• Tidak ada hasil yang ditemukan

Herpetofauna di Kawasan Cangar, Arboretum Sumber Brantas dan Cuban Talun Kota Batu, Kabupaten Malang, Jawa Timur

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 127-131)

Mumpuni dan Awal Riyanto Puslit Biologi-LIPI

Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911 Email: sancoyomumpuni@yahoo.com AbstrakInformasi keanekaragaman herpetofauna

di Kawasan Wisata Kota Batu, Malang masih sangat terbatas. Informasi keanekaragaman herpetofauna tersebut dipandang perlu dalam pengelolaan kawasan, salah satunya dalam peningkatan wisata berbasis alam. Pengamatan herpetofauna telah dilakukan di Kawasan Cangar, Arboretum Sumber Brantas dan Cuban Talun pada bulan September 2010. Dari pengamatan selama 5 hari terungkap sebanyak 15 jenis herpetofauna (7 jenis amfibi dan 8 jenis reptil). Jumlah jenis yang terungkap ini akan bertambah bila dilakukan pengungkapan lanjutan. Dari 3 lokasi pengamatan, di Cuban Talun diperoleh jenis paling banyak yaitu 9 jenis, selanjutnya Cangar 6 jenis dan di Arboretum Sumber Brantas paling sedikit yaitu 2 jenis. Keindahan dan keunikan herpetofauna yang berhasil diungkap ini perlu diperkenalkan kepada pengelola kawasan dan pemandu wisata untuk dapat dijadikan salah satu objek dalam peningkatan wisata berbasis alam. Dalam makalah ini disajikan pertelaan masing-masing jenis, keindahan/keunikan, habitat, cara dan waktu pengamatan serta peranan dalam ekosistem.

Kata kunci: herpetofauna; wisata alam, Kota Batu.

PENDAHULUAN

Kota Batu memiliki beberapa tempat wisata dengan pemandangan yang menawan dengan lingkungan yang alami. Oleh karenanya banyak wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan dan udara di sekitarnya. Dukungan lingkungan yang ada memberikan tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna. Herpetofauna merupakan salah satu kelompok fauna yang hidup di dalam beberapa kawasan wisata alam yang ada di Kota Batu tetapi informasi keanekaragamannya masih sangat terbatas (Latifiana, 2012). Pengetahuan tersebut dapat menjadi modal dalam pengembangan ekowisata berbasis alam dengan berbagai fungsi dan peranannya yang dapat disebarkan kepada para wisatawan yang dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Keanekaragaman herpetofauna di pulau Jawa telah terungkap sebanyak175 jenis (Iskandar, 1998; Iskandar & Colijn, 2000; 2002; de Rooij, 1915; 1917; Riyanto et al., 2009 ) dari informasi yang ada sebagian besar berasal dari pegunungan di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Liem, 1973; Mumpuni, 2001; Kurniati, 2003; Kusrini et al., 2007; Riyanto, 2010; Nazar, 2011; Mumpuni,

2012a; 2012b; Riyanto& Trilaksono, 2012). Sedangkan pengetahuan mengenai jenis Reptil dari beberapa lokasi di Jawa Timur telah diungkapkan sebelumnya dalam publikasi lama (De Rooij, 1916;1917), sedangkan untuk amfibi terutama berdasarkan koleksi lama Museum Zoologi Bogor (MZB) pula (Iskandar, 1998) dan informasi reptil, khususnya mengenai ular di Jawa timur juga diungkapkan oleh Hodges (1993). Pada penelitian ini selain mengungkapkan jenis terkini yang terdapat di kawasan Sumber Brantas dan dari data koleksi yang dimiliki MZB.

METODE

Survai telah dilakukan pada bulan September 2010 di Kawasan Wisata di Desa Sumber Brantas, Kota Batu, Malang, Jawa Timur, meliputi Tahura R. Soeryo (Wisata Air Hangat Cangar dan Air Terjun Watu Ondo, Kebun Arboretum) pada ketinggian sekitar 1500 m dpl dan Air Terjun Cuban Talun pada sekitar 1200 m dpl. Pencarian dan koleksi dilakukan pada siang dan malam hari secara eksploratif pada tipe habitat air terjun, hutan, sungai, semak dan kebun palawija. Selain itu penelusuran data herpetofauna dilakukan di MZB.

