• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saat Penyerahan atas Barang

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 158-161)

Saat Terutang

B. Saat Penyerahan atas Barang

Ketentuan mengenai saat penyerahan atas barang dapat berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Namun, pada umumnya, suatu barang dianggap diserahkan pada saat:27

(i) diterbitkannya faktur penjualan atas penyerahan barang tersebut;

(ii) tersedianya barang untuk pihak yang menerima penyerahan;

(iii) dipindahkan atau dialihkannya barang tersebut kepada atau untuk customer; atau

(iv) dilakukannya pembayaran atas barang tersebut, baik secara keseluruhan atau sebagian.

Untuk kepentingan penerimaan negara serta menjamin pemungutan PPN yang efektif, biasanya ditetapkan bahwa saat penyerahan atas barang adalah saat yang terjadi lebih dulu (dari keempat peristiwa di atas). Namun menurut William, cara yang paling efisien untuk menentukan saat penyerahan atas barang adalah dengan mengacu pada saat diterbitkannya faktur penjualan, dengan syarat faktur penjualan tersebut diterbitkan dengan segera.28 Dengan menggunakan cara ini, kita tidak perlu lagi mempertimbangkan hal-hal lainnya, seperti kapan barang tersedia atau kapan pembayaran atas barang tersebut dilakukan. Namun, hanya fokus pada pertanyaan “kapan faktur penjualan diterbitkan.”

Berbeda dengan apa yang disarankan oleh William, ketentuan saat penyerahan barang menurut VAT Directive mengacu pada prinsip akuntansi, yaitu prinsip akrual. Berdasarkan prinsip ini, saat penyerahan atas barang adalah saat terjadinya penyerahan barang secara nyata. Namun, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan, saat terutangnya pajak adalah saat pembayaran.29 Dengan demikian, penentuan saat penyerahan atas barang dalam VAT Directive tidak mengacu pada saat penerbitan faktur penjualan.

27 Ketentuan ini berlaku apabila pengenaan PPN menggunakan pendekatan berbasis faktur penjualan atau berbasis transaksi. Apabila pengenaan PPN dilakukan atas dasar akuntansi (seperti di Jepang), ketentuan mengenai saat penyerahan untuk tujuan PPN sama dengan ketentuan saat penyerahan untuk tujuan penerapan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan). Dalam kasus ini, penentuan saat penyerahan seringkali didasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, misal penentuan saat penyerahan berdasarkan cash basis atau accrual basis. Lihat David William, Op.Cit.,191.

28 Ini dikarenakan pada praktiknya, untuk memenuhi kewajiban menerbitkan faktur penjualan secara tepat waktu, kebanyakan pihak yang menyerahkan barang akan menerbitkan faktur penjualan pada saat atau segera setelah terjadinya penyerahan.

Akibatnya, saat yang terjadi lebih dulu adalah saat diterbitkannya faktur sehingga cara inilah yang dianggap paling efisien dibandingkan dengan cara lainnya.

29 Antonio Calisto Pato dan Marlon Marques, Fundamentals of VAT (Middletown, 2014), 124.

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

Sementara di India, ketentuan mengenai saat penyerahan atas barang sejalan dengan pendapat William, yaitu mengaitkannya dengan saat penerbitan faktur penjualan. Saat penyerahan atas barang menurut PPN di India adalah saat mana yang terjadi lebih dulu dari peristiwa-peristiwa berikut:30

(i) tanggal diterbitkannya faktur penjualan oleh pihak yang menyerahkan barang. Namun, apabila pihak yang menyerahkan barang tidak menerbitkan faktur penjualan tersebut, maka penentuan saat penyerahan akan mengacu pada tanggal terakhir di mana pihak yang menyerahkan barang berkewajiban menerbitkan faktur penjualan atas penyerahan yang dilakukan.31

(ii) tanggal diterimanya pembayaran oleh pihak yang menyerahkan barang.

