• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu: PPN atas Pemberian Cuma-Cuma Berupa Sumbangan

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 93-98)

Ruang Lingkup Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

G. Isu: PPN atas Pemberian Cuma-Cuma Berupa Sumbangan

Dalam UU PPN, pemberian cuma-cuma atas barang promosi (trade samples) termasuk dalam pengertian penyerahan BKP. Pengaturan tentang pengenaan PPN atas pemberian cuma-cuma diatur dalam Pasal 1A UU PPN, yaitu sebagai berikut:

“Yang termasuk dalam pengertian penyerahan barang kena pajak adalah:

a. …

….

d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang kena pajak.”

Selain pengenaan PPN atas pemberian BKP secara cuma-cuma, berdasarkan Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf ‘c’ UU PPN, PPN juga dikenakan terhadap penyerahan JKP yang diberikan secara cuma-cuma.

Contoh yang diberikan oleh UU PPN terkait dengan pemberian cuma-cuma adalah pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.

Namun dalam praktik, setiap pemberian yang diberikan tanpa pembayaran diartikan sebagai pemberian cuma-cuma. Hal itu tanpa mempertimbangkan apakah BKP/JKP yang diberikan secara cuma-cuma tersebut terkait dengan kegiatan usaha dari PKP sebagaimana syarat penyerahan yang terutang PPN dalam Penjelasan Pasal 4 (1) huruf ‘a’ atau huruf ‘c’ UU PPN.

Kerancuan tersebut timbul, misalnya dalam konteks penyerahan barang untuk tujuan sumbangan sebagaimana contoh yang diberikan oleh Surat Edaran Nomor SE-04/PJ.51/2002 tentang Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Pemakaian Sendiri dan atau Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak (SE-04/2002), yaitu pabrikan mie instan yang memberikan mie instan hasil produksinya sendiri kepada korban bencana alam. Contoh lainnya, perusahaan jasa persewaan traktor memberikan bantuan penggunaan traktor kepada pemerintah untuk mengatasi tanah longsor. Kedua bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) ini, oleh SE-04/2002, diartikan sebagai pemberian cuma-cuma yang terutang PPN. Akan tetapi, sifat dari pemberian barang atau jasa dalam contoh dalam SE-04/2002 adalah bersifat sumbangan.

Secara umum, pemberian sumbangan dapat dianggap tidak terkait dengan kegiatan usaha dari PKP yang melakukan penyerahan. Jika mengacu pada perlakuan Pajak Penghasilan (PPh), hanya sumbangan tertentu saja yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Sementara itu, jika mengacu pada ruang lingkup kegiatan usaha dalam Pasal 9 ayat (8) UU PPN, sumbangan dapat dianggap sebagai penyerahan yang tidak berhubungan

BAB 2:

Ruang Lingkup Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan kegiatan usaha karena tidak terkait dengan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Hal itu tentu saja berbeda dengan pemberian barang secara cuma-cuma dalam rangka promosi di mana kegiatan promosi tersebut masih merupakan bagian dari kegiatan ekonomi atau usaha.

Menurut William, secara prinsip, jika tidak terdapat pembayaran atau nilai yang dibayarkan atas suatu penyerahan, penyerahan tersebut tidak terutang PPN.61 Namun demikian, pengenaan PPN atas pemberian cuma-cuma diperbolehkan dalam rangka mencegah penghindaran PPN. Penghindaran PPN tersebut dapat terjadi, misalnya pengkreditan PPN atas barang-barang hadiah (barang selain barang hasil produksinya) untuk promosi. Apabila atas penyerahan barang hadiah untuk promosi tersebut oleh trader kepada customer tidak dikenakan PPN maka terdapat subsidi tersembunyi (hidden subsidy) kepada trader berupa pengkreditan PPN atas perolehan barang-barang hadiah tersebut.

