• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Endik Deni Nugroho

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 30-35)

Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang

Abstrak—Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas kandungan hara dengan pemberian variasi jenis kompos terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan meneliti pengaruh kualitas kandungan hara 9 variasi jenis pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini melalui tiga tahap yaitu pembuatan kompos dari subtrat murni, analisis kandungan hara kompos dan uji variabel tanaman dengan menggunakan RAL terdiri 10 taraf dari 3 jenis pupuk kompos Depo dan 6 jenis pupuk kompos buatan sendiri yang masing-masing ulangan 3 kali. Diketahui dari hasil penelitian kualitatif adanya perbedaan kandungan nutrisi dari 9 jenis kompos dan secara kuantitatif diketahui ada pengaruh kualitas kandungan hara jenis pupuk kompos dengan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) berpengaruh nyata apabila diuji secara simultan.

Kata kunci: kandungan hara, variasi pupuk kompos, pertumbuhan tinggi, tanaman jagung.

PENDAHULUAN

Sampah selalu menjadi persoalan di lingkungan masyarakat yang kurang memiliki perhatian terhadap kebersihan. Persoalan yang kemungkinan timbul adalah bau tidak sedap atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh timbunan sampah yang terlantar. Dalam kondisi apapun, sampah yang menumpuk dan terlantar sudah jelas menggangu pemandangan dan akan berdampak mencemari lingkungan sekitar. Walaupun begitu, sampah dapat di kompos atau di daur ulang, dan dapat di manfaatkan lagi untuk kebutuhan manusia. Sampah organik misalnya,yaitu sampah atau bekas buangan dari aktivitas makhluk hidup dari bahan-bahan alami, bukan buatan pabrik, bukan sintetik, dan lain-lain. Sampah organik ini dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang dapat bermanfaat di bidang pertanian.

Di bidang Pertanian alasan pemberian kompos pada tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah dari pada menyediakan unsur hara, walaupun unsur hara pada kompos sedikit jumlahnya. Cara terbaik memanfaatkan kompos dimana mengembalikan kompos kepada tanaman. Dengan cara ini saja tidak cukup untuk memberi nutrisi kepada tanaman, sehingga perlu input atau masukan berupa pupuk kimia atau kompos lebih banyak dengan memanfaatkan penggunaan aktivator

pengkomposan, kotoran hewan, sampah dapur, atau bahan-bahan organik lainnya.

Di masyarakat penggunaan kompos dibidang pertanian atau perkebunan sudah banyak diketahui. Dahulu, proses untuk membuat kompos memerlukan waktu yang lama. Namun, setelah di temukan teknik utuk mempermudah pembuatan kompos, kini prosesnya berjalan labih cepat. Dalam proses Pengkomposan dapat didefenisikan proses biologis yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah bahan organik seperti kotoran ternak, sampah dapur, daun, kertas dan sampah organik lainnya.

Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain: (1) mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsur hara secara lambat (slow

release) dan dalam jumlah terbatas; dan (3)

mempunyai fungsi utama memperbaiki, kesuburan dan kesehatan tanah, (Yuwono, Dipo 2007).

Proses pengkomposan semua bahan organik bisa menjadi kompos, tetapi terdapat banyak faktor yang mempengaruhi jenis kompos tergantung dalam pembuatan kompos dicampur berbagai macam bahan dasar,yang selama ini kita tidak tahu jenis bahan baku mana yang menghasilkan kualitas kompos yang baik dan mempunyai kadar kandungan hara yang baik bagi tanaman, apa dengan mencampurkan bahan baku dengan takaran yang tepat dan apa dengan penggunaan bioaktivator tertentu yang bisa meningkatkan kualitas kadar kandungan hara kompos dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dari permasalahan tersebut dapat di jawab dengan upaya penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kandungan hara pada variasi jenis pupuk kompos, serta mengetahui pengaruh kualitas kandungan hara pada variasi jenis pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung.

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Jenis penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pertumbuhan

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

tinggi tanaman, kandungan unsur hara kompos. Deskriptif kuantitatif untuk mendeskripsikan pengaruh kualitas kandungan hara jenis pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung.