HASILDANPEMBAHASAN

Keragaman Jenis

Dari hasil ekplorasi di Kawasan wisata Sumber Brantas diperoleh sebanyak 15 jenis herpetofauna yang terdiri dari 7 amfibi dan 8 reptil. Tujuh jenis amfibi tersebut termasuk dalam 4 suku dan 6 marga sedangkan delapan jenis reptil termasuk dalam 5 suku dan 6 marga. Dari hasil pengamatan di Tahura Soeryo yang dilakukan Latifiana (2012) terungkap sebanyak 5 jenis amfibi dan 2 jenis reptil. Sedangkan dari penelusuran koleksi MZB diperoleh 5 jenis ular yang dikoleksi dari daerah Junggo (satu kawasan dengan Cuban Talun). Kelima spesimen tersebut dikoleksi oleh Fr. M. Vianney antara tahun 1940 – 1942. Sehingga keseluruhan jenis herpetofauna yang terdapat di Wilayah Sumber Brantas sebanyak 20 jenis. Klasifikasi jenis herpetofauna yang tercatat di wilayah Sumber Brantas tertera pada tabel 1. Dari tabel 1. terlihat pula bahwa sebaran herpetofauna di wilayah Sumber Brantas dari hasil pengamatan kami menunjukkan bahwa di kawasan Cuban Talun tersebar 9 jenis, diikuti kawasan Cangar 6 jenis dan Arboretum 2 jenis. Jika hasil pengamatan di Cangar digabungkan dengan hasil pengamatan Latifiana

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 - ISBN: 978-979-028-573-6

(2012) jumlahnya bertambah menjadi 8 jenis. Sedangkan hasil dari kawasan Cuban Talun jika digabungkan dengan hasil penelusuran herpetofauna di MZB bertambah menjadi 11 jenis.

Tabel 1. Komposisi jenis Herpetofauna di Wilayah Sumber Brantas, Kota Batu, Malang

KELAS/BANGSA /SUKU /MARGA/JENIS Ca n ga r Ar b or et u m C uba n T alu n Kole ksi MZ B L atifi an a, 20 12 AMFIBI BUFONIDAE Duttaphrynus melanostictus y y MEGOPHRYIDAE Leptobrachium hasselti y y Megophrys montana y RANIDAE Huia masonii y y y Hylarana hosii y Hylarana rufipes y RHACOPHORIDAE Philautus aurifasciatus y y Polypedates leucomystax y y REPTIL AGAMIDAE Bronchocela cristatella y Bronchocela jubata y Gonocephalus kuhlii y GEKKONIDAE Cyrtodactylus marmoratus y SCINCIDAE Eutropis multifasciata y y COLUBRIDAE Calamaria linnaei y Calamaria schlegeli y y Oligodon bitorquatus y Elapoidis fusca y y PAREATIDAE Pareas carinatus y y VIPERIDAE Trimeresurus puniceus y Keterangan : Y : ada

Dari sebanyak 20 jenis herpetofauna yang terdapat di wilayah Sumber Brantas, dua jenis termasuk endemik Jawa, yaitu katak Megophrys

montana dan Huia masonii. Jenis herpetofauna

pegunungan di wilayah Jawa Timur yang telah diungkapkan sebelumnya (De Rooij, 1915; 1917; Iskandar, 1998) jika dibandingkan dengan yang terdapat di wilayah Sumber Brantas ini baru mewakili 32 %. Selanjutnya (Hodges, 1993) dalam publikasinya masih mendapatkan jenis ular yang telah diungkapkan sebelumnya bahkan 12 jenis catatan baru mengenai daerah sebaran ular di Jawa

Timur, sehingga masih banyak informasi yang perlu digali di kawasan Wisata Sumber Brantas ini mengenai keragaman herpetofaunanya. Selain itu status beberapa jenis katak di kawasan pegunungan seperti Tengger dan Wilis yang telah terungkap hampir seratus tahun perlu dievaluasi kembali keberadaannya terutama dengan banyaknya perubahan habitat karena kerusakan maupun pengalihan penggunaan lahan.

Jenis dan Perikehidupan 5) Kelas Amphibia

Kelompok Amfibi, sebagian besar anggotanya di Indonesia adalah kelompok bangsa Anura (katak) dan sangat sedikit anggota bangsa Gymnophiona yang berbentuk serupa cacing. Kelompok amfibi pada umumnya aktif pada malam hari. Hidup pada berbagai tipe habitat yang lembab dengan jenis pakan yang bervariasi dari invertebrata sampai vertebrata sesuai dengan habitat masing-masing jenis.

