• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUBONDO, JAWA TIMUR RINE NOVIYANTI

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 185-192)

Jurusan Biologi-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu dan kualitas air pada suatu perairan juga menentukna organism maupun biota-biota laut yanga ada didalamnya oleh karena itu jika kondisi air laut pencemar maka akan membahayakan kehidupan dari biota laut tersebut. Plankton merupakan salah satu biota laut yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas air. Pantai Bama adalah salah satu bentuk pantai yang berpasir dan berbatu. Tujuan penelitan ini untuk mengetahui komunitas plankton dan kualitas perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo, Jawa Timur. Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode observasi dengan cara mengambil sampel plankton didaerah tepi, tengah dan dalam dengan waktu yang berbeda yaitu pagi, siang dan malam di Pantai Bama TN Baluran, pada tanggal 1 Desember 2012 untuk pengambilan sampel sedangkan untuk tanggal 3-7 Desember 2012 untuk pengamatan plankton di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi-FMIPA. komunitas plankton mempengaruhi kondisi perairan pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo yang dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisika. kualitas perairan Bama Taman Nasional Baluran termasuk kategori perairan tercemar sedang dilihat dengan indeks keanekaraman plankton di perairan Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo mencapai nilai 3.688581588 pada pagi hari, 3.635761374 pada siang hari, dan 4.009063547 pada malam hari pada antara 2,302 < (H) 6,907 sehingga keanekaragaman sedang dan stabilitas plankton dalam kondisi sedang.

Kata kunci : Plankton, Kualitas Perairan, Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo

PENDAHULUAN

Taman Nasional Baluran memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi baik flora dan fauna dan Taman Nasinal Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi. TN Baluran pada bulan November-April merupakan

musim hujan sedangkan pada bulan April-Oktober merupakan musim kemarau, untuk bulan Desember-Januari curah hujan tertinggi. Namun secara factual perkiraan tersebut sering berubah karena dipengaruhi oleh kondisi global. Salah satu pantai di TN Baluran adalah pantai Bama. Pantai Bama dikelilingi oleh hutan mangrove (Balai Taman Nasional Baluran,2007). Pantai Bama adalah salah satu bentuk pantai yang berpasir dan berbatu. Pantai ini memiliki struktur pasir yang halus. Faktor lingkungan yang dominan beraksi pada pantai pasir adalah gerakan ombak yang membentuk substrat yang tidak stabil dan terus menerus bergerak (Nybaken, 1992).

Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu dan kualitas air pada suatu perairan juga menentukna organism maupun biota-biota laut yanga ada didalamnya oleh karena itu jika kondisi air laut pencemar maka akan membahayakan kehidupan dari biota laut tersebut. Plankton merupakan salah satu biota laut yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas air.

Plakton adalah tumbuhan atau hewan yang hidup melayang atau mengambang dalam air, ada yang tidak mempunyai kemampuan berenang dan ada pula yang mempunyai kemampuan berenang dan ada pula yang mempunyai kemampuan renang tetapi sangat terbatas hingga selalu terhayut oleh arus (Nontji,2008). Plankton secara fungsionil terdiri dari fitoplankton sebagai tumbuh-tumbuhan dan zooplankton hidup sebagai hewan dan termasuk hewan perenang aktif yang dapat mengadakan migrasi vertikal tetapi kekuatan berenang mereka sangat kecil dibandingkan kekuatan arus laut itu sendiri, bakterioplankton dan virioplankton. Plankton peranan sangat penting untuk ekosistem laut, karena plankton menjadi makanan berbagai jenis hewan lainnya. Keanekaragaman menggambarkan struktur komunitas organisme suatu perairan dan keanekaragaman plankton akan berkurang bila suatu komunitas didominasi oleh sejumlah kecil spesies hal ini terjadi dikarenakan salah satu spesies mampu berkembangbiak dengan cepat. Agar dapat mengetahui struktur komunitas organisme suatu perairan dan keseimbangan komunitas perairan maka harus diketahui plankton yang terdapat