Desain Penelitian

Keterangan:

Faktor jenis pupuk terdiri dari 9 taraf, yaitu : X1 = Pupuk kompos KSM Lestari Karang Rejo

X2 = Pupuk kompos Taman Industri Sampah, Boom Panjang

X3 = pupuk kompos Rumah Pemotongan Hewan K1 = Pupuk kompos limbah rumput

K2 = pupuk kompos limbah serasah daun K3 = pupuk kompos limbah daun singkong K4 = pupuk kompos limbah jagung K5 = Pupuk kompos limbah Kol/ kubis

K6 = Pupuk Kompos Campuran (limbah rumput, limbah serasah daun, limbah daun singkong, limbah jagung, limbah kol / kubis)

Faktor dosis Komposisi jenis pupuk atas :

X0 = Kontrol tanaman jagung tanpa pemberian pupuk S = Pemberian jenis pupuk kompos dengan dosis 10 %

Dengan demikian akan diperolah 30 kombinasi perlakuan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan KSM Lestari Karang Rejo, dan melakukan uji nutrisi di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Borneo dan berlangsung selama 3 bulan dimulai maret sampai mei.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman jagung (Zea mays). Sampel dalam penelitian ini adalah 10 perlakuan dengan masing-masing jenis pupuk dikombinasikan pemberian pupuk dengan perbandingan 1: 10 (10%) dengan 3 kali ulangan.

Prosedur Penelitian 1) Orientasi lapangan 2) Persiapan alat dan bahan

3) Pembuatan Subtrat kompos

Proses pembuatan subtrat kompos dari limbah organik diuraikan menjadi kompos oleh bakteri yang terdapat dalam starter kit. Caranya adalah sebagai berikut:

• Menyiapkan bahan sampah organik

• Limbah organik (pada masing-masing bahan baku limbah murni) dicacah sampai ukuran 2 cm sampai 5 cm

• Mencampurkan kompos yang sudah jadi sebagai mikroorganisme lokal (MOL) ditambah dengan serbuk gergaji apabila bahan sampah organik mengandung banyak air.

• Setelah dicampur, diaduk sampai merata dan tidak lupa menambahkan air agar bahan sampah organik tersebut sampai remah.

• Setelah siap, memasukkan ke keranjang/basket plastik.

• Menunggu kurang lebih 2 minggu kompos bisa digunakan

4) Pengukuran suhu

Pengamatan suhu dilakukan pada minggu pertama setiap hari guna mengetahui dinamika peningkatan suhu pada awal pengkomposan yang sangat berguna dalam menentukan waktu aktifitas pembalikan proses pengkomposan.

5) Pemanenan

Pemanenan dilakukan bilamana kompos telah matang. Kurang lebih 2 minggu dengan mencium baunya, apabila berbau sedap seperti bau tempe (khas bau tanah), warna kehitaman dan suhu menunjukan suhu ruangan sekitar 28-310C berarti pembuatan kompos berhasil.

6) Uji Variabel Tanaman

Pengujian variabel tanaman dilakukan dengan persiapan median tanam, perlakukan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, serta pengamatan.

7) Analisis Kandungan Hara

Dalam melakukan uji kandungan hara adalah Hara Makro (N, P, K dan C-organik). N dianalilis dengan metode Kjeldahl, Phosfor (% ) dengan spectronic, Kalium (%) dengan metode Bray I/AAS dan C-Organik dengan mengunakan metode Walkley dan Black.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas kompos dari aspek kandungan C-organik ditentukan dengan membandingkan hasil analisis dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebesar 9,8 – 32%. Diketahui dari 10 perlakuan hanya 2 perlakuan ( X0 dan X3) yang tidak memenuhi SNI, sedangkan 8 perlakuan yang lain diantaranya X1, X2, K1, K2, K3, K4, K5, dan K6 memenuhi SNI (Gambar 1).

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

Hasil analisis kandungan hara N dapat divisualisasikan pada gambar 2.

Berdasarkan grafik di atas kualitas kompos dari aspek kandungan N total ditentukan dengan membandingkan hasil analisis dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebesar kurang dari 0,4 %. Dari 10 perlakuan hanya 4 perlakuan ( X0, X1, K1 dan K5) yang tidak memenuhi SNI, sedangkan 6 perlakuan yang lain diantaranya X2, X3, K2, K3, K4, dan K6 memenuhi SNI. Taraf yang tertinggi yaitu pada jenis pupuk K2 berkisar 1,66%, terendah yaitu pada X0 (kontrol) berkisar 0,03%.

