• Tidak ada hasil yang ditemukan

84Indosat Ooredoo

Dalam dokumen INDOSAT AR2015 INDO FA (Halaman 86-88)

Hasil-Hasil Usaha

84Indosat Ooredoo

Bab 4 - Analisa dan Pembahasan Manajemen

Laporan Tahunan 2015

Beban karyawan meningkat sebesar Rp182,5 miliar, atau 10,5%, dari Rp1.738,6 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp1.921,1 miliar (US$139,3 juta) pada tahun 2015, terutama karena jumlah pegawai yang lebih tinggi.

Beban pemasaran meningkat sebesar Rp191,8 miliar, atau 18,4%, dari Rp1.044,9 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp1.236,7miliar (US$89,6 juta) pada tahun 2015, terutama karena kegiatan pemasaran sehubungan rebranding. Beban Umum dan Administrasi meningkat Rp64,1 miliar atau 7,5% dari Rp859,5 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp923,6 miliar (US$66,9 juta) pada tahun 2015 terutama karena meningkatnya asuransi jaringan dan biaya tenaga ahli. Rugi dari selisih kurs. Kami mencatat peningkatan kerugian dari selisih kurs sebesar Rp154,3 miliar, atau 101,4%, dari Rp152,3 miliar pada tahun 2014 menjadi sebesar Rp306,6 miliar (US$22,2 juta) pada tahun 2015 terutama karena depresiasi nilai rupiah pada tahun 2015. Penyisihan untuk Kasus Hukum. Tidak ada penyisihan pada tahun 2015 karena penyisihan tersebut hanya dilakukan pada tahun 2014 karena kasus hukum di IM2. Lain-lain-bersih. Beban lain-lain-bersih menurun sebesar Rp27,7 miliar, atau 13,6%, dari Rp204,2 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp176,5 miliar (US$12,8 juta) pada tahun 2015 terutama dikarenakan kurang beban pajak.

Pendapatan Usaha

Sebagai akibat dari faktor-faktor di atas, pendapatan usaha meningkat sebesar Rp1.715,3 miliar, atau 265,2%, dari Rp646,8 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp2.362,1 miliar (US$171,2 juta) pada tahun 2015.

Beban Lain-lain-Bersih

Beban lain-lain bersih meningkat sebesar Rp1.539,1 miliar, atau 59,0%, dari Rp2.608,8 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp4.147,9 miliar (US$300,7 juta) pada tahun 2015, terutama karena kerugian dalam nilai tukar valuta asing yang lebih tinggi, beban pembiayaan yang lebih tinggi, dan kerugian yang lebih tinggi atas perubahan nilai wajar derivatif - bersih.

Kerugian selisih kurs-bersih meningkat sebesar Rp1.049,3 miliar, atau 431,5%, dari Rp243,2 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp1.292,5miliar (US$93,7 juta) pada tahun 2015. Kurs tengah nilai tukar rupiah Indonesia/Dolar AS yang diumumkan oleh Bank Indonesia mengalami peningkatan dari Rp12.440 untuk US$1 per tanggal 31 Desember 2014 menjadi Rp13.795 untuk US$1 per tanggal 31 Desember

2015, dibandingkan dengan peningkatan dari Rp12.189 untuk US$1 per tanggal 31 Desember 2013 menjadi Rp12.440 untuk US$1 per tanggal 31 Desember 2014. Kami mencatat peningkatan beban pembiayaan menjadi Rp2.829,5 miliar (US$205,1 juta) pada tahun 2015, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp423,0 miliar, atau 17,6%, dari Rp2.406,5 miliar pada tahun 2014 dikarenakan amortisasi yang lebih tinggi terhadap biaya penerbitan obligasi dan pinjaman dan juga pembayaran bunga untuk pelunasan dipercepat atas Guaranteed Notes 2020. Kami mencatat kerugian dari perubahan nilai wajar derivatif-bersih sebesar Rp244,5 miliar (US$17,7 juta) pada tahun 2015, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp142,6 miliar, atas laba perubahan nilai wajar derivatif- bersih sebesar Rp101,9 miliar pada tahun 2014. Kami mencatat peningkatan pendapatan bunga menjadi Rp218,6 miliar (US$15,8 juta) pada tahun 2015, yang mencerminkan peningkatan sebesar Rp75,8 miliar, atau 53,0% dari Rp142,8 miliar pada tahun 2014, dikarenakan kurs tukar mata uang asing yang lebih tinggi untuk mata uang denominasi Dolar AS dalam periode tertentu.

Manfaat (beban) Pajak Penghasilan-Bersih

Kami mencatat manfaat pajak penghasilan-bersih sebesar Rp622,3miliar (US$45,1 juta) pada tahun 2015 dibandingkan dengan manfaat pajak penghasilan-bersih sebesar Rp83,8 miliar pada tahun 2014.

Laba (Rugi) Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan kepada Para Pemilik Induk

Kami mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada para pemilik induk sebesar Rp1.310,0 miliar (US$95,0 juta) pada tahun 2015 dibandingkan dengan rugi yang dapat diatribusikan kepada para pemilik Induk sebesar Rp2.008,4 miliar pada tahun 2014 terutama dikarenakan oleh hilangnya persediaan untuk kasus IM2 yang telah dialokasikan pada H1 2014, diimbangi oleh kenaikan rugi kurs bersih.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014.