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

disuatu perairan, menentukan indeks keanekaragaman plankton, menentukan indeks keseragaman plankton dan menentukan indeks dominansi plankton. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas plankton adalah suhu, oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO2), salinitas dan pH (derajat keasaman).Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui komunitas plankton dan kualitas perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo, Jawa Timur.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode observasi dengan cara mengambil sampel plankton didaerah tepi, tengah dan dalam dengan waktu yang berbeda yaitu pagi, siang dan malam di Pantai Bama TN Baluran, pada tanggal 1 Desember 2012 untuk pengambilan sampel sedangkan untuk tanggal 3-7 Desember 2012 untuk pengamatan plankton di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi-FMIPA.

Objek penelitian yaitu plankton di Pantai Bama TN Baluran. Sebelumnya pengambilan sampel menentukan titik pengambilan sampel dengan ketentuan tepi, tengah dan dalam (5 m dari pantai, 10 m dari pantai dan 15 m dari pantai), mengambil sampel plankton dengan mengisi ember

sebanyak 150 liter air laut di tiga titik berbeda dengan menggunakan plankton net, air yang berada di dasar plankton net lalu dipindahkan ke botol vial, lalu ditambahkan satu tetes formalin menggukan spet dan member label pada botol vial berdasarkan kedalaman diambilnya sampel, dan mengulang langkah yang sama pada waktu siang dan malam. Pengambilan sampel selesai dan diamati di Laboratorium Ekologi. Di Laboratorium mengidentifikasi plankton dengan menuang sampel air dalam botol ke dalam sedwick rafter volume 1 ml, menutup dengan kaca benda dan meletakkan pada meja benda mikroskop. Melakukan sebanyak 5 kali dan hasilnya dikalikan 3 karena volume botol plankton 15 ml, kemudian mengidentifikasi plankton sampai tingkat genus. (Racmadiarti,2012). Pada penelitian ini alat dan bahan yang digunakan adalah ember, botol vial, spet, plankton net, mikroskop, formalin dan buku identifikasi plankton.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian mengenai komunitas plankton dan kualitas perairan pantai Bama, TN Baluran, Situbondo dengan perbedaan waktu yang berbeda yaitu pagi, siang dan malam.

Gambar 1. Grafik keanekaragaman plankton di perairan pantai Bama Taman Nasional Baluran pada pagi hari

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

Gambar 2. Grafik hubungan komunitas zooplankton dan fitoplankton pada pagi hari di

pantai Bama

Taman Nasional Baluran Berdasarkan data pengamatan plankton (Lampiran Tabel 1.) diketahui pada ditemukan 78 genus dengan 53 genus fitoplankton dan 25 genus zooplankton. Genus yang paling banyak ditemukan

adalah Arachnochloris dengan jumlah 489 dan termasuk dalam jenis fitoplankton. Fitoplankton yang paling sedikit adalah genus Scytonema berjumlah 3 yang termasuk dalam jenis fitoplankton. Pada pagi hari jumlah fitoplankton lebih mendominasi daripada zooplankton dengan prosentase fitoplankton 68% sedangkan zooplankton 32%.

Gambar 3. Grafik keanekaragaman plankton di perairan pantai Bama Taman Nasional Baluran pada

siang hari

Gambar 4. Grafik hubungan komunitas zooplankton dan fitoplankton pada siang hari di

pantai Bama Taman Nasional Baluran Berdasarkan data pengamatan plankton (Lampiran Tabel 2.) diketahui pada ditemukan 117 genus dengan 93 genus fitoplankton dan 24 genus zooplankton. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Uronema dengan jumlah 684 dan termasuk dalam jenis fitoplankton dan untuk fitoplankton yang paling sedikit adalah genus Vaucheria,

Ulothrix, Thiotrix, Surirella, Tetradinium, Diatomae, Sphaerozosma, Roicosphenia, Ratidionema, Pleurodiscus, Nitella, Hyrodictyon, Euglenamorpha, Cladophora, Clorotylium, Chaetophora, Calcothrix, Caloneis, Bitrchia, Anomoenesis, Actinobolina dan jenis zooplankton Coccomyxa, Euchaeta, Forma, Gymnozyga, Lutheria, Octmana, Rotifera, dan Strongylostoma

berjumlah 3. Pada siang hari jumlah fitoplankton lebih mendominasi daripada zooplankton dengan prosentase fitoplankton 79% sedangkan zooplankton 21%.