Hasil analisis kandungan hara P pada jenis kompos dari 10 taraf dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 3:

Diketahui dari 10 perlakuan semua memenuhi SNI. Dilihat dari kandungan hara P2O5 (Phosfor) pada 10 taraf yang tertinggi yaitu pada jenis pupuk K2 berkisar 29,55%, dan, sedangkan pada jenis pupuknya yang terendah nilai kandungan hara P2O5 (Phosfor) yaitu X2 berkisar 1,67%.

Hasil analisis kandungan hara kalium pada jenis kompos dari 10 taraf dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 4

Dilihat dari kandungan hara Kalium ( K2O) pada 10 taraf yang tertinggi yaitu pada jenis pupuk K2 berkisar 53,73%, dan, sedangkan pada jenis pupuknya yang terendah nilai kandungan hara Kalium ( K2O) yaitu X2 berkisar 8,06%.

Rata-rata pertambahan tinggi tanaman pada umur 3 minggu setelah tanam menunjukan bahwa pada jenis pupuk kompos limbah kol/kubis (K5) menunjukan rata-rata tinggi tanaman paling pendek dengan rata-rata 11,97 cm,

Jenis pupuk limbah daun singkong (K3) menunjukan pertumbuhan tanaman jagung paling panjang dengan rata-rata 41,57 cm. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel.1

Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman yang diamati mulai umur 1 minggu setelah tanam sampai 3 minggu setelah tanam, dapat dilihat pada grafik 1.

Dari grafik 1 terlihat bahwa pemberian jenis pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman jagung dengan parameter tinggi tanaman memberikan hasil yang selalau meningkat tiap minggunya. Pada pengukuran minggu ke 3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman paling tinggi yaitu jenis pupuk kompos pada limbah daun singkong (K3) merupakan jenis pupuk yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung dengan parameter tinggi tanaman.

Data yang dianalisis menggunakan analisis regresi menunjukan bahwa kualitas kandungan hara jenis kompos dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung dengan parameter tinggi tanaman yang ditunjukkan dengan nilai uji Hipotesa Koefisien Regresi α = 0,005 > Sig = 0,003, . Pengaruh kualitas kandungan hara pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung kurang lebih 45,5%, jadi hanya 45,5% kandungan hara meliputi N,P,K dan C-Organik, kurang lebih 54,5% di pengaruhi oleh kandungan hara lainnya dan faktor lainnya.

Menurut Yuwono, Dipo (2007), berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara yang diperlukan tanaman dibagi menjadi tiga golongan.

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

unsur hara yang diperlukan dibagi menjadi tiga golongan. Unsur hara makro primer, yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan Kalium (K). Unsur hara makro sekunder, yaitu unsur hara yang dibutuhkan alam jumlah kecil seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), Klor (Cl), Baron (B), dan Molibdenum (Mo).

Pada uji variabel koefisien yaitu uji serentak,diketahui bahwa koefisien regresi (ß) bermakna, maka selanjutnya akan diselidiki, koefisien regresi mana yang signifikan pada model. Terlihat pada tabel tidak semua koefisien regresi bermakna dalam model. Selain itu, dijumpai adanya hubungan yang erat antar variabel prediktor. Hanya ada 2 variabel yang memiliki koefisien regresi bermakna, yaitu K (kalium) dan P (P2O5 Bray). Seperti diketahui bahwa peranan N dan K saling melengkapi, menurut Lingga (2000) dalam Wahyu soil (2009), peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis, defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan

Menurut Argo Subekti Dkk (2008), secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daunpertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.

Menurut Nugroho Budi Siswanto (2006), tanaman malakukan anabolisme, yaitu reaksi proses penyusunan yang berlangsung didalam sel. Reaksi anabolisme antara lain fotosintesis. Pada dasarnya fotosintesis merupakan kebalikan dari proses respirasi. Respirasi bertujuan untuk memecah gula menjadi karbondioksida, air dan energi. Sebaliknya proses fotosintesis adalah penggabungan karbondioksida, air dan energi (cahaya) menjadi gula, dan terjadi pada tanaman yang berklorofil.

