• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Moluska Darat di Kabupaten Parigi-Moutong dan Toli-Toli, Sulawesi Tengah

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 75-79)

Heryanto

Bidang Zoologi, Puslit Biologi - LIPI,

Gedung Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong 16911 Email: herlipiyanto@yahoo.com

Abstrak—Ditemukan 25 spesies keong dari 8 famili. Dari keong-keong tersebut, yang mendiami pohon sebanyak 11 spesies, semak-semak 19 spesies, dan serasah 13 spesies. Keong yang berukuran besar umumnya hidup di pohon, sedangkan yang berukuran kecil umumnya hidup di semak-semak dan serasah. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi fisik dan keperluan hidupnya berupa suhu, kelembaban, ketersediaan makanan serta perlindungan. Keong-keong pada penelitian ini hidup di habitat yang terbatas.

Kata kunci: keanekaragaman, moluska, Sulawesi

PENDAHULUAN

Akibat proses geologi Pulau Sulawesi yang unik, maka fauna yang mendiami Pulau tersebut menjadi unik pula (Whitten et al., 1987). Keunikan itu tertuang dalam garis imaginer Wallacea yang memisahkan tipe-tipe fauna yang berbeda di antara kedua bagian daratan yang dipisahkan garis tersebut. Walaupun demikian, dikatakan bahwa garis pembatas tersebut tidak terlalu jelas untuk fauna invertebrata (Whitten et al., 1987), terutama dilihat dari fauna serangga. Dilihat dari segi moluska masih belum diketahui. Sedikit sekali informasi yang didapat mengenai moluska. Tulisan yang paling representative mengenai moluska terestrial sampai saat ini hanya tulisan Sarasin dan Sarasin (1899 dan 1905) dan Maassen (1997).

Sarasin dan Sarasin (1899 dan 1905) menyebutkan terdapat 247 spesies moluska terestrial di Sulawesi, sedangkan Maassen (1997) menyatakan sebanyak 291 spesies. Perbedaan tersebut dikarenakan penemuan-penemuan spesies baru seperti yang diungkapkan oleh Maassen dan Kittel (1996) dan Marwoto dan Ponder (Komunikasi pribadi). Koleksi moluska Museum Zoologi Bogor yang berasal dari Sulawesi saat ini mencapai 150 spesies. Sebagian besar koleksi diperoleh dari Taman Nasional yang berada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah (Lore Lindu), dan Sulawesi Utara (Bogani Nani Wartabone). Dibandingkan dengan kedua sumber di atas, koleksi MZB masih jauh di bawah. Oleh karena itu menjadi kewajiban moral MZB untuk melengkapi koleksinya sehingga paling tidak bisa menyamai jumlah informasi yang dinyatakan Sarasin dan Sarasin (1899 dan 1905) atau Maassen (1997).

Survey moluska terestrial kali ini dilaksanakan di hutan sekitar Desa Karya Agung, Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi-Moutong dan Hutan Cagar Alam Gunung Tinombala Desa Labonu,

Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli. Sebagai tambahan pengambilan contoh dilaksanakan di Desa Kotanagaya yang berbatasan dengan Karya Agung. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan khasanah keanekaragaman moluska terestrial di Kabupaten Parigi-Moutong dan Kabupaten Toli-Toli serta menambah koleksi moluska terestrial MZB dari daerah tsb.

METODE

Survei moluska terestrial dilakukan dengan dilakukan dengan menelusuri habitat-habitat moluska terestrial yang telah diketahui berdasarkan pengalaman penulis. Pada habitat-habitat tersebut ditempatkan secara acak bingkai dengan luasan 1,0 m2 (1,0 m x 1,0 m). Segala sesuatu yang berada di dalam bingkai tersebut kemudian diamati secara intensif untuk menemukan moluska yang berada di dalamnya. Dengan metode intensif ini diharapkan semua moluska yang berada dalam luasan tersebut dapat ditemukan dan terkoleksi.

Untuk menemukan keong-keong yang berukuran kecil dan mikro (≤ 10 cm), semua serasah dan tumbuhan yang berada di dalam luasan tersebut diamati. Serasah kemudian diambil untuk dikeringkan. Serasah yang berukuran besar diamati. Sisa serasah kemudian di dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air dan permukaan air diamati sehingga keong kecil yang terapung akan terlihat. Endapan yang terjadi diayak, dikeringkan kembali, dan diamati di bawah mikroskop.