Suku Bufonidae

Hanya dijumpai 1 jenis, yaitu Duttaphrynus

melanostictus merupakan jenis yang tersebar luas

dari India, Cina Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Jenis ini dikenal dengan nama Kodok Buduk atau Bangkong, di Indonesia tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (introduksi) yang dapat dijumpai pada dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 m dpl. Kodok ini memiliki permukaan kulit kasar berbinti-bintil dengan panjang badan mencapai 80 cm. Pada kepala terdapat alur supraorbital dan supratimpanik menyambung. Jari kaki belakang dengan selaput renang setengah. Badan berwarna coklat kemerahan atau kekuningan dengan bintil-bintil warna gelap. Telurnya berjumlah ratusan berbentuk untaian berlendir seringkali ditemukan di kolam maupun genangan air.

Suku Megophryidae

Katak dari suku ini hidup di antara serasah dedaunan di bawah pepohonan terutama di daerah pegunungan. Warna badannya coklat menyaru dengan tempat hidupnya. Kakinya relatif pendek dan sangat lambat bergerak. Di kawasan ini dijumpai dua jenis yaitu Leptobrachium hasselti, memiliki kepala besar yang lebih besar dari badannya. Matanya cenderung besar dan melotot. Ujung jari membulat. Panjang badannya mencapai 7 cm. Daerah sebarannya Jawa, Bali, Madura dan Kangean. Jenis yang satunya adalah Megophrys

montana memiliki kepala dan badan kekar dengan

ujung moncong meruncing serta mata dengan perpanjangan kulit menyerupai tanduk. Panjang badannya mencapai 9 cm. Daerah sebarannya hanya diketahui dari Jawa. Beberapa jenis dari marga ini tersebar di Sumatera dan Kalimantan.

Suku Ranidae

Di kawasan penelitian dari suku ini hanya diwakili oleh 3 jenis katak ramping berukuran

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 - ISBN: 978-979-028-573-6

sedang sekitar 60 cm yang dapat dijumpai di sekitar aliran sungai. Huia masonii badannya berwarna coklat kadangkala dengan bintik coklat di bagian punggung dengan sisi kepala berwarna hitam di sekeliling timpanumnya. Kakinya belakang sangat panjang dengan ujung jari menyerupai cakram.

Hylarana hosii berwarna hijau zaitun sampai hijau

kecoklatan. Jari kakinya belakang dengan selaput penuh sampai dasar cakramnya. Katak H. rufipes sebelumnya diketahui sebagai H. chalconota tetapi dengan bagian paha berwarna kemerahan yang pertama kali dideskripsi berdasarkan spesimen dari Sumatera Barat (Inger et al., 2009)

Suku Rhacophoridae

Kelompok suku katak pohon ini yang dijumpai adalah Philautus aurifasciatus dan Polypedates

leucomystax. Katak yang pertama berukuran kecil

dengan warna kehijauan, kecoklatan dan kadangkala ungu kehitaman dengan kerutan dibagian tengah membentuk jam pasir.Kepalanya besar dengan moncong pendek dan mancung. Jari kaki-kakinya lebar berujung lebar serupa cakram dan berselaput setengahnya pada kaki belakang, pada kaki depan hanya pada bagian dasarnya. Daerah sebarannya Asia tenggara, di Indonesia tersebar di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Katak ini bertelur dalam lubang tanah berbungkus lendir sebanyak sekitar 12 butir dan akan menetas sekitar satu minggu. Katak muda biasanya hidup dalam semak dan yang dewasa seringkali dijumpai di atas tumbuhan semak. Katak pohon bergaris P. leucomystax berwarna coklat dan tidak selalu memiliki garis-garis gelap pada punggungnya tetapi dengan bercak tidak beraturan. Daerah sebarannya sangat luas dari India, Cina selatan, Indo-cina dan Asia tenggara. Di Indonesia tersebar di Jawa, Bali, Sumatera dan Nusa Tenggara. Jenis ini yang sebelumnya terdapat di Sulawesi telah menjadi jenis tersendiri yaitu P. iskandari (Riyanto

et al., 2011). Katak pohon ini dapat ditemukan di antara tumbuhan di sekitar genangan air di hutan sekunder dan seringkali mendekati hunian manusia. Mangsanya berbagai jenis serangga. Perkembangbiakan dengan cara bertelur dalam busa yang dikeluarkan dan diletakkan di pepohonan yang di bawahnya terdapat kolam atau genangan air, yang akan menjadi tempat berkembangnya pada fase berudu.

