Sri Mari Indarti SMA Negeri 2 Cimahi
4. Pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa :
” Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Nurhadi (2004 :109) :” Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”. Dalam hal ini pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.
Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa: ” Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri ”.
Dari pendapat-pendapat para ahli diambil kesimpulan pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik tolak (starting
point) pembelajaran. Masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar adalah masalah
yang memenuhi konteks dunia nyata (real world), yang akrab dengan kehidupan sehari-hari para siswa.
Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Ibrahim dan M. Nur menyatakan bahwa: “Pembelajaran berdasarkan masalah adalah merupakan suatu pendekatan sekaligus model pembelajaran di mana siswa diajarkan pembelajaran yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.”
Model pembelajaran berbasis masalah ini bukan hanya sekadar metode mengajar tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam pemecahan masalah menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan sekaligus model pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk berpikir kritis dalam menyikapi setiap permasalahan yang dihadapinya terutama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan masalah ini merupakan model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung 123 dan menyusun pengetahuan mereka sendiri untuk memecahkan masalah yang sedang dipikirkannya itu.
Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Menurut Boud dan Felleti dan Fogarty (dalam Wena, 2011), strategi belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah berbentuk open-ended melalui stimulus dalam belajar.
Savoie dan Hughes (dalam Wena, 2011) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:
a) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.b)Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.c) Mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu. d)Memberikan tanggungjawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.e)Menggunakan kelompok kecil. f) Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.
Menurut Fogarty (dalam Wena, 2011), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:
a) Menemukan masalah.b) Mendefinisikan masalah.c) Mengumpulkan fakta. d) Menyusun hipotesis.e) Melakukan penyelidikan.f) Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan.g) Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif.h)Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Pada model pembelajaran ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa. Guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan ketrampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas dapat diselesaikan.
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
5. Pembahasan
Kemampuan komunikasi matematis siswa sangat rendah karena jarang dipergunakan dikelas bahkan tidak pernah. Terutama dalam mengkomunikasikan ide-ide matematik. Banyak siswa yang belum dapat memberikan pendapatnya karena belum mampu membuat dan menyusun gagasan tentang materi pelajaran yang dipelajari. Selain itu siswa juga belum mampu mengambil kesimpulan tentang apa yang dipelajari. Demikian pula dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sangat rendah karena jarang dipergunakan dikelas bahkan tidak pernah. Selama ini para siswa kurang dilatih sehingga untuk pengambilan keputusan ragu terutama berpikir kritis matematis. Dengan dilatih terus menerus maka akan terbiasa. Berpikir kritis matematis sebagai modal untuk dapat menguasai pelajaran. Berani menghadapi masalah sebagai tantangan , sehingga berani mengambil keputusan dengan benar Berpikir kritis tidak relevan dengan ketrampilan berpikir tingkat tinggi. ” Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”. Untuk itu dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis akan lebih baik.
124 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung
6. Kesimpulan
Kemandirian merupakan suatu sikap atau perilaku dan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas sendirian, adanya kebebasan dalam bertindak dan tidak tergantung pada orang lain. Berdasarkan pendapat diatas, kemandirian belajar adalah sikap dan kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengambil inisiatif, melakukan kegiatan belajar secara mandiri atau sendiri dan bertanggung jawab guna mencapai suatu tujuan. Kemandirian belajar matematika adalah sikap dan kemampuan yang dimiliki siswa dalam belajar matematika secara mandiri dan dengan sedikit bimbingan dari orang lain untuk menguasai suatu kompetensi dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis pembelajaran akan lebih baik dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah. Siswa akan lebih aktif, mempunyai minat, termotivasi, antusias selama dalam pembelajaran berlangsung serta melakukan eksplorasi.
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”. Dalam hal ini pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Kumpulan Pedoman Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013, Jakarta.
Asra dan Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Aisyah dan Septaliana T. (tanoa tahun). Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis konteks (Contekxtual Teaching and Learning). Makalah pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya: tidak
diterbitkan.
Hardini I, Puspitasari D. (2012). Strategi Pembelajaran Terpadu.Yogyakarta: Famili.
Sumarmo,U. (2012). Bahan Belajar Mata Kuliah Proses Berpikir Matematika. Bandung: STKIP Siliwangi (contoh artikel dalam Handout).
Sumarmo, U. (2013).Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: STKIP Siliwangi (contoh artikel dalam Handout).
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. http://eprints.uny.ac.id/1736/1/UPAYA_MENINGKATKAN_KEMANDIRIAN_BELAJAR _MATEMATIKA.pdf diunduh tg 13 desember 2013 jam 22.45
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung 125