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

Gambar 5. Grafik keanekaragaman plankton di perairan pantai Bama Taman Nasional Baluran pada

malam hari

Gambar 6. Grafik hubungan komunitas zooplankton dan fitoplankton pada malam hari di pantai Bama

Taman Nasional Baluran

Berdasarkan data pengamatan plankton (Lampiran Tabel 2.) diketahui pada ditemukan 92 genus dengan 73 genus fitoplankton dan 19 genus zooplankton. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Diatomae dengan jumlah 261 dan termasuk

dalam jenis fitoplankton dan untuk fitoplankton yang paling sedikit adalah genus Biddulphia,

Dinoflagellata, Hapalosiphon, Hildenbrandia, Macrochloris, Microspora, Noctiluca, Oedogonium, Stauroneis dan jenis zooplankton Clupeaharengus, Tentaculifera berjumlah 3. Pada

siang hari jumlah fitoplankton lebih mendominasi daripada zooplankton dengan prosentase fitoplankton 79% sedangkan zooplankton 21%.

Gambar 7. Grafik prosentase jumlah genus plankton yang ditemukan diketiga waktu yang berbeda

Berdasarkan data yang terlampir Tabel.4 jumlah plankon paling banyak ditemukan pada

waktu siang hari dengan jumlah 117 genus dengan 93 genus fitoplankton dan 24 genus zooplankton dengan prosentase 41 %, untuk plankton yang ditemukan pada malam hari berjumlah 92 genus dengan 73 genus fitoplankton dan 19 zooplankton dengan prosentase 32 % sedangkan pada waktu pagi hari ditemukan plankton yang paling sedikit dengan 78 genus 53 fitoplankton dan 25 zooplankton dengan prosentase 27 %.

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

Gambar 8. Grafik sebaran plankton di ketiga waktu yang berbeda

Jumlah genus yang ditemukan diketiga waktu yang berbeda berjumlah 288 genus, dan genus dari plankton yang ditemukan diketiga waktu berjumlah 11 genus dengan prosentase 4 %, genusnya ialah Anguillospora, Beggiatoa,

Chlorogibba, Diatomae , Euglena, Geniochloris, Lepthotrix, Oedogonium, Oscillatoria, Sphaeroplea, dan Uronema. Genus dari plankton

yang tidak ditemukan pada ketiga waktu berjumlah 277 dengan prosentase 96 %.

Berdasarkan Shannon dan Wiener (1963) dalam Odum 1994 kualitas perairan Bama Taman Nasional Baluran termasuk kategori perairan tercemar sedang dilihat dari (lampiran, Tabel 1,2, dan 3 ) dengan indeks keanekaraman plankton di perairan Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo mencapai nilai 3.688581588 pada pagi hari, 3.635761374 pada siang hari, dan 4.009063547pada malam hari pada antara 2,302 < (H) 6,907 sehingga keanekaragaman sedang dan stabilitas plankton dalam kondisi sedang. Perairan tercemar ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu tumpahan minyak, limbah buangan dari pabrik, dan hidrokarbon yang jatuh dari atmosfir misalnya asap pabrik, asap kapal laut, asap pesawat udara. Kualitas air dapat ditinjau dari ketiga faktor yaitu kimia, fisika dan biologi. Pada faktor kimia dan fisika merupakan faktor pembatas bagi faktor biologi yaitu plankton untuk dapat bertahan hidup. Plankton dapat digunakan sebagai bioindikator perairan yang tercemar. Faktor kimia ditinjau dari oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO2), BOD. Pada oksigen terlarut pada penelitian ini dengan waktu yang berbeda pagi, siang dan malam ialah 1,67 mg/l, 2,15 mg/l dan 1,7. Oksigen terlarut tertinggi pada waktu siang hari dikarenakan terjadi proses fotosintesis pada fitoplankton. Kisaran toleransi plankton terhadap oksigen terlarut berbeda-beda. Sedangkan kadar karbondioksidanya dengan waktu yang berbeda-beda ialah 12,85 mg/l, 4,22 mg/l dan 6,17 mg/l. Karbondioksida bergabung secara kimiawi dengan air membentuk asam karbonat yang mempengaruhi pH air. Dalam air yang asam dengan pH rendah, CO2 diubah menjadi bentuk bebas. Pada pH yang mendekati netral hampir semua CO2 sebagai karbonat dan dengan bertambahnya ion-ion bikarbonat dan karbonat menyebabkan air cenderung bersifat basa dan menahan perubahan ion hidrogen, sehingga menyebabkan fluktuasi pH yang minimum dalam sistem perairan. Disamping itu dalam sistem air banyaknya CO2 mempengaruhi kecepatan metabolisme dan pertumbuhan, orientasi maupun pergerakan beberapa hewan air, zooplankton dan invertebrata yang lain (Boy, 1988 dalam Purwandari, 2005). Nilai BOD dengan ketiga waktu yang berbeda ialah 1,83 mg/l, 0,26 mg/l, 1,95 mg/l.