Semua keong yang ditemui diambil dan ditempatkan pada wadah khusus. Untuk keperluan pengawetan, keong-keong tersebut kemudian dimasukkan ke dalam yang tertutup rapat berisi air dan kristal mentol dan dibiarkan selama 12 jam untuk relaksasi. Maksud perlakuan ini adalah agar keong-keong tersebut mati, mereka berada pada posisi yang bagus, badannya terjulur keluar. Semua keong yang telah terelaksasi diawetkan dengan menggunakan alkohol 70%. Semua keong dibawa ke laboratorium di Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI untuk diidentifikasi, diamati, dianalisis, dan dideposit.

Karakteristik Daerah Penelitian

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah di Kabupaten Parigi-Moutong (Parimo) dan Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Area penelitian di Kabupaten Parimo adalah Desa Karya Agung (0o35’7,54”LU; 119o48’8,23”BT;48 m dpl) dan Desa

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 - ISBN: 978-979-028-573-6

Kotanagaya (0o32’45,7”LU; 120o58’40,4”BT). Area penelitian di Kabupaten Toli-Toli adalah Desa Labonu (0o40’2,18”LU; 120o39’4,07”BT; 174 m dpl). Desa Karya Agung terletak tidak jauh dari laut, sekitar 7 km dari pantai Teluk Tomini. Daerah penelitian di Karya Agung berupa hutan sekunder di sepanjang tepi Sungai Ganonggol dan anak-anak sungainya (Sungai Selepan, dan dua anak sungai lainnya yang tanpa nama). Sungai Ganonggol ini termasuk ke dalam DAS Lolas. Banyak area di hutan sekunder tersebut telah dibuka oleh penduduk setempat (transmigran dari Jawa) untuk dijadikan kebun kakao. Walaupun demikian, lokasi plot penelitian dipilih pada daerah-daerah yang masih tertutup oleh vegetasi, khususnya daerah-daerah yang lembab di tepi sungai dan anak-anak sungai. Desa Kotanagaya dilalui sungai besar (Sungai Lambouna) yang menjadi sumber air irigasi untuk pesawahan di desa tersebut dan desa-desa lainnya. Lokasi plot penelitian di desa ini berupa hutan sekunder di perbukitan di tepi Sungai Lambouna. Hutan di bagian bawah perbukitan ini juga telah berubah menjadi perkebunan kakao sejak lebih daripada tiga tahun yang lalu.

Desa Labonu terletak di bagian bawah Hutan Cagar Alam Tinombala. Walaupun hutan di sekitar Labonu telah berganti menjadi kebun kakao dan cengkeh, hutan di Cagar Alam Tinombala masih terpelihara dengan baik. Hutan ini menjadi lokasi utama penelitian moluska di daerah ini. Lokasi plot adalah di tepi-tepi sungai dan anak-anak sungainya serta daerah mata air yang banyak bertebaran di hutan tersebut. Walaupun demikian, beberapa lokasi penelitian berada di sekitar anak sungai yang mengalir melewati Desa Labonu. Sungai dan anak-anaknya tersebut sampai saat ini belum bernama.

HASILDANPEMBAHASAN

Dari tiga lokasi yang dikunjungi, ditemukan 25 spesies keong dari 11 famili (Tabel 1). Dibandingkan dengan kelimpahan jenis keong yang ditemukan oleh Maassen (1997) di Sulawesi (291 spesies dari 26 famili) dan Heryanto et al. (2003) di Taman Nasional Gunung Halimun (46 spesies dari 18 famili) jumlah tersebut relatif lebih kecil. Walaupun demikian, melihat ekstensifnya tempat yang dikunjungi oleh Maassen (1997) sebanyak 26 tempat di seluruh Sulawesi dan oleh Heryanto et al. (2003) sebanyak 28 tempat di TNGH, maka temuan keong di Sulawesi ini terasa besar. Hal itu dapat dilihat dari ratio spesies-tempat yang diperoleh Maassen (1997) adalah 11,2 dan Heryanto et al. (2003) 1,6 sedangkan ratio yang sama untuk penelitian ini adalah 8,5. Apabila faktor waktu turut diperhitungkan (Maassen 1997, selama 1 tahun dan Heryanto et al. 2003 selama 3 tahun), maka ratio pada penelitian ini akan semakin besar. Ratio spesies-tempat menunjukkan bahwa potensi untuk menemukan jumlah spesies yang banyak di Sulawesi sangat besar. Dapat diduga bahwa semakin besar waktu yang digunakan dan semakin banyak tempat yang diamati akan semakin banyak spesies keong yang ditemukan. Bila jumlah pasti keong yang hidup di tempat penelitian telah diketahui maka ratio tersebut tidak berlaku lagi karena banyaknya tempat yang

dieksplorasi dan banyaknya waktu yang eksplorasi digunakan tidak akan berpengaruh terhadap jumlah spesies yang ditemukan.