Menurut Asni Furaida (2006), pembelahan sel berjalan cepat bila karbohidrat yang terbentuk dari proses fotosintesis tersedia cukup banyak. Fotosintesis yang berlangsung cepat, akan cepat pula persediaan karbohidrat. Sebaliknya karbohidrat yang terbentuk akan lambat bila proses fotosintesis

berjalan lambat, sehingga karbohidrat yang terbentuk akan rendah. Lambatnya fotosintesis juga diakibatkan karena kurang tersedianya unsur-unsur essensial, salah satunya N. Fotosintesis yang lambat, maka perkembangan sel, proses pemanjangan sel-sel yang baru terbentuk dan proses penebalan jaringan-jaringan berjalan lambat, sehingga pertumbuhan vegetatif terganggu.

Mulyani Sutejo dalam Asni Furaida (2006), menyatakan bahwa Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (ammonium), akan tetapi nitrat ini akan segera direduksi menjadi ammonium melalui enzim yang mengandung Molibdinum. Apabila unsur Nitrogen tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, akan dapat menghasilkan protein lebih banyak. Semakin tinggi pemberian Nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma.

Pada perlakuan pemberian variasi jenis pupuk kompos terutama pada pupuk kompos limbah daun singkong (K3), karbohidrat yang terbentuk dari hasil fotosintesis akan cepat dan akan segera digunakan untuk proses pembelahan sel, selain itu karbohidrat yang terbentuk juga akan bersenyawa dengan N untuk membentuk protoplasma yang dibentuk pada titik tumbuh dari batang dan akar. Dengan jumlah sel yang terbentuk lebih banyak, maka pembelahan dan perpanjangan sel serta pembetukan jaringan berjalan cepat, sehingga pertumbuhan vegetatif juga cepat.

KESIMPULAN

Kandungan hara jenis pupuk kompos berbahan dasar murni seperti kompos limbah jagung, dan kompos limbah daun singkong terbaik memenuhi parameter N, P, K, dan C-organik menurut SNI 19-7030-2004 yaitu 1,66%, 22,70%, 28,55%, 53,31%, dan 1,38%, 26,36%, 53,27%, 21,45%, sedangkan diantara tiga kompos pada depo-depo di Kota Tarakan kompos dari Taman Industri Sampah yang terbaik memenuhi parameter N, P, K, dan C organik menurut SNI 19-7030-2004 yaitu 1,02%, 1,67%, 8,06%, 10,93%.

Diketahui α = 0,005 > Sig = 0,003, pengaruh kualitas kandungan hara jenis pupuk kompos dengan tinggi tanaman jagung (Zea Mays) berpengaruh nyata apabila diuji secara simultan. Sedangkan berdasarkan uji variabel koefisien diketahui bahwa kandungan Fosfor dan Kalium yang hanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Terlihat juga pada hasil Analisis R quare = 0.455 mengindikasikan besarnya hubungan antara tinggi tanaman dengan kualitas kandungan hara jenis pupuk (Kalium, Nitrogen, posfor dan C-organik) sebesar 45,5% dan kurang lebih 54,5% di pengaruhi oleh kandungan hara lainnya dan faktor lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

[12] Argo Subekti Dkk.2008. Morfologi Tanaman dan Fase

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind//bjagung/empat.p dfdiakses 20 Februari 2010

[13] Asni furaida. 2006. Pengaruh Pemberian Kompos Azolla

terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat ( Ipomoea reptans Poir) Seabagai Alternatif Sumber Belajar Biologi di MA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi.

UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

[14] Dipo, Yuwono. 2007. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. [15] Nugroho Budi Siswanto.2006. Pengaruh Pupuk Kompos

Padi (Oryza sativa L) Terhadap Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radita) Sebagai Sumber Belajar Biologi Di SMA/MA.Skripsi.Program studi Pendidikan Biologi. UIN

Sunan Kalijaga.Yogyakarta.

[16] Wahyu soil.2009.

http://www.scribd.com/doc/13854076/Pupuk-Dan-Pemupukan-2. diakses februari 2010.

LAMPIRAN

Gambar 1. Foto pembuatan kompos dan hasil kompos organik

Gambar 2. Foto Uji Unsur Hara Kompos di Lab

Gambar 3. Foto Uji Variabel Tanaman Jagung

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 – ISSN:978-979-028-573-6

STUDI ETNOEKOLOGI MASYARAKAT TORO

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 30-35)

Dokumen terkait