Kebutuhan BOD yang merupakan gambaran secara tidak langsung kadar bahan organik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2000). Dengan kata lain BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob dalam 300ml contoh air dalam botol tertutup yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 derajat celcius selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya. Hal ini berarti bahwa rendahnya nilai BOD menunjukkan sedikitnya jumlah bahan organik yang dioksidasi dan semakin bersihnya perairan dari pencemaran limbah organik. Dari ketiga waktu yang berbeda BOD paling tinggi pada malam hari 1,95 mg/l hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi BOD tinggi daripada waktu pagi dan siang. Konsentrasi BOD yang tinggi menunjukkan bahwa oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat-zat organik lebih banyak dan juga menunjukkan bahwa perairan tercemar oleh bahan organik. Nilai pH air kurang dari 5,0 atau lebih besar dari 9,0 maka perairan itu sudah tercemar berat, sehingga kehidupan biota air akan terganggu. Perubahan keasaman air, baik kearah asam (pH menurun) atau kearah alkalis (pH meningkat), perlu di cermati sehingga ekosistem perairan itu tidak terganggu. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 - 8,5. Nilai pH sangat mempengruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. pH dengan waktu yang berbeda 7,91, 7,68 dan 7,48 kondisi ini sangat cocok untuk organism laut karena batas toleransi sekitar 7-8,5.

Faktor fisika ditinjau dari suhu, arus dan kecerahan. Suhu menurut Dharmawan, dkk (2004) dibandingkan dengan lingkungan daratan, lingkungan perairan mempunyai fluktuasi suhu yang relatif sempit. Oleh sebab itu air dapat menjadi penutup permukaan bumi yang mempunyai peran peredam panas dari pancaran matahari. Kisaran toleransi hewan-hewan akuatik pada umumnya relatif sempit dibandingkan dengan hewan-hewan daratan. Suhu perairan dapat bervariasi tergantung pada faktor adanya pencemaran pembuangan air limbah dan dapat menyebabkan kenaikan suhu perairan sehingga mengganggu kehidupan air (Odum, 1993). Suhu pada permukaan laut sangat bervariasi, pada laut terbuka di daerah tropis sebesar 300 C atau lebih dan pada daerah panatai mencapai 400 C. Suhu mempunyai kisaran luas, baik secara harian maupun musiman. Kisaran ini dapat melebihi batas toleransi organisme laut. Suhu juga mempunyai pengaruh tidak langsung, yaitu organisme laut dapat mati karena kekurangan air yang dipercepat dengan meningkatnya suhu (Nybaken, 1992). Suhu pada tiga waktu yang berbeda ialah 25,7 , 34,23