Singapura memiliki ketentuan mengenai saat penyerahan atas barang yang sama dengan India, yaitu mengacu pada saat diterbitkannya faktur penjualan atau saat diterimanya pembayaran. Bahkan ketentuan ini menjadi aturan dasar dalam menentukan saat penyerahan untuk tujuan PPN di Singapura. Namun, untuk beberapa kasus, aturan dasar ini tidak dapat diterapkan sehingga penentuan saat penyerahan harus mengacu pada aturan khusus. Misalnya, dalam kasus penyerahan atas barang berupa perhiasan emas.32

Berdasarkan e-Tax Guide Singapura, saat penyerahan atas barang berupa perhiasan emas adalah 90 hari dari tanggal dikirimkannya perhiasan emas tersebut kepada pihak yang menerima barang. Aturan ini dikenal dengan istilah

“90-day special time of supply rule”.33 Pemberlakuan aturan khusus saat penyerahan ini dilatarbelakangi karena adanya fluktuasi harga emas yang terjadi dalam pasar internasional sehingga merupakan hal yang lumrah apabila penentuan harga jual atas perhiasan emas baru dapat dilakukan di masa yang akan datang setelah terjadinya penyerahan. Berdasarkan praktik yang umum terjadi dalam industri ini, harga jual atas perhiasan emas akan ditentukan oleh

30 Lihat Vivek KR Agrawal, Op.Cit., 24. Lihat juga Lalit JR Sharma, “Time of Supply –Point of Taxation of Goods or Service under GST,” TaxGuru, Internet, dapat diakses melalui https://taxguru.in/goods-and-service-tax/time-supply-point-taxation-goods-service-gst.html.

31 Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PPN di India, apabila barang yang diserahkan adalah barang bergerak, faktur penjualan atas penyerahan barang tersebut wajib diterbitkan sebelum atau pada saat terjadinya pemindahan barang ke tangan penerima barang. Sementara itu, untuk kasus lainnya, faktur penjualan wajib diterbitkan sebelum atau pada saat barang tersedia bagi penerimanya.

32 Wolters Kluwer dan Deloitte, Op.Cit, 71.

33 Inland Revenue Authority of Singapore, “GST: GST and the Gold Jewellery Industry,”

Internet, dapat diakses melalui

https://www.iras.gov.sg/irashome/uploadedFiles/IRASHome/e- Tax_Guides/etaxguides_GST_Gold%20Jewellery%20Industry%20(English)_2014-06-09.pdf.

BAB 5:

Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penjual dalam jangka waktu 90 hari setelah barang dikirimkan kepada pembeli tersebut. Dengan mengacu pada aturan ini, ditetapkanlah saat penyerahan atas perhiasan emas bersamaan dengan saat ditentukannya harga jual atas barang tersebut.34

Selain perhiasan emas, jenis penyerahan lainnya yang memberlakukan aturan khusus dalam penentuan saat penyerahan untuk menetapkan saat terutangnya PPN atas penyerahan barang di Singapura, antara lain penyerahan atas listrik, gas, air, penerangan, dan sumber daya lainnya, penyerahan barang dengan angsuran, serta penyerahan barang dalam industri konstruksi.

Di Afrika Selatan, saat penyerahan barang sehubungan dengan transaksi yang dilakukan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (connected person) diatur secara spesifik dalam Pasal 9 ayat (2)(a) The Value Added Tax Act, 1991.

Berdasarkan pasal ini, apabila pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima penyerahan merupakan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, penyerahan barang dianggap terjadi pada:35

(i) saat berpindahnya penguasaan fisik atas barang dari pihak yang menyerahkan kepada pihak yang menerima penyerahan apabila barang yang serahkan adalah barang bergerak; dan

(ii) saat barang tersedia bagi pihak yang menerima penyerahan apabila barang yang diserahkan adalah barang tak bergerak.

Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa setiap negara mempunyai cara tersendiri untuk menentukan saat terutangnya PPN atas penyerahan barang.

Ini bukanlah sesuatu yang salah karena kewenangan mengatur penerapan PPN memang berada di masing-masing negara. Menurut Henkow, terlepas dari bagaimana cara menentukan saat terutangnya PPN, hal penting yang harus diperhatikan ketika menentukan saat terutangnya PPN adalah mengenai netralitas dari sistem PPN bagi PKP. Maksudnya, dalam menentukan saat terutang, PKP bukanlah pihak yang menanggung beban PPN. PKP hanya berkewajiban untuk menyetorkan PPN yang terutang hanya ketika mereka benar-benar telah melakukan transaksi yang dikenakan PPN dan menerima pembayaran atas transaksi tersebut.36

34 Ibid, 80-81.

35 Victor Terblanche,“VAT Fundamentals,” South African Institute of Tax Professionals,

Internet, dapat diakses melalui

http://c.ymcdn.com/sites/www.thesait.org.za/resource/resmgr/2016_CPD_Notes/201 6_VAT_Fundamentals_inner.pdf.

36 Oskar Henkow, Op.Cit., 246.

Konsep dan Studi Komparasi Pajak Pertambahan Nilai

Dalam dokumen PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Halaman 158-161)