Keong-keong yang berukuran besar (tinggi cangkang ± 2,50 cm) seperti Xesta fulvizona ardens,

X. fulvizona nitida, X. fulvizona cincta, dan X. fulvizona citrina umumnya hidup di batang-batang

pohon, sedangkan yang berukuran kecil seperti

Leptopoma vexillum, L. menadense, Cyclotus politus politus, C. gutattus gutattus, dan Lagochilus sp.

umumnya hidup di semak-semak. Walaupun demikian beberapa keong yang berukuran kecil diketemukan juga di pohon bagian bawah. Keong-keong lain yang berukuran mikro (≤ 10 cm) umumnya hidup di bawah serasah. Keberadaan keong-keong tersebut di tempat yang berlainan amat berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kelembaban dan perlindungan. Keong-keong yang berukuran besar lebih banyak berada di tempat-tempat yang relatif terbuka karena mempunyai perlindungan yang dapat diandalkan. Cangkang keong besar relatif tebal dan kuat sehingga mampu bertahan dari serangan predator seperti burung dan ular. Warna cangkangnya yang cemerlang menjadikannya mudah terlihat sekaligus juga merupakan pemberi peringatan pada musuhnya untuk “tidak mengusiknya”.

Keong-keong kecil memilih habitat yang lebih tersembunyi dibalik daun atau kulit batang pohon sehingga lebih “aman” untuk mereka. Keong-keong kecil yang hidup di menempel pada pohon-pohon, umumnya berwarna yang sesuai dengan lingkungannya sehingga “terkamuflasekan” dengan keadaan sekelilingnya. Keong-keong yang berukuran mikro bersembunyi di bawah serasah untuk menghindar dari serangan predator dan kekeringan. Walaupun permukaan serasah kering, tetapi di bawahnya, terlebih lagi yang bersentuhan dengan tanah, lembab atau basah. Keadaan ini membuat keong-keong kecil tersebut terlindungi.

Ketika kelembaban menurun karena teriknya matahari, keong besar akan bersembunyi di dalam cangkangnya. Sebelum bersembunyi, keong besar menggunakan lendir yang disekresinya untuk menempelkan cangkangnya pada substrat tempatnya hidup sehingga tidak terjatuh. Lendir yang telah mengering akan dengan kuat menempelkan cangkang keong ke substrat tempatnya menempel. Lendir itu akan melunak kembali ketika kelembaban udara naik atau terkena percikan air hujan.

Tabel 1. Keong yang ditemukan di Kabupaten Parigi-Moutong dan Toli-Toli beserta habitatnya

No. Spesies Habitat

POHON SEMAK SERASAH

CYCLOPHORIDAE 1. Leptopoma vexilllum Sarasin, P. and F.,1899 2. Leptopoma menadense menadense L.Pfeiffer, 1861 3. Leptopoma sp.

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 - ISBN: 978-979-028-573-6

No. Spesies Habitat

4. Lagochilus sp.

5. Cyclotus politus politus

(Sowerby, 1843) 6. CYCLOTUS GUTATTUS GUTATTUS L.PFEIFFER, 1851 7. Alycaeus sp. 8. Diplommatina sp SUBULINIDAE 9. Subulina octona (Bruguiere, 1792) 10. Prosopeas gorontalensis Sarasin, P. and F.,1899 HELICARIONIDAE 11. Helicarion minahassae Kobelt, 1897 12. Helicarion sp. 13. LAMPROCYSTIS MATINANGENSIS SARASIN,P. AND F.,1899 ARIOPHANTIDAE 14. Sitala celebica Sarasin,

P. and F.,1899

15. Xesta fulvizona ardens

(Sarasin, P. and F.,1899)

