• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewajiban Melaporkan Kegiatan Usaha untuk Dikukuhkan sebagai PKP Menurut UU PPN di Indonesia

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 141-146)

Lingkup Teritorial Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

F. Kewajiban Melaporkan Usaha untuk Dikukuhkan sebagai PKP

F.2. Kewajiban Melaporkan Kegiatan Usaha untuk Dikukuhkan sebagai PKP Menurut UU PPN di Indonesia

Berdasarkan Pasal 44 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, pelaporan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP di Indonesia dapat dilakukan dengan menyampaikan permohonan pada:

(i) KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha pengusaha; atau (ii) KPP tertentu yang ditetapkan oleh DJP.

Selain melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP pada KPP atau KP2KP, pengusaha dapat memilih untuk melaporkan pada tempat tertentu yang ditetapkan oleh DJP.

Terdapat dua cara yang dapat dilakukan pengusaha untuk menyampaikan permohonan pengukuhan PKP. Pertama, permohonan tersebut disampaikan secara elektronik melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh DJP. Cara ini disebut dengan e-Registration. Di Indonesia, sistem e-Registration mulai efektif digunakan sejak tahun 2005, yaitu sejak di terbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-173/PJ/2004 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha Kena dengan Sistem Registration. Tujuan utama dari penerapan e-Registration ini adalah:

(i) Memberikan kemudahan bagi wajib pajak untuk mendaftar, update, hapus, dan informasi apapun, kapanpun serta di mana saja.

(ii) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan juga mengefisienkan operasional dan administrasi DJP.

(iii) Memberikan fasilitas terkini bagi wajib pajak untuk mendaftarkan diri secara online dengan memanfaatkan teknologi internet

(iv) Memudahkan petugas pajak dalam melayani dan memproses pendaftaran wajib pajak.

Kedua, permohonan untuk dikukuhkan sebagai PKP dapat disampaikan secara tertulis dengan dilampiri dengan dokumen yang disyaratkan. Penyampaian permohonan pun dapat dilakukan baik secara langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat, maupun melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

BAB 4:

Pengusaha Kena Pajak (PKP) Ketentuan mengenai jangka waktu pelaporan kegiatan usaha, tata cara pengukuhan, dan pencabutan pengukuhan PKP yang berlaku saat ini diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak (PER-20/2013 s.t.d.t.d PER-20/2018).

F.2.1. Tata Cara Pelaporan dan Pengukuhan PKP (i) Jangka Waktu Pelaporan

Ketentuan jangka waktu pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah sebagai berikut:

a. pengusaha yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usahanya sebelum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP;

b. pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai PKP, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP;

c. pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP, tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya. Dalam hal batas waktu yang ditetapkan tidak dipenuhi, saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya.

Pemohonan pengukuhan PKP dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak pada aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman DJP di www.pajak.go.id.

Permohonan yang telah disampaikan oleh wajib pajak melalui aplikasi e-Registration dianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum.

Setelah mengisi formulir pengukuhan tersebut, wajib pajak harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha wajib pajak. Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy)

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

dokumen melalui aplikasi e-Registration atau mengirimkannya dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.

Dalam hal wajib pajak tidak dapat mengajukan permohonan pengukuhan secara elektronik, permohonan pengukuhan dapat dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis. Apabila permohonan, baik secara elektronik maupun tertulis, dinyatakan telah diterima secara lengkap, KPP atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) memberikan bukti penerimaan surat.

Terhadap permohonan pengukuhan PKP yang diajukan wajib pajak, KPP atau KP2KP harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah bukti penerimaan surat diterbitkan. Apabila permohonan dikabulkan, KPP atau KP2KP menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Sebaliknya, apabila permohonan tersebut ditolak, KPP atau KP2KP menerbitkan Surat Penolakan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

(ii) Perubahan Data PKP

PKP harus selalu memberikan informasi setiap perubahan data dan identitasnya kepada KPP. Sebaliknya, KPP juga harus selalu memeriksa dan memperbaharui informasi data PKP. Dengan demikian, perubahan data PKP dapat dilakukan atas permohonan PKP ataupun secara jabatan.

Permohonan perubahan data oleh PKP dapat diajukan dilakukan secara elektronik dengan mengisi Formulir Perubahan Data Wajib Pajak pada aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman DJP di www.pajak.go.id atau secara tertulis.

(iii) Pencabutan Pengukuhan sebagai PKP

Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan oleh DJP terhadap:

a. PKP dengan status wajib pajak tidak aktif (wajib pajak nonefektif);

b. PKP yang tidak diketahui keberadaan dan/atau kegiatan usahanya;

c. PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP;

d. PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lain;

e. PKP yang sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP;

f. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya PPN di tempat lain; atau g. PKP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau

objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pencabutan Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud dapat dilakukan atas permohonan PKP atau secara jabatan berdasarkan hasil verifikasi atau hasil pemeriksaan. Pencabutan pengukuhan sebagai PKP dilakukan

BAB 4:

Pengusaha Kena Pajak (PKP) berdasarkan hasil verifikasi apabila pencabutan pengukuhan tersebut dilakukan terhadap:

a. PKP orang pribadi yang telah meninggal dunia;

b. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya PPN di tempat lain;

c. PKP yang pindah alamat tempat tinggal, tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lainnya;

d. PKP yang jumlah peredaran usaha dan/atau penerimaan brutonya untuk 1 (satu) tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran usaha dan/atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil dan tidak memilih untuk menjadi PKP;

e. PKP selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (nonefektif) dan secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha; atau f. PKP BUT yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.

Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan juga dapat dilakukan berdasarkan hasil verifikasi dalam hal pencabutan tersebut terkait dengan hasil sensus pajak nasional, hasil konfirmasi lapangan atau pengawasan setelah pengukuhan PKP, atau hasil kegiatan lain yang dilakukan oleh DJP.

PMK 147/2017 juga mengatur masalah pengukuhan PKP bagi kantor virtual yang didefinisikan sebagai suatu kantor yang memiliki ruangan fisik dan dilengkapi dengan layanan pendukung kantor yang disediakan oleh pengelola kantor virtual untuk dapat digunakan sebagai tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha, atau korespondensi secara bersama-sama oleh 2 (dua) atau lebih Pengusaha yang atas pemanfaatan kantor dimaksud terdapat pembayaran dalam bentuk apapun, tidak termasuk jasa persewaan gedung dan jasa persewaan kantor (serviced office).

Sebelum terbitnya PMK 147/2017 ini, terdapat perbedaan pendapat tentang boleh tidaknya kantor virtual untuk dikukuhkan sebagai PKP. Sebagian tidak membolehkan karena akan menjadi masalah bagi otoritas pajak karena terdapat potensi kantor virtual dapat dijadikan “tempat bersembunyi” bagi para pihak yang ingin menghindari pajak.

Untuk itu, PMK 147/2017 memberikan beberapa syarat agar kantor virtual diperbolehkan sebagai tempat permohonan PKP. Pasal 45 dan Pasal 46 PMK147/2017 mengatur bahwa pengusaha dapat menggunakan jasa kantor virtual sebagai tempat pelaporan usaha. Berikut merupakan syarat kantor virtual agar dapat digunakan sebagai tempat pengukuhan PKP.

(i) terpenuhinya kondisi pengelola Kantor Virtual sebagai berikut:

a. telah dikukuhkan sebagai PKP;

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

b. menyediakan ruangan fisik untuk tempat kegiatan usaha bagi Pengusaha yang akan dikukuhkan sebagai PKP; dan

c. secara nyata melakukan kegiatan layanan pendukung kantor, dan

(ii) Pengusaha pengguna jasa Kantor Virtual dimaksud memiliki izin usaha atau dokumen sejenis lainnya yang diterbitkan oleh pejabat atau instansi yang berwenang.

F.2.2. Nomor Pengukuhan PKP/NPPKP (VAT Numbers)

Nomor Pengukuhan PKP atau disebut pula dengan nomor identifikasi PKP (taxable persons identification number), sangat penting dalam administrasi PPN.47 Bahkan menurut William, pelaporan usaha oleh PKP harus mampu menghasilkan nomor identifikasi PKP yang unik. Kunci paling penting bagi sistem administrasi yang efektif adalah sistem identifikasi yang unik dan permanen yang dapat membedakan antara satu PKP dengan PKP lainnya.

Beberapa negara menggunakan sistem identifikasi yang telah ada untuk digunakan sebagai nomor identifikasi bagi PPN.48

Kegunaan nomor identifikasi yang unik ini adalah dapat memudahkan otoritas pajak untuk melakukan pengawasan dan kemudahan dalam administrasi pajak.

Oleh karena itu, ketentuan peraturan perundang-undangan hendaknya mengharuskan pengusaha untuk menggunakan nomor tersebut dalam korespondensi dan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

PKP yang telah terdaftar selanjutnya akan diberikan surat pengukuhan PKP yang didalamnya termasuk pemberian Nomor Pengukuhan PKP (NPPKP).

NPPKP tersebut merupakan identitas dari PKP yang bersangkutan. Terhitung sejak tanggal 1 Juni 1998, Indonesia menggunakan NPPKP yang sama dengan Nomor Pendaftaran Wajib Pajak/NPWP (tax identification number) yang berlaku untuk semua jenis pajak dan untuk korespondensi dengan otoritas pajak. Ketentuan ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-02/PJ.9/1998 tentang Penggunaan Nomor Identitas Tunggal Wajib Pajak sebagai berikut:

“NPWP ditetapkan sebagai identitas tunggal Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan di bidang PPh dan PPN/PPn BM. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, kepada setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP), diberlakukan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena

47 Alan Tait, Op.Cit., 275.

48 David William, Op.Cit., 180.

BAB 4:

Pengusaha Kena Pajak (PKP) Pajak (NPPKP) baru yakni sama dengan NPWP dari Wajib Pajak yang bersangkutan.”

(dengan penambahan penekanan) Sistem identifikasi nomor bagi PKP di beberapa negara biasanya terdiri dari 8 sampai 10 digit angka. Namun, negara-negara di Amerika Latin umumnya menggunakan 11 digit angka. Indonesia saat ini menggunakan 15 digit angka sedangkan Jepang tidak menerapkan sistem identifikasi nomor dalam administrasi PPN.49

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 141-146)