Pendapatan Usaha

Total pendapatan usaha meningkat dari Rp23.855,3 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp24.085,1 miliar (US$1.936,1 juta) pada tahun 2014 atau sebesar 1,0%, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan usaha dari jasa seluler dan dari jasa MIDI. Selama tahun 2014, pendapatan

85

Indosat Ooredoo Laporan Tahunan 2015 usaha dari jasa seluler meningkat sebesar Rp105,9 miliar,

atau 0,5%, dari Rp19.374,6 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp19.480,5 miliar (US$1.566,0 juta) pada tahun 2014. Pendapatan usaha dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp242,6 miliar, atau sebesar 7,4%, dari Rp3.265,9 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp3.508,5 miliar (US$282,0 juta) pada tahun 2014. Pendapatan usaha dari jasa telekomunikasi tetap di tahun 2014 menurun sebesar Rp118,7 miliar, atau sebesar 9,8%, dari Rp1.214,8 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp1.096,1 miliar (US$88,1 juta) pada tahun 2014.

Jasa Seluler. Pada tahun 2014, kami mencatat pendapatan usaha dari jasa seluler sebesar Rp19.480,5 miliar

(US$1.566,0 juta), meningkat sebesar 0,5% dari Rp19.374,6 miliar pada tahun 2013. Peningkatan tersebut terutama disebabkan karena peningkatan pendapatan usaha dari pendapatan pemakaian data dan jasa nilai tambah, yang sebagian dikompensasi dengan peningkatan pada potongan harga di muka dan program loyalitas pelanggan. Pendapatan usaha dari jasa seluler mewakili 80,9% dari total pendapatan usaha kami pada tahun 2014, yang memiliki persentase yang lebih rendah daripada persentase pada tahun 2013.

Jasa MIDI. Pada tahun 2014, pendapatan usaha dari jasa MIDI meningkat sebesar Rp242,6 miliar dari Rp3.265,9 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp3.508,5 miliar (US$282,0 juta) pada tahun 2014. Peningkatan pendapatan usaha dari jasa MIDI terutama disebabkan karena pelanggan baru Transponder, IP VPN, MPLS, peningkatan kapasitas jasa internet dan IT.

Jasa Telekomunikasi Tetap. Terdapat penurunan dalam pendapatan usaha dari jasa telekomunikasi tetap sebesar Rp118,7 miliar, atau sebesar 9,8%, dari Rp1.214,8 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp1.096,1 miliar (US$88,1 juta) pada tahun 2014. Pendapatan usaha dari jasa telepon internasional dan telepon jaringan tetap nirkabel, masing-masing

mencerminkan 84,0% dan 4,1% dari pendapatan usaha jasa telekomunikasi tetap pada tahun 2014. Sedangkan sebesar 11,9% dari pendapatan usaha jasa telekomunikasi tetap pada tahun 2014 berasal dari jasa telepon tetap. Pendapatan yang berasal dari telepon internasional menurun dari Rp1.020,0 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp920,1 miliar (US$74,0 juta) pada tahun 2014.

Beban Usaha

Beban usaha meningkat sebesar Rp1.085,5 miliar, atau sebesar 4,9%, dari Rp22.352,8 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp23.438,3 miliar (US$1.884,1 juta) pada tahun 2014, terutama karena peningkatan beban provisi atas kasus hukum.

Beban penyusutan dan amortisasi menurun sebesar Rp732,3 miliar, atau 8,2%, dari Rp8.958,4 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp8.226,1 miliar (US$661,3 juta) pada tahun 2014, terutama karena lebih kecilnya dampak percepatan depresiasi di tahun 2014 dibandingkan dengan yang terjadi di tahun 2013 (dampak dari penurunan usia produktif dari perangkat teknikal seluler kami dari 10 tahun menjadi 8 tahun, yang berlaku efektif pada tahun 2013). Total biaya perolehan dari aset tetap kami dan peralatan meningkat sebesar Rp6.309,5 miliar, atau 6,5%, dari Rp97.065,3 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp103.374,8 miliar (US$8.309,9 juta) pada tahun 2014.

Beban jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp452,4 miliar, atau 4,5%, dari Rp9.956,5 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp10.408,9 miliar (US$836,7 juta) pada tahun 2014, terutama karena peningkatan biaya frekuensi karena tingkat inlasi yang lebih tinggi.

Beban karyawan meningkat sebesar Rp4,2 miliar, atau 0,2%, dari Rp1.734,4 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp1.738,6 miliar (US$139,8 juta) pada tahun 2014, terutama karena manfaat kesehatan masa pensiun yang lebih rendah, Undang-Undang Tenaga Kerja, Program Pemutusan Hubungan Kerja, dikompensasi dengan peningkatan bonus, gaji dan insentif.

Beban pemasaran meningkat sebesar Rp151,3 miliar, atau 16,9%, dari Rp893,6 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp1.044,9 miliar (US$84,0 juta) pada tahun 2014, terutama karena publikasi program data push Mentari 3 GB.

Beban Umum dan Administrasi menurun Rp42,0 miliar atau 4,7% dari Rp901,5 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp859,5 miliar (US$69,1 juta) pada tahun 2014 karena menurunnya biaya tenaga ahli.

Rugi dari selisih kurs-net. Kami mencatat peningkatan kerugian dari selisih kurs sebesar Rp376,8 miliar, atau 167,8%, dari laba sebesar Rp224,5 miliar pada tahun 2013 menjadi rugi sebesar Rp152,3 miliar (US$12,2 juta) pada tahun 2014 terutama karena depresiasi nilai rupiah pada tahun 2014. Penyisihan untuk Kasus Hukum. Tidak ada penyisihan pada tahun 2015 sejak penyisihan hanya timbul pada tahun 2014 karena adanya kasus hukum di IM2.

Lain-lain-bersih. Beban lain-lain-bersih menurun sebesar Rp69,8 miliar, atau 25,5%, dari Rp274,0 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp204,2 miliar (US$16,4 juta) pada tahun 2014.

86

Dalam dokumen INDOSAT AR2015 INDO FA (Halaman 86-88)