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

, 31,87 . Di perairan samudera, salinitas biasanya 30‰ - 36‰. Rentangan salinitas yang cocok untuk organisme-organisme seperti fitoplankton tidak boleh terlalu keras, yaitu sekitar 25‰ – 34 ‰. Dalam artian perubahannya tidak terlalu drastis, karena bila terjadi penurunan salinitas yang melewati batas toleransi maka organisme yang berada pada daerah itu akan mati (Nybaken, 1992). Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal melalui dua cara. Pertama, jika pada saat air surut terjadi hujan maka daerah ini akan dibanjiri oleh air tawar sehingga salinitas akan turun yang jika sampai melewati batas toleran dapat membunuh organisme yang ada. Kedua, jika pada saat air surut cuaca sangat panas maka akan terjadi evaporasi yang dapat meningkatkan salinitas. Di daerah tropis, peningkatan salinitas bisa mencapai tingkat yang cukup dramatis (Nybaken 1992). Salinitas yang ada pada ketiga waktu yang berbeda 4,51 0/00, 4,62 0/00 dan 4,57 0/00. Semakin tinggi salinitas akan mengakibatkan peristiwa plasmolisis pada sel karena kadar garamnya yang terlalu tinggi. Kecerahan atau penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan akan mempengaruhi produktifitas primer. Kedalaman penetrasi cahaya matahari kedalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat kekeruhan perairan, sudut datang cahaya matahari dan intensitas cahaya matahari. Pada batas akhir cahaya matahari mampu menembus perairan disebut sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada lapisan air dimana cahaya matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi dan respirasi berada dalam keseimbangan. Bagi organisme perairan, intensitas cahaya matahari yang masuk berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme pada habitatnya. Beberapa jenis larva serangga akan melakukan gerakan lokomotif sebagai bentuk reaksi terhadap menurunnya intensitas cahaya matahari. Larva ini akan keluar dari persembunyiannya yang terdapat pada bagian bawah bebatuan di dasar perairan menuju ke bagian atas bebatuan untuk mencari makan. Kecerahan dengan tiga waktu yang berbeda 4,35, 7,28, 2,93.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, keanekaragaman plankton dari waktu yang berbeda waktu pagi, siang dan malam prosentase fitoplankton lebih tinggi dibandingkan dengan zooplankton. Hal ini karena Fitoplankton merupakan komponen autotrof plankton (organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan matahari dan senyawa kimia) dalam sutu perairan. Fitoplankton memiliki peran sebagai produsen tingkat pertama dalam rantai makanan di ekosistem perairan. Fitoplankton sebagai makanan bagi organisme perairan lainnya, di antaranya adalah zooplankton

dan ikan. Sehingga transfer energi dari produsen ke konsumen dapat seimbang dan teratur. Sedangkan peran dari zooplankton juga sangat penting bagi ekosistem perairan karena merupakan herbivor I primer dalam laut.

Prosentase malam prosentase fitoplankton lebih tinggi dibandingkan dengan zooplankton juga dipengaruhi oleh adanya distribusi vertikal plankton pada lapisan perairan bagian dalam, fitoplankton lebih jarang dijumpai dibandingkan pada bagian permukaan. Penyebab utama terjadinya distribusi seperti ini, terutama karena fitoplankton perlu cahaya dengan intensitas tertentu untuk melakukan fotosintesis. Kemampuan plankton untuk tetap berada pada suatu kedalaman tertentu dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk tubuhnya. Ada pengurangan berat tubuh yang disebabkan oleh pengurangan berat skeleton atau cangkok, adanya bahan seperti gelatin dan pemeliharaan keseimbangan tekanan osmotik dengan aari laut oleh ion-ion yang ringan seperti sulfat merupakan bentuk adaptasi plankton untuk mempertahankan dirinya pada kedalaman tertentu (Bougis, 1976). Perubahan suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan plankton, terutama fitoplankton. Perubahan suhu yang drastis juga dapat menyebabkan kematian mendadak pada biota perairan. Kenaikan suhu perairan akan menyebabkan laju respirasi biota semakin tinggi, sehingga dibutuhkan O2 yang lebih banyak. Jadi jelas akan mempengaruhi kadar O2 terlarut dalam perairan.

