• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Khusus Terkait Penyerahan BKP dan/atau JKP yang Dilakukan di Dalam Daerah Pabean Indonesia

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 107-110)

Lingkup Teritorial Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

C. Ketentuan Khusus Terkait Penyerahan BKP dan/atau JKP yang Dilakukan di Dalam Daerah Pabean Indonesia

Menurut UU PPN, penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan di dalam daerah pabean Indonesia akan dikenai PPN. Akan tetapi, ketentuan ini tidak berlaku untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan di beberapa daerah tertentu di dalam daerah pabean Indonesia. Atau dengan kata lain, meskipun dilakukan di dalam daerah pabean Indonesia, penyerahan BKP dan/atau JKP di daerah tersebut tidak dikenakai PPN. Aturan ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 16B ayat (1) huruf ‘a’ UU PPN yang mengamanatkan pemberian fasilitas berupa PPN terutang tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN untuk kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.

“(1) Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:

a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;

(dengan penambahan penekanan) Bentuk kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) huruf ‘a’ UU PPN adalah kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (kawasan bebas). Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (PP 10/2012), kawasan bebas adalah suatu kawasan yang berada di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga terbebas dari pengenaan bea masuk, pajak impor, dan cukai. Di Indonesia, saat ini terdapat 4 (empat) daerah yang ditetapkan

BAB 3:

Lingkup Teritorial Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai kawasan bebas (free trade zone), yaitu Sabang, Batam, Bintan, dan Karimun.

Wajib pajak yang berada di dalam kawasan bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP karena setiap penyerahan barang di dalam kawasan bebas ini dibebaskan dari pengenaan PPN. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan perlakuan PPN atas pemasukan atau pengeluaran BKP dari dan ke kawasan bebas dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1: Perlakuan PPN atas Pemasukan atau Pengeluaran BKP dari dan ke Kawasan Bebas

No. Kegiatan di Kawasan Bebas Perlakuan PPN 1. Pemasukan BKP ke kawasan bebas dari luar daerah

pabean Dibebaskan

2. Pemasukan BKP ke kawasan bebas dari tempat lain dalam daerah pabean melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk

Tidak dipungut

3. Pengeluaran BKP dari kawasan bebas ke tempat lain

dalam daerah pabean Dikenakan

4. Pemasukan BKP ke kawasan bebas dari kawasan

bebas lainnya Dibebaskan

5. Pengeluaran BKP dari kawasan bebas ke kawasan

bebas lainnya Dibebaskan

Sumber: diolah oleh Penulis dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang

telah ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Sementara itu, tempat tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) huruf ‘a’ UU PPN adalah tempat penimbunan berikat yang dapat berbentuk gudang berikat, kawasan berikat, tempat penyelenggaraan pameran berikat, toko bebas bea, tempat lelang berikat, atau kawasan daur ulang berikat. Terkait dengan perlakuan PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP di tempat penimbunan berikat, akan difokuskan pada pembahasan di kawasan berikat (bonded zone).14

Kawasan berikat merupakan kawasan pabean dan sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Contoh kawasan berikat di Indonesia adalah Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang berlokasi di

14 Kawasan Berikat termasuk dalam Daerah Pabean Indonesia. Namun, tidak seperti daerah lainnya, di dalam kawasan berikat berlaku ketentuan PPN yang bersifat spesifik.

Pengertian dari kawasan berikat dapat dilihat pada Bab 2 tentang Ruang Lingkup PPN pada poin F.1.4.

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

Jakarta, Tanjung Emas Ekspor Processing Zone (TEPZ) yang berlokasi di sekitar pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, dan kawasan berikat di Pulau Batam.

Suatu keistimewaan diberikan dalam kawasan berikat, yaitu fasilitas kepabeanan dan perpajakan. Salah satunya pemberian insentif berupa PPN terutang tidak dipungut. Berikut adalah perlakuan PPN atas pemasukan atau pengeluaran BKP dan/atau JKP dari dan ke dalam kawasan berikat.

Tabel 3.2: Perlakuan PPN atas Pemasukan atau Pengeluaran BKP dan/atau JKP dari dan ke Kawasan Berikat

No. Kegiatan di Kawasan Bebas Perlakuan PPN 1. Pemasukkan BKP dari luar daerah pabean ke

kawasan berikat sepanjang BKP tersebut bukan merupakan barang untuk dikonsumsi di Kawasan Berikat yang bersangkutan

Tidak dipungut

2. Pemasukkan BKP dari tempat penimbunan berikat ke kawasan berikat sepanjang BKP tersebut bukan merupakan barang untuk dikonsumsi di Kawasan Berikat yang bersangkutan

Tidak dipungut

3. Pemasukkan BKP dari tempat lain di dalam daerah pabean ke kawasan berikat sepanjang BKP tersebut bukan merupakan barang untuk dikonsumsi di Kawasan Berikat yang bersangkutan

Tidak dipungut

4. Dalam hal BKP yang diimpor ke kawasan berikat dikeluarkan ke tempat lain dalam daerah pabean dengan tujuan untuk dipakai

Dikenakan

5. Penyerahan BKP dari kawasan berikat ke tempat lain

dalam daerah pabean Dikenakan

6. Penyerahan JKP dalam, ke, atau dari kawasan berikat Dikenakan 7. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari

luar daerah pabean di kawasan berikat Dikenakan Sumber: diolah oleh Penulis dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009

tentang Tempat Penimbunan Berikat.

Interaksi antara kawasan tertentu dan tempat tertentu yang mendapat fasilitas PPN ini, menghasilkan perlakuan PPN tersendiri sebagaimana dimuat dalam Pasal 29 PP 10/2012 sebagai berikut:

(i) pemasukan BKP ke kawasan bebas dari tempat penimbunan berikat tidak dipungut PPN; dan

(ii) pengeluaran BKP dari kawasan bebas ke tempat penimbunan berikat tidak dipungut PPN.

Selain kawasan bebas dan tempat penimbunan berikat, ketentuan khusus lainnya terkait penyerahan BKP dan/atau JKP di dalam daerah pabean adalah

BAB 3:

Lingkup Teritorial Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penyerahan yang terjadi di Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE).

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1996 tentang Perlakuan Perpajakan Bagi Pengusaha Kena Pajak Berstatus Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE) dan Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat (KB) (PP 3/1996), EPTE adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean, perpajakan, dan tata niaga impor, yang diperuntukkan bagi pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal dari luar daerah pabean Indonesia, Kawasan Berikat, EPTE lainnya, atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.

Ketentuan khusus di bidang PPN yang diberlakukan dalam EPTE adalah sebagai berikut:15

(i) penyerahan BKP antar PKP EPTE tidak dipungut PPN;

(ii) atas impor barang modal, barang, dan/atau bahan dari luar daerah pabean ke dalam EPTE diberikan penangguhan PPN;

(iii) Penyerahan BKP oleh produsen dari daerah pabean Indonesia lainnya kepada perusahaan berstatus EPTE, diberikan perlakuan PPN yang sama dengan perlakuan PPN terhadap barang yang diekspor.

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 107-110)