16. Xesta fulvizona nitida

Von Moellendorff, 1896

17. XESTA FULVIZONA CINCTA LEA

18. Xesta fulvizona citrina

(Mousson) TROCHOMORPHIDAE 19. Trochomorpha sp. 20. Videna sp. CAMAENIDAE 21. Chloritis minahassae Sarasin, P. and F., 1899 22. Chloritis sp. 23. Ganesella bembicodes (Von Moellendorff, 1896) ACHATINIDAE 24. Achatina fulica Bodwich, 1822 VAGINULIDAE 25. Vaginula djiloloensis Simroth √ = hadir

Keong-keong pada penelitian ini mempunyai sebaran yang terbatas, jarang sekali ditemukan di dua tempat penelitian atau lebih kecuali beberapa jenis saja. Walaupun demikian sebenarnya keong-keong tersebut mempunyai daerah sebaran yang luas di Sulawesi. Hal ini terlihat bila kita bandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu (Sarasin dan Sarasin,

1898, 1899; Maassen dan Kittel, 1996; Maassen 1997). Beberapa bahkan ditemukan di pulau lain. Pada tabel 2. Di bawah ini disajikan sebaran keong-keong tersebut di daerah penelitian.

Tabel 2. Keong yang ditemukan di Kabupaten Parigi-Moutong dan Toli-Toli. N o Spesies Lokasi Karya Agun g Kotanagay a Labon u CYCLOPHORIDAE

1. Leptopoma vexilllum Sarasin, P. and F.,1899 2. Leptopoma menadense menadense L.Pfeiffer, 1861 3. Leptopoma sp. 4. Lagochilus sp.

5. Cyclotus politus politus (Sowerby, 1843) 6. cyclotus politus politus (sowerby, 1843)

7. Alycaeus sp.

8. Diplommatina sp

SUBULINIDAE

9. Subulina octona (Bruguiere, 1792) 10 . Prosopeas gorontalensis Sarasin, P. and F.,1899 HELICARIONIDAE 11 . Helicarion minahassae Kobelt, 1897 12 . Helicarion sp. 13 . Lamprocystis matinangensis Sarasin, P. and F.,1899 ARIOPHANTIDAE 14

. Sitala celebica Sarasin, P. and F.,1899 15

.

Xesta fulvizona ardens

(Sarasin, P. and

F.,1899)

16 .

Xesta fulvizona nitida

Von Moellendorff,

1896

17 .

Xesta fulvizona cincta

Lea

18

. Xesta fulvizona citrina (Mousson) TROCHOMORPHIDA E 19 . Trochomorpha sp. 20 . Videna sp. CAMAENIDAE 21

. Chloritis minahassae Sarasin, P. and F.,1899 22 . Chloritis sp. 23 . Ganesella bembicodes (Von Moellendorff, 1896) ACHATINIDAE 24 . Achatina fulica Bodwich, 1822 VAGINULIDAE 25 . Vaginula djiloloensis Simroth

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013 - ISBN: 978-979-028-573-6

√ = hadir

DAFTARPUSTAKA

[16] Heryanto, Ristiyanti M., A. Munandar, S. Puspitawati 2003. Keong dari Taman Nasional

Gunung Halimun, sebuah buku panduan. LIPI-

JICA-Dephut. 102 pp.

[17] Heryanto, 2011. Landsnails of Java, A Field Guide. LIPI Press. 169pp.

[18] Maassen, W.J.M., dan K. Kittel, 1996. Notes on terrestrial molluscs of the island of Sulawesi. 1. The Pupinidae (Gastropoda Prosobranchia: Pupinidae). Basteria 60:171-176.

[19] Maassen, W.J.M., 1997. A preliminary checklist on the terrestrial molluscs of Sulawesi, Indonesia. A new start?. De Keukel 33(4&5):29-102. [20] Sarasin, P. dan F. Sarasin, 1898. Materialen zur

naturgeschichte der Insel Celebes. Erster band: Die Susswasser-mollusken von Celebes. Kreidel’s

Verlag, Wiesbaden. I-VIII, 104 hal.

[21] Sarasin, P. dan F. Sarasin, 1899. Materialen zur

naturgeschichte der Insel Celebes. Band 2: Die land-mollusken von Celebes. Kreidel’s Verlag,

Wiesbaden. I-VIII, 248 hal.

[22] Whitten, A.J., M. Mustapa, G.S. Henderson 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada University Press. 844 hal..

Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA 2013- ISBN: 978-979-028-573-6

Dalam dokumen HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT (Halaman 75-79)

Dokumen terkait