Sebaran plankton diketiga waktu berbeda-beda disebabkan aktivitas plankton pada waktu siang hari lebih besar salah satunya untuk fitoplankton melakukan fotosintesis. Zooplankton paling banyak pada waktu pagi hari karena pada waktu siang zooplankton bermigrasi ke dasar perairan. Distribusi zooplankton dan fitoplankton tidak merata dikarenakan fitoplankton mengeluarkan bahan metabolik yang membuat zooplankton tertarik pada fitoplankton (Bougis,1976). Fitoplankton banyak ditemukan di bagian permukaan dan tengah. Hal ini karena fitoplankton merupakan organisme autotrof yang membutuhkan cahaya untuk melakukan proses fotosintesis pada siang hari. Sedangkan zooplankton lebih banyak ditemukan pada semua kedalaman air, karena mereka memiliki kemampuan untuk bergerak dan lebih suka beraktivitas pada malam hari, dan menjelang dini hari hingga datangnya cahaya. Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang hari, zooplankton bergerak lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya kemudian mempertahankan posisinya pada kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu. Sehingga jumlah jenis dan kepadatan dari zooplankton umumnya lebih rendah daripada fitoplankton

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keanekaragaman plankton adalah oksigen

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

terlarut (DO). DO merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak (Ramli,1980).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap keanekaragaman plankton adalah arus yang merupakan parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi organisme perairan serta meningkatkan terjadinya difusi oksigen dalam perairan. Kecepatan arus menunjukkan korelasi negatif dimana kelimpahan plankton menurun dengan meningkatnya kecepatan arus. Korelasi terbalik ini mungkin terjadi karena meningkatnya kecepatan arus, dapat mempertinggi peluang terangkutnya populasi fitoplankton dan zooplankton yang hidupnya melayang ke tempat lain. Sebaliknya pada kondisi perairan yang relatif tenang dimana kecepatan arus relatif rendah terlihat kelimpahan plankton relatif tinggi.

Penyebab keanekaragaman adalah adanya nutrien. Walaupun wilayah samudra tropik yang luas mempunyai cahaya yang berlimpah, mereka juga mengalami produksi primer kecil karena keberadaan nutrien seperti nitrat, phosphate dan silikat yang sedikit. Hal ini disebabkan karena sirkulasi dan stratifikasi dari kedalaman lautan. Pada daerah yang seperti itu, produksi primer biasanya ada pada daerah yang lebih dalam walaupun ada pada tingkatan yang lebih rendah (karena cahayanya berkurang).

Pada umumnya nitrogen diabsorbsi oleh fitoplankton dalam bentuk nitrat dan amonia (NH3-N). Fitoplankton lebih banyak menyerap amonia dibandingkan dengan nitrat karena lebih banyak dijumpai diperairan baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Senyawa-senyawa nitrogen ini sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air, pada saat kandungan oksigen rendah nitrogen berubah menjadi amoniak dan saat kandungan oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat. Mineral-mineral besi (hanya pada jumlah yang sesuai) menyebabkan ledakan bermacam-macam fitoplankton (walaupun tidak semua). Zat besi untuk fitoplankton perairan pada dasarnya berasal dari endapan debu-debu atmosfer pada permukaan air.

Berdasarkan penelitian tahun 2011 pada bulan Maret dengan indeks keanekaragaman pada pagi hari 4, siang hari 3,7164 dan malam hari 3.6301. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan kualitas perairan pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo yaitu tercemar sedang. SIMPULAN

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunitas plankton mempengaruhi kondisi

perairan pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo yang dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisika. kualitas perairan Bama Taman Nasional Baluran termasuk kategori perairan tercemar sedang dilihat dengan indeks keanekaraman plankton di perairan Pantai Bama Taman Nasional Baluran Situbondo mencapai nilai 3.688581588 pada pagi hari, 3.635761374 pada siang hari, dan 4.009063547pada malam hari pada antara 2,302 < (H) 6,907 sehingga keanekaragaman sedang dan stabilitas plankton dalam kondisi sedang. Kondisi

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 185-192)

Dokumen terkait