6) Kelas Reptilia

Bangsa Lacertilia

Kelompok bangsa kadal yang dijumpai adalah sebagai berikut:

Suku Agamidae:

Kelompok bunglon yang dijumpai di wilayah penelitian ini adalah tiga jenis dan dapat dijumpai pada malam hari tidur di ranting pepohonan maupun semak. Bunglon Bronchocela cristatella, panjang badan mencapai 13 cm dengan panjang ekor sekitar tiga kali badannya. Memiliki sisik semacam sirip di tengkuk. Punggung berwarna hijau kadangkala dengan bercak atau garis warna putih atau biru dan dapat berubah menjadi coklat. Daerah sebarannya

cukup luas dari Asia Tenggara kep. Nicobar, Filipina. Di Indonesia sebarannya mulai Summatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Bertelur 1-4 berbentuk elips dengan kedua ujung runcing. Mangsanya serangga. Bunglon B.

jubata,.badannya lebih kekar dengan ekor yang

sangat panjang dan memiliki sisik seperti sirip di bagian tengkuk dan tengah punggung, berwarna hijau dan dapat berubah menjadi coklat atau hitam. Daerah sebarannya Jawa, Bali, dan Sumatera. Telurnya memiliki bentuk yang sama dengan

B.cristatella tetapi biasanya hanya berjumlah 2

butir. Sedangkan Gonocephalus kuhli biasanya hanya terdapat di daerah pegunungan, panjang badannya mencapai 10 cm dengan panjang ekor 1,5 kali panjang badannya. Bertelur sampai 4 butir, berbentuk bulat panjang. Daerah Sebarannya Jawa dan Sumatera.

Suku Gekkonidae

Dari suku cecak hanya dijumpai cecak hutan

Cyrtodactylus marmoratus (gb.2) terutama pada

malam hari di pepohonan atau tanah dekat aliran air. Panjang badannya mencapai 60 cm warna kuning pucat dengan bercak gelap melintang, jari kakinya langsing.

Gambar 2. Cyrtodactylus marmoratus Suku Scincidae

Dari suku ini hanya dijumpai satu jenis kadal kebun Eutropis multifasciata yang sangat umum dan dapat dijumpai pada pagi dan siang hari. Hidup di semak dan rumput di hutan sekunder dan kebun. Mangsanya berupa serangga dan invertebrata lainnya. Bersifat ovovivipar. Daerah sebarannya sangat luas meliputi India, Cina selatan, Asia Tenggara. Di Indonesia sebarannya di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (introduksi)

Bangsa Serpentes Suku Colubridae

Dari suku ini tercatat 4 jenis ular semuanya berukuran kecil dan tidak berbisa. Dua jenis marga

Calamaria, yaitu Calamaria linnaei dengan daerah

sebaran Jawa dan Bangka, dan Calamaria schlegelii

cuvieri dengan daerah sebaran Jawa dan Bali. Anak

jenis lainnya C.s. schlegeli dengan sebaran Sumatera, Kalimantan, Bangka, Belitung, Singapura, Malaysia dan Thailand. Hidup di di semak tanaman perdu dan keluar ke jalan setapak di malam hari dan tidak banyak diketahui perikehidupannya.

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 - ISBN: 978-979-028-573-6

Elapoidis fusca (gb.1), ular kecil berwarna

coklat gelap dan kadangkala dengan bintik-bintik warna merah dengan panjang total mencapai 50 cm lebih. Daerah sebaran Jawa, Sumatera dan Sabah, sedangkan keberadanya di Kalimantan masih perlu dibuktikan (Vogel & Kohler, 1996) Ular ini belum banyak diketahui perikehidupannya. Dari pengamatan spesimen MZB diketahui bahwa ular ini dapat bertelur lebih dai sekali dalam satu tahun dengan jumlah telur 3 – 8 butir berbentuk elips dan induk betina dengan panjang 33 cm sudah dewasa.

Gambar 1. Elapoidis fusca Suku Pareatidae

Pareas carinatus memiliki daerah sebaran

Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos dan Cina. Di Indonesia tersebar di Jawa, Bali, Lombok, Sumatera dan Kalimantan. Badannya berwarna coklar dengan garis- garis melintang terputus berwarna gelap. Hidup di rerumputan dan semak. Umumnya memangsa siput dan siput telanjang tetapi ular pada marga yang sama diketahui memangsa mencit serangga (Tweedie, 1983). Panjang badannya dapat mencapai 60 cm dan ular betina dengan panjang 46 cm, di dalam perutnya mengandung telur berjumlah 7 butir.

KESIMPULAN

Di Kawasan Wisata Sumber Brantas, Kota Batu, Malang terungkap sebanyak 20 jeni Herpetofauna, 9 jenis terdapat di kawasan Cangar Tahura Suryo, 2 jenis di kawasan Arboretum dan 11 jenis di kawasan Cuban Talun.

UCAPANTERIMAKASIH

Kegiatan ini didanai oleh Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI tahun 2010.

