pemecahan masalah.

Kemampuan berpikir kritis dapat ditumbuhkembangkan pada saat proses belajar di kelas. Pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga siswa mendapat informasiyang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus melihat adanya kontradiksi ataupun ada tidaknya konsistensi atau kejanggalan dalam informasi itu.

Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran kritis adalah pembelajaran berbasis masalah. Seng (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

DAFTAR PUSTAKA

Ennis.R (1996).Foundentions Of Thinking Skill and Their Intruction (Teaching Thinking Skill,

Baron and Sternberg). New York : W.H. Freeman and Company

Ratnaningsih, N (2003).Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa SMU melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah.Tesis pada PPS UPI : tidak diterbitkan

Rohayati, A (2005). Menggembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Matematika

Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual.Thesis in post graduate program

Indonesia University of education.Unpublished.

Roh. K, H (2003). Problem-Based Learning In Mathematics. (On line): tersedia http://www.eric.ed.gow/eric webportal/record detail ? acono=ED482725

Seng,T,O (2000). Thinking Skills, Creativity and Problem-Based Learning.(Online). Tersedia: http://pbl.tp.edu.sg/others/articles/%20 on % other/ Tan Oon Seng doc

Sumarmo,U (2012). Bahan Belajar Mata Kuliah Proses Berpikir Matematik Program S2

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung 161

PENGARUH KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Dalam dokumen Volume 1, Tahun ISSN KATA PENGANTAR (Halaman 169-173)