Lebih lanjut, menurut William, meskipun masih dalam rangka kegiatan usaha, tetapi pengecualian atas pengenaan PPN atas pemberian cuma-cuma dapat dimungkinkan untuk pemberian cuma-cuma, seperti advertising dan trade samples. Alasannya, menurut Schenk dan Oldman, perusahaan akan memperhitungkan trade samples tersebut dalam harga jual barang tersebut dan biaya atas trade samples tersebut akan dikenakan PPN ketika perusahaan menjual barang yang tidak berupa samples.62 Terlepas dari pengecualian tersebut, William menyarankan agar terdapat aturan yang detail untuk memastikan penerapan PPN secara tepat atas pemberian cuma-cuma.

Memperhatikan contoh yang disediakan oleh UU PPN atas pengertian pemberian cuma-cuma dan syarat penyerahan yang terutang PPN maka pemberian cuma-cuma yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP dan/atau JKP yang terutang PPN adalah pemberian cuma-cuma yang masih dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaan PKP. Apabila pemberian cuma-cuma dilakukan di luar kegiatan usaha atau pekerjaan PKP, pemberian cuma-cuma tersebut sepatutnya tidak dikenakan PPN.

61 David William, Op.Cit.

62 Alan Schenk dan Oliver Oldman, Op.Cit., 112.

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

Referensi Buku:

Cnossen, Sijbren. “VAT Treatment of Immovable Property”. Dalam Tax Law Design and Drafting Chapter 6, Value-Added Tax, ed. Victor Thuronyi. Washington D.C.: International Monetary Fund, 1996.

de le Feria, Rita dan Richard Krever. VAT Exemptions Consequences and Design Alternatives. Wolters Kluwer, 2013.

Englisch, Joachim dan Bettina Spilker. “Germany.” Dalam Immoveable Property under VAT: A Comparative Global Analysis, ed. Robert F. van Brederode. The Netherlands: Kluwer Law International, 2011.

Grönroos, Christian. Service Management and Marketing: Managing the Moment of Truth in Service Competition. Singapura: Lexington Books, 1990.

Melville, Allan. Taxation Finance Act 2000. England : Pearson Education Limited, 2001.

Pato, Antonio Calisto dan Marlon Marques. Fundamentals of VAT. Middletown, 2014.

Quan Min, Chan. The Essential Guide to Malaysia GST. Singapore: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, 2015.

Schenk, Alan dan Oliver Oldman. Value Added Tax: A Comparative Approach. United Kingdom: Cambridge University Press, 2007.

Shoup, Carl S. VAT in Developing Countries. Washington DC: The Worl Bank, 1990.

Subekti. Hukum Perjanjian: Cetakan XI. Jakarta: PT Intermasa, 1987.

Tait, Alan A. Value Added Tax: International Practice and Problems. Washington DC:

International Monetary Fund, 1988.

Terra, Ben. “Sales Taxation: The Case of Value added Tax in the European Community.” Dalam Series on International Taxation No. 8. Boston: Kluwer Law and Taxation Publishers.

Thuronyi, Victor. Comparative Income Tax. The Hague: Kluwer Law International, 2003.

William, David. “Value-Added Tax.” Dalam Tax Law Design and Drafting Chapter 6, Value-Added Tax, ed. Victor Thuronyi. Washington D.C.: International Monetary Fund, 1996.

Artikel:

Hellerstein, Walter dan Jon Sedon. “Branch to Branch Issues. The Nature and Significance of the issue, Challenging Legal Issues Confronting VAT Regimes.”

Tax Notes International, (2011).

Kendall, Keith. “Using Destination and Origin Principles in Developing VAT Legislation.” Tax Notes International (2006).

BAB 2:

Ruang Lingkup Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Internet:

EUR-Lex. “The EU’s common system of value added tax (VAT).” Internet. Dapat diakses melalui http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=LEGISSUM%3Al31057.

EUR-Lex. “Council Directive 2006/112/EC of 28 November 2006 on the common system of value added tax.” Internet. Dapat diakses melalui http://eur-lex.europa.eu/legcontent/EN/TXT/PDF/?uri=CELEX:32006L0112&from=EN Peraturan:

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah.

_______. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (Bonded Zone).

_______. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat.

_______. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

_______.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-04/PJ.51/2002 tentang Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Pemakaian Sendiri dan atau Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

Lingkup Teritorial

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 93-98)