DAFTARPUSTAKA

[74] De Rooij, N. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archioelago. I. Lacertilia,

[75] Chelonia, Emydosauria. EJ. Brill Ltd. Leiden 384.

[76] De Rooij, N. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archioelago. II. Serpentes.

[77] EJ. Brill Ltd. Leiden. 334

[78] Hodges, R. 1993. Snakes of Java with Special Reference to East Java Province.

[79] British Herpetological Society Bulletin 43: 15-32

[80] Inger, R F., B L. Stuart &D T.Iskandar. 2009. Systematics of a widespread Southeast Asian frog, Rana chalconota (Amphibia: Anura: Ranidae). Zoological Journal of the Linnean

Society 155 : 123–147.

[81] Iskandar, D. T. 1998. The Amphibians of Java

and Bali. Research and Development Centre

for Biology-LIPI-GEF-Biodiversity Collection Project. Bogor. 117 pp.

[82] Iskandar, D.T. & E. Colijn. 2000. Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna. I. Amphibians. Treubia 31 (3): 1-133.

[83] Iskandar, D.T. & E. Colijn. 2002. A Checklist of Southeast Asian and New Guinean Reptiles. Part I. Serpentes. Binamitra Jakarta. 195. [84] Kurniati, H. 2003. Amphibians & Reptiles of

Gunung Halimun National Park, West Java,Indonesia (frogs, lizards and snakes). RC

for Biology- LIPI and Nagao-NEF.134

[85] Kusrini,M.D, A. Fitri, W. Endarwin & M. Yazid, 2007. The Amphibians of Mount Gede Pangrango and Mount Salak, Indonesia. Froglog. Newsletter of the IUCN/SSG Amphibians Specialist Group (ASG)

[86] Latifiana, K. 2012. Herpetofauna Tahura R. Soeryo. Biodiversitas Indonesia 2 (2): 54 – 61 [87] Lim, D.S.S. 1971. The Frogs and Toads of

Tjibodas National Park Mt.Gede, Java, Indonesia. The Philippine Journal of Science 100 (2) :130- 162.

[88] Mumpuni. 2001. Keanekaragaman Herpetofauna di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Berita Biologi (Edisi khusus Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun) 5 (6) : 711- 720.

[89] Mumpuni, 2012. Herpetofauna di Kawasan Resort Kawah Ratu, Kaki Gunung Salak, Jawa Barat. Disampaikan pada Seminar Nasional Biodiversitas. Surakarta, 10 November 2012. KS Biodiversitas Jurusan Biologi FMIPA UNS [90] Mumpuni, 2012. Keragaman Amfibi dan

Catatan Baru Katak di Kawasan Wisata Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Disampaikan pada Seminar Nasional Taksonomi Fauna IV dan Konggres Masyarakat Zoologi Indonesia I di Purwokerto, 7-8 Nopember 2012. Kerjasama Unsoed-LIPI-MTFI dan MZI

[91] Nazar, L. 2011. Amfibi Gunung Ungaran, Sebuah Berkah dari si Kecil Jacobsoni. http://www.fobi.web.id/2011/08

[92] Riyanto, A. , M.D. Kusrini, M.I. Lubis & B. Darmawan, 2009. Prelimenari comparison of File-eared Tree Frogs, Polypedates otilophus (Boulenger, 1893) (Anura : Rhacophoridae) from Java and Other Sundaic Islands, Indonesia. Russian Journal of Herpetology 16(3) : 217 - 220

[93] Riyanto, A. 2010. Komunitas Herpetofauna dan Potensi bagi Sektor Ekowisata pada Kawasan Ketenger –Baturaden di Selatan Kaki Gunung Slamet, Jawa Tengah . Biosfera 27(2) : 60-67

[94] Riyanto, A. & W. Trilaksono, 2012. Komunitas Herpetofauna di Lereng Timur Gunung Slamet, Jawa Tengah. Dalam Maryanto I., M. Noerdjito dan T.Partomiharjo. Ekologi Gunung Slamet : Ekologi, Klimatologi, Biodversitas dan Dinamika Sosial. Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan Universitas Jenderal Sudirman. 151-160

[95] Tweedie, M.W.F. 1983. The Snakes of Malaya. Singapore National Printers, Singapore. 167 [96] Vogel, G& G. Kohler.1996. Notes of the

Occurrence of Elapoidis fusca on Borneo (Reptilia : Serpentes : Colubridae). Senckenbergiana Biologica 7 (1/2): 61-63

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013- ISBN: 978-979-028-573-6

Pengolahan Sampah Organik oleh Warga Sekitar Pasar

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 127-131